Stunting adalah gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek  untuk usianya  kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun
Stunting pada anak harus menjadi perhatian dan harus waspada kondisi ini dapat menimbulkan nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik. Jika dibiarkan tanpa penanganan, stunting ini  bisa menimbulkan dampak jangka panjang kepada anak. Anak tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tapi nutrisi yang tidak mencukupi juga memengaruhi kekuatan daya tahan tubuh hingga perkembangan otak anak.
Belakangan ini kita sering mendengar tentang Stunting dan sering dibicarakan oleh ibu-ibu yang memiliki anak balita. Stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun stunting dan pendek adalah kondisi yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama. Â
Dalam artikel yang termuat di Banjarmasin post co.id Kalimantan selatan(kalsel) menempati urutan ke 6 kasus stunting tertinggi di indonesia dengan angak 30 poin. Diungakap juga oleh Sekda Kalsel RoyRizalAnwar, Senin (21/3/2022) ada enam kebupaten dengan angka stunting lebih tinggi dari rata-rata provinsi yaitu Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kabupaten Balangan, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kabupaten Banjar. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021
Usia balita merupakan masa dimana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat pada masa ini balita membutuhkan asupan gizi yang bermanfaat dan cukup jumlah dan kualitas yang lebih banyak karena balita mempunyai aktifitas fisik yang cukup tinggi dan cukup aktif dan masih dalam proses belajar salah satu permasalahan gizi yang sering terjadi adalah stunting(Wirjatmadi,2012)
Dalam menangani kasus ini Mawadah (2019) mengatakan bahwa tanaman kelakai sendiri merupakan tanaman yang cukup banyak khasiat untuk mencegah stunting dan tanaman yang kaya akan gizi. Menurut Irawan et al (2006) dari hasil analisis gizi diketahui bahwa tanaman kelakai banyak mengandung Fe yang tinggi. Kelakai merupakan salah satu dari beberapa tanaman tradisional khas kalimantan yang memiliki sebaran yang sangat banyak dan umumnya belum banyak dimanfaatkan
Salah satu cara pemanfaatan kelakai adalah dengan mengolah makanan ringan yaitu keripik kelakai kelebihannya adalah mudah dibuat dalam penyajian makanan dan memiliki daya simpan yang relatif lama mempermudah mengkonsumsinya dan tidak membutuhkan waktu lama untuk menyajikan makanan ringan ini
Produk makanan ringan keripik kelakai ini banyak disukai dan dapat dikonsumsi oleh semua kalangan semua usia keripik kelakai adalah produk makanan yang dibuat dari campuran tepung beras, telur, daun kelakai bawang merah dan bawang putih tanpa mencampurkan dengan bahan makanan lainnya
Selain pembuatan keripik kelakai untuk meningkatkan zat gizi juga ada beberapa pangan lokal yang dibuat untuk inovasi dalam memenuhi asupan gizi anak seperti ikan haruan, bakso, nuget dan abon(Ariyani et al.,2018)
Sedangkan untuk tanaman TOGA seperti temulawak memiliki banyak kegunaan khususnya untuk meningkatkan nafsu makan juga dapat diolah cookies temulawak untuk pemenuhan gizi seimbang selain temulawak ada juga TOGA seperti daun kelor bisa dibuat seperti nuget untuk makanan yang bergizi bisa untuk anak anak yang kurang suka dengan sayur bisa dibuatkan nuget daun kelor banyak khasiat dari daun kelor tersebut salah satunya bisa untuk mencegah stunting
Melihat tingginya angka kejadian stunting di dunia maupun di indonesia terutama di kabupaten Batola maka dari itu kami melakukan edukasi tentang pencegahan stunting dengan  pembuatan makanan bergizi menggunakan keripik kelakai
Kegiatan pengabdian masyarakat yang kami lakukan pada tanggal 16 Agustus 2022 di desa rangga surya yang bertemakan "membuat makanan sehat dengan memanfaatkan tanaman lokal".Â
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan tumbuhan daun kelakai yang dinilai memiliki kandungan nutrisi kemudian diolah menjadi makanan bernutrisi dan bergizi untuk kesehatan masyarakat yang gemar atau suka mengkonsumsi makanan ringan. Manfaat dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah masyarakat bisa mengkonsumsi makanan ringan yang bergizi dan mempunya Fe tinggi dan bisa untuk mencegah stunting.
Pada tahapan rangkaian acara kami adalah
1. Membagikan brosur untuk ibu ibu yang berhadir di acara tersebut
2. Menjelaskan tentang edukasi berupa stunting dan mengenai makanan bergizi dan makanan sehat yaitu pembuatan sirup katuk, nuget daun kelor dan keripik kelakai
3. Kegiatan praktek pembuatan sirup daun katuk bersama ibu ibu
4. Kegiatan praktek pembuatan nuget daun kelor bersama ibu ibu
5. Kegiatan praktek pembuatan keripik daun kelakai bersama ibu ibu
Pembuatan kripik kelakai
Resep dan cara pembuatan keripik kelakaiÂ
Bahan bahan:
- 2 ikat kelakai
- 3 sdm tepung terigu
- 1 butir telur
- secukupnya kaldu jamur bubuk dan secukupnya air
Bumbu bumbu
- 2 siung bawang putihÂ
1/2 sdm ketumbarÂ
Cara pembuatan:
1. Pisahkan daun kelakai dari tangkainya lalu cuci bersih sisihkan
2. Haluskan bawang putih, ketumbar dan garamÂ
3. Dalam wadah masukan tepung beras, tepung terigu, bumbu yang telah dihaluskan, telur, kaldu jamur bubuk dan air secukupnya lalu aduk hingga semua tercampur rata dengan kekentalan adonan sedang
4. Masukan kelakai kedalam adonan tepung dan campur rata lalu goreng hingga matang atau renyah, angkat, tiriskan dan sajikanÂ
Manfaat dari daun kelakai ini adalahÂ
- Memperbaiki gizi
- Mencegah anemia atau kurang darahÂ
- Meningkatkan produk asi
- Mengurangi demamÂ
Foto bersama ibu ibu desa rangga surya
Harapan dari kegiatan yang kami selenggarakan di desa rangga surya semoga ilmu yang telah kami sampaikan bermanfaat dan bisa mengurangi angka stunting yang ada di desa rangga surya. kegiatan ini bisa menjadi peluang usaha untuk ibu ibu karena tanamannya juga mudah di dapatkan dan cara pembuatan keripik kelakai mudah dibuat. karena makanan ini sangat sehat dan bergizi.
Berikut link artikel terkait kegiatan "Membuat Makanan Sehat dengan memanfaatkan Tanaman Lokal"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H