Mohon tunggu...
Selvina Savitri
Selvina Savitri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan

hobi menulis adalah salah satu hal terbaik dalam hidup saya,Di sela-sela kesibukan sehari-hari,saya selalu menemukan waktu untuk mengekspresikan diri melalui tulisan:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu di Balik Jendela

8 Mei 2023   05:36 Diperbarui: 8 Mei 2023   06:36 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu senja yang mendung, langit dihiasi awan kelabu yang pekat. Sebuah rumah kecil di pinggiran kota tampak sepi. Di dalamnya, terdapat seorang wanita paruh baya bernama Maya. Maya hidup sendiri setelah kepergian suaminya yang meninggal beberapa tahun yang lalu.

Maya duduk di depan jendela, memandangi hujan yang turun dengan derasnya. Tetes-tetes air yang mengalir di kaca jendela mencerminkan kesedihan yang melingkupi hatinya. Setiap hujan yang turun mengingatkannya pada masa lalu yang pahit.

Mereka dulu adalah pasangan yang bahagia. Suami Maya, Rudi, adalah seseorang yang penuh perhatian dan selalu menghiburnya saat dia merasa sedih. Mereka memiliki seorang putra yang ceria bernama Ricky. Mereka hidup dalam harmoni, hingga takdir memutuskan untuk mencabut kebahagiaan mereka.

Suatu malam, ketika hujan turun dengan lebatnya, Rudi terlibat dalam kecelakaan tragis. Ia meninggal dunia secara tiba-tiba. Kepergian Rudi merupakan pukulan berat bagi Maya dan Ricky. Maya tak bisa melupakan raut wajah Rudi yang terakhir kali ia lihat di rumah sakit.

Sejak kepergian Rudi, Maya merasa hidupnya kosong. Dia memilih untuk menjalani hari-harinya dalam kesendirian yang memilukan. Ricky, yang saat itu masih kecil, juga merasa kehilangan sosok ayah yang begitu ia kagumi. Tangisan Ricky di malam hari terdengar samar-samar dari kamarnya, dan Maya selalu merasa tak berdaya untuk menghilangkan kesedihan putranya.

Setiap kali hujan turun, Maya selalu mengingat saat-saat indah bersama Rudi. Mereka sering duduk bersama di kursi goyang di teras, sambil menikmati suara hujan dan aroma kopi hangat. Sekarang, kursi goyang itu hanya menjadi kenangan yang pahit. Maya tidak bisa menahan air mata yang mengalir di pipinya ketika hujan turun di luar sana.

Suatu hari, Maya menemukan kotak tua di lemari yang berisi kenangan-kenangan indah bersama Rudi. Foto-foto mereka bersama, kartu ulang tahun yang pernah diberikan, dan surat-surat cinta yang masih berbau harum. Maya merasakan kehadiran Rudi begitu dekat, meskipun dia tidak ada lagi di sisinya.

Suatu malam, Ricky duduk di samping Maya, menatap wajah ayahnya dalam foto. Matanya yang berbinar-binar, seolah-olah berharap bisa merasakan kasih sayang seorang ayah sekali lagi. Maya meraih tangannya dan merangkulnya dengan lembut. Mereka berdua saling menguatkan dalam kepedihan mereka.

Hujan terus turun di luar jendela, tetapi kali ini, Maya tidak lagi menangis. Air mata telah

mengalir sepanjang pipinya. Dia tersenyum kecil, karena meskipun kehilangan yang begitu besar, dia masih memiliki Ricky, sejumput harapan dalam hidupnya.

Maya mulai merencanakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bersama Ricky. Mereka mengunjungi taman bermain, berjalan-jalan di pantai, dan menikmati es krim favorit mereka. Maya belajar untuk menjadi sosok ayah dan ibu sekaligus bagi Ricky, memberikan kehangatan dan kasih sayang yang dulu diberikan Rudi.

Meskipun hidupnya tak lagi sama tanpa Rudi, Maya belajar untuk menerima keadaan. Dia tumbuh kuat dengan setiap tantangan yang dihadapinya. Ricky juga semakin memahami bahwa meskipun kehilangan ayahnya, dia memiliki ibu yang sangat mencintainya.

Bulan-bulan berlalu, dan Maya mulai menjalin hubungan dengan tetangga barunya, seorang pria baik hati bernama Alex. Alex mampu mengisi sebagian kekosongan dalam hati Maya, memberikan dukungan dan cinta yang ia butuhkan. Ricky pun juga merasa nyaman dengan kehadiran Alex, merasakan kebahagiaan keluarga yang hilang sejak kepergian ayahnya.

Kisah Maya, Ricky, dan Alex menjadi bukti bahwa meskipun hidup kadang-kadang pahit dan tak terduga, cinta dan kekuatan keluarga dapat mengatasi segala kesedihan. Meskipun Maya selalu akan merindukan Rudi, dia menemukan cara untuk melanjutkan hidupnya dengan penuh semangat dan kebahagiaan.

Pada suatu hari yang cerah, Maya dan Ricky duduk kembali di kursi goyang di teras, menyaksikan matahari terbenam. Mereka berbagi cerita-cerita indah tentang Rudi, tertawa dan meneteskan air mata bahagia. Maya menggenggam erat tangan Ricky, merasakan kehangatan dan cinta yang tak tergantikan.

Hingga akhir hayatnya, Maya akan selalu mengenang Rudi sebagai cahaya yang memancar dalam kegelapan. Kehidupan yang penuh warna dan rasa sakit telah mengajarkannya tentang ketabahan dan kekuatan cinta. Setiap kali hujan turun di balik jendela, Maya akan mengingat bahwa kebahagiaan bisa tumbuh dari kepedihan, dan bahwa air mata yang jatuh bisa menjadi awal dari sebuah kesembuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun