Mohon tunggu...
Selvi Diana Meilinda
Selvi Diana Meilinda Mohon Tunggu... Administrasi - Policy Analist

Suka dengan urusan kebijakan publik, politik, sosbud, dan dapur. Berkicau di @Malikahilmi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Yuk! Kenalan dengan Policy Brief

7 Agustus 2012   07:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:08 9219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_198641" align="aligncenter" width="500" caption="koleksi pribadi policy brief"][/caption]

Apakah Policy brief familiar bagi anda? Seharusnya selebaran ini familiar bagi masyarakat agar masalah publik yang lagi happening dan baik buruknya kebijakan yang telah diambil sebuah lembaga tertentu bisa dikenal luas oleh masyarakat. Yap, Policy Brief itu media yang menguraikan alasan untuk memilih alternatif kebijakan tertentu atau tindakan yang diambil dalam perdebatan suatu kebijakan tertentu, bentuknya paling banyak 2 lembar kertas biasanya. Media kebijakan seperti ini dipakai di semua negara di dunia.

[caption id="attachment_198646" align="alignleft" width="300" caption="policy brief di Eropa"]

1344325290427743701
1344325290427743701
[/caption]

Policy brief ini sebenarnya harus ada sebelum ia menjadi naskah akademik sebuah kebijakan, supaya meyakinkan kelompok sasaran mengenai urgensi dari masalah saat ini dan kebutuhan untuk mengadopsi alternatif yang lebih disukai atau tindakan yang diuraikan. Oleh karena itu, ia berfungsi sebagai pendorong untuk mengambil tindakan.

Karena wujudnya seperti selebaran, maka policy brief bersifat fokus pembahasan pada masalah dan kebijakan tertentu, profesional, bukan akademis, berbasis bukti , terbatas, ringkas, mudah dipahami , mudah diakses, ada muatan promosi, praktis dan layak.

Lalu apa saja substansi dalam policy brief?

[caption id="attachment_198648" align="alignright" width="300" caption="policy brief di Amerika"]

13443253861117149440
13443253861117149440
[/caption]

Dalam policy brief biasanya ada beberapa hal, Pertama, ada judul tulisan karena judul ini bertujuan untuk menarik perhatian pembaca dan memaksa mereka untuk membaca sehingga perlu deskripsi, punchy dan relevan.

Kedua, ringkasan eksekutif. Ini bertujuan untuk meyakinkan pembaca lebih lanjut bahwa policy brief ini layak dikedalaman investigasi. Hal ini penting terutama bagi pembaca yang memiliki waktu singkat untuk memahami dan melihat relevansinya. ringkasan eksekutif ini biasanya meliputi deskripsi masalah yang hendak diatasi, pernyataan tentang mengapa pilihan kebijakannya harus berubah dan apa rekomendasi anda.

[caption id="attachment_198655" align="alignleft" width="300" caption="contoh policy brief di Indonesia "]

1344327419115653666
1344327419115653666
[/caption] Ketiga, Konteks dan pentingnya masalah. Hal ini tujuannya untuk meyakinkan target audiens bahwa masalah ini mendesak dan harus segera diambil kebijakan, biasanya meliputi pernyataan jelas tentang masalah atau fokus isu, tinjauan singkat dari akar penyebab masalah, serta pernyataan jelas tentang implikasi kebijakan dari masalahnya. Misalnya, masalah tentang ketahanan pangan, maka harus jelas fokus isunya apa, bagaimana penelusuran akar masalahnya, serta implikasi kebijakan yang ditawarkan dari masalah ketahanan pangan tersebut.

Keempat, Kritik dari pilihan-pilihan kebijakan, maksudnya menguraikan kelemahan dari pendekatan saat ini atau pilihan yang dilaksanakan. Hal ini biasanya meliputi gambaran singkat pilihan kebijakan secara fokus, argumen yang menggambarkan mengapa dan bagaimana pendekatan yang diusulkan saat ini gagal.

Kelima, Rekomendasi kebijakan, space ini menyediakan secara rinci dan meyakinkan usulan tentang bagaimana kegagalan dari pendekatan kebijakan saat ini perlu diubah. dengan memasukan rincian langkah-langkah praktis tertentu atau tindakan yang perlu diimplementasikan dan terkadang juga penutupan paragraf kembali menekankan pentingnya tindakan yang ditawarkan.

Keenam, Lampiran. Meskipun policy brief merupakan dokumen pendek, kadang-kadang penulis memutuskan bahwa argumen mereka membutuhkan dukungan lebih lanjut dan sebagainya termasuk lampiran. Lampiran harus dimasukkan hanya bila benar-benar diperlukan.

Ketujuh, merekomendasikan sumber pustaka. Banyak penulis policy brief memutuskan untuk tidak menyertakan identitas mereka agar terfokus bahwa mereka bukan khalayak akademis. Namun, jika Anda memutuskan untuk menyertakan bibliografi singkat sebaiknya menempatkannya di akhir.

Nah, demikianlah sesi perkenalan kita dengan sosok policy brief.  Semoga bermanfaat.

Salam

Selvi Diana Meilinda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun