Mohon tunggu...
Selvina
Selvina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

i am just a happy human who like reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bank Emok: Penjara Utang bagi Kaum Proletar

10 Juli 2023   20:38 Diperbarui: 10 Juli 2023   21:29 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bank Emok atau Tanggung Renteng menjadi sebuah koperasi yang merajalela dikawasan Jawa Barat dan sekitarnya. Berkedok koperasi yang menawarkan bantuan uang bagi yang membutuhkan katanya. Namun, seperti udang dibalik batu, bantuan pinjaman ini memiliki bunga yang cukup besar jika dihitung dengan cermat. 

Masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki banyak keinginan dan kebutuhan agar bisa terus bertahan hidup, baik kebutuhan primer atau sekunder. Tapi, tidak sesuai realita pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran maka jalan yang ditempuh oleh masarakat adalah pinjaman (kredit), bukan kepada bank resmi namun bergantung pada koperasi atau pinjaman online yang dapat mudah ditemui dimanapun. 

Penulis hidup di daerah Jawa Barat dimana bisnis pinjaman bank emok ini semakin subur dan diminati masyarakat untuk bisa membeli kebutuhan hidupnya. Bank Emok memang memfokuskan eksistensinya di Jawa Barat terutama di perkampungan dan pedesaan yang minim pengetahuan tentang perbankan. Daerah lain mengenal Bank Emok dengan sebutan Bank Keliling atau Bank Plecit, dimana cara kerjanya pun sama yaitu bank yang berjalan menawarkan pinjaman uang kepada warga.

Secara terminologi Bahasa Sunda, Bank Emok merupakan istilah yang memiliki arti ibu-ibu pemberi uang yang duduk bersimpuh dengan kaki dilipat kebelakang. hal ini dikarenakan kebanyakan yang meminta pinjaman kepada Bank Emok ini adalah ibu rumah tangga yang merasa kekurangan secara finansial namun tidak bisa menghasilkan uang selain dari gaji suaminya. Ibu Rumah Tangga yang meminjam uang dengan Bank Emok biasanya akan memanfaatkan uang itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk mencari nafkah sampingan dengan berjualan kecil-kecilan. Realitasnya banyak sekali keluarga yang terlilit hutang semakin besar karena bunga yang mencekik dan tidak bisa membayarnya, sehingga mereka dihadapkan pada kepasrahan untuk menyerahkan barang berharga keluarganya yang lain untuk digadaikan seperti rumah, kendaraan bahkan surat tanah berharga. 

Perbedaan Bank Emok dengan bank konvensional atau bank pinjaman kredit lainnya, yaitu Bank Emok tidak memberikan pinjaman per individu melainkan per kelompok. Bank Emok akan memberikan pinjaman kepada ibu-ibu yang sudah berhasil membentuk kelompok minimal 5 orang, yang mana semakin banyak anggota maka semakin baik. Angsuran akan dibayarkan sesuai dengan jumlah pinjaman yang diterima oleh masing-masing individu, jumlah pinjaman ini juga ditentukan seberapa lama nasabah meminjam kepada bank Emok atau seberapa rajin nasabah membayar iuran hutang perminggu. 

Bank Emok menawarkan pinjaman mudah tanpa syarat yang sulit daripada bank konvensional pada umumnya yang memberikan banyak syarat-syarat tertentu dan dianggap "ribet" oleh masyarakat. Oleh karenanya, Bank Emok terus bisa mengibarkan bisnisnya dengan baik serta didukung akan kebutuhan hidup yang lumayan tinggi serta konsumerisme masyarakat kelas bawah yang terus termakan iklan dan influencer dalam membeli sesuatu yang tidak sesuai dengan daya belinya inilah menjadikan bank emok sebagai jalan keluar satu-satunya. 

Bank Emok semakin berbaur dan familiar dengan masyarakat perkampungan dengan menargetkan ibu rumah tangga yang minim akan pengetahuan dasar hitung menghitung bunga dan perbankan. Biasanya ibu rumah tangga ini meminjam dengan iuran harian dan mingguan yang jika dihitung jumlah bunga hampir setengah dari jumlah pinjaman. keterpaksaan akan kebutuhan bidup menyebabkan banyak keluarga khususnya ibu rumah tangga di perkampungan jawa barat terjerat hutang piutang dengan Bank Emok ini. dibutuhkan kerjasama dan sosialisasi dari aparat desa agar masyarakat tidak ketergantungan akan keberadaan bank emok ini, memanfaatkan kesulitan untuk mendapatkan keuntungan dari keluarga susah secara tersirat bisa dikatakan sebagai cara kerja bank emok. Namun penulis tidak dapat memungkiri walau sudah dibatasi dan diberitahukan kepada warga mengenai edukasi perbanakan yang baik dan benar pun mereka akan tetap meminjam kepada bank emok karena terhipit oleh kebutuhan dan tidak tahu harus meminjam kemana karena satu-satunya yang dapat memberikan uang pinjaman secara instan adalah Bank Emok. 

problematika yang akan terus membersar menjadi masalah sosial bagi masyarakat di indonesia selain kemiskinan adalah terlilit hutang dan menjadi pinjaman sebagai jalan keluar dari masalah keungan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Urusan bisa membayar atau melunasi hutang belakangan yang terpenting bagaimana mereka bisa memenuhi keinginan daya beli akan sesuatu. 

Bagaimana menurut readers? you all guys can drop you opinion and comment below this content. Hope you guys enjoy it! Thank You!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun