Mohon tunggu...
Selvi Dwi Septiarini
Selvi Dwi Septiarini Mohon Tunggu... Freelancer - -

Menulis bukan hanya pekerjaan, melainkan kesempatan untuk mengasah cara berfikir dan menuangkannya ke dalam sebuah artiel yang relevan dan mudah dipahami publik. Setiap artikel adalah refleksi dedikasi saya untuk menyajikan informasi dengan cara yang informatif dan menarik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cahaya Pendidikan Indonesia: Bersinar di Kota, Meredup di Pelosok

29 Agustus 2024   22:55 Diperbarui: 29 Agustus 2024   23:06 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjuangan anak negeri melewati rintangan demi menggapai pendidikan di tengah keterbatasan. (Merdeka.com)

Di Lembah Baliem, Jayawijaya, anak-anak Papua berjuang dengan menempuh perjalanan hingga 1,5 jam menuju sekolah. Mereka harus melewati perbukitan curam dan berangkat lebih pagi demi menghindari keterlambatan, sembari melawan angin pagi yang menusuk.

Dilansir dari Tribun, sebuah video memperlihatkan anak-anak sekolah dasar yang terpaksa menghadang mobil yang melintas demi mendapat tumpangan. Namun, jika tak ada kendaraan yang lewat, mereka harus berjalan kaki melintasi medan berat. Potret ini mengingatkan kita bahwa di balik kekayaan permata Timur Indonesia, ada generasi yang sedang berjuang tiada henti demi mendapatkan hak pendidikan yang layak.

 3. Sukabumi, Jawa Barat

Perjuangan seorang guru yang mempertaruhkan nyawa saat menyeberangi sungai demi mencerdaskan anak bangsa. (Detik.com)
Perjuangan seorang guru yang mempertaruhkan nyawa saat menyeberangi sungai demi mencerdaskan anak bangsa. (Detik.com)

Potret perjuangan yang tak biasa kali ini datang dari Pulau Jawa, tepatnya di Sukabumi. Kali ini bukan tentang langkah kecil siswa menuju gerbang ilmu, melainkan perjuangan pengajar yang harus menantang takdir demi menjalankan tugas mulia.Dengan semangat yang tak padam, para guru bahu-membahu menguras air yang terus merembes masuk, berjuang agar perahu tak tenggelam sebelum mereka tiba di sekolah. Perahu yang sudah usang itu, menjadi satu-satunya jalan yang menghubungkan mereka dengan tanggung jawab besar untuk mencerdaskan anak bangsa.

Sungai yang dilalui merupakan satu-satunya akses menuju SMPN 4 Cibitung Satu Atap dan SDN Ciloma, menjadi saksi bisu perjalanan 45 menit penuh ketidakpastian, dimana pengabdian para guru terombang-ambing di antara keteguhan hati dan ketidaklayakan fasilitas.

Potret perjuangan siswa dan guru dari pelosok Nusantara menggambarkan bagaimana ketimpangan yang masih menyelimuti fasilitas pendidikan di negeri ini . Di balik gemerlap kota, ada cahaya yang padam di pelosok, menunggu untuk menyala. Mereka bukan sekadar angka terpinggirkan, melainkan jiwa-jiwa muda yang berjuang di tengah kemajuan peradaban.

Mereka adalah suara yang mendesak, mengingatkan kita bahwa kemajuan bangsa seharusnya mampu menyentuh setiap jengkal tanah, hingga ke pelosok yang paling terpencil. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun