Dalam kajian linguistik, topik perubahan bentuk kata atau morfologi selalu menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Imelda Efriliyati, Selvi Mariana Ningsih, dan Fitria Putri Kartadinata dari Universitas Muhammadiyah Bogor Raya. Penelitian ini berfokus pada fenomena Morfofonemik, khususnya penambahan fonem me-, dalam novel “Gadis Kretek” karya Ratih Kumala.
– Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala tidak hanya dikenal karena alur ceritanya yang menarik dan penggambaran tokoh yang kuat, tetapi juga karena penggunaan bahasa yang kaya dan unik.
Dalam dunia linguistik, karya ini menawarkan bahan yang menarik untuk dikaji, khususnya dalam proses morfofonemik, yaitu perubahan bentuk kata yang melibatkan hubungan antara morfem dan fonem dalam bahasa Indonesia.
Dalam novel Gadis Kretek, Ratih Kumala menggunakan berbagai elemen bahasa yang menggambarkan kehidupan di Indonesia pada masa lalu, yang sangat kental dengan pengaruh budaya lokal, serta keberagaman sosial dan politik.
Hal ini tercermin dalam cara penulis memilih kata, penggunaan dialek, serta struktur kalimat yang kaya akan elemen morfofonemik.
Salah satu proses morfofonemik yang dapat ditemukan dalam Gadis Kretek adalah penggunaan alomorf, yaitu variasi bentuk kata yang bergantung pada konteks fonetik atau gramatikal.
Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, penambahan fonem “me-” dapat mengalami perubahan fonemik tergantung pada bunyi kata yang mengikutinya. Dalam novel ini, pembaca dapat menemukan kata-kata seperti memandang, memilih, atau memegang, di mana perubahan fonetik terjadi sesuai dengan aturan morfofonemik bahasa Indonesia.
Implikasi Sosial Budaya dalam Proses Morfofonemik
Penggunaan proses morfofonemik dalam novel Gadis Kretek tidak hanya berfungsi sebagai aspek linguistik, tetapi juga sebagai representasi sosial dan budaya.
Melalui bahasa yang digunakan, pembaca dapat merasakan nuansa sosial yang hidup dalam cerita, termasuk perbedaan kelas sosial, latar belakang budaya, serta perjalanan sejarah Indonesia yang dikisahkan dalam novel ini.
Misalnya, penggunaan istilah-istilah khas industri kretek yang disesuaikan dengan perubahan fonetik lokal menciptakan kesan autentik dan membawa pembaca lebih dekat pada realitas budaya yang ingin disampaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H