Di era Indonesia modern yang dibentuk oleh derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat digandrungi, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam kesadaran berbangsa dan bernegara.
Invasi cepat budaya asing, difasilitasi oleh media dan teknologi internet, bebas untuk hidup dalam masyarakat kita dan berpotensi untuk mendominasi dan mempengaruhi budaya lokal. Seiring dengan permasalahan negara lain yang mengancam kedaulatan negara, khususnya setelah tahun 1998, seperti munculnya ideologi anti negara, terorisme, radikalisme, dan konflik sosial berbasis suku, ras, dan agama.
Singkatnya, beberapa permasalahan bangsa tersebut di atas sedikit banyak menjelaskan bahwa Indonesia sedang menghadapi tantangan serius terkait dengan nasionalisme.
Merosotnya nilai-nilai nasionalisme pada masyarakat sebenarnya bukanlah hal baru, melainkan masalah klasik yang dialami bangsa ini sejak kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kolonial hingga saat ini.
Hasil penelitian LSI Denny JA memang luar biasa. Riset menunjukkan bahwa jumlah pendukung Pancasila menurun setidaknya 10% antara tahun 2005 dan 2018.Â
Invasi cepat budaya asing, difasilitasi oleh media dan teknologi internet, bebas untuk hidup dalam masyarakat kita dan berpotensi untuk mendominasi dan mempengaruhi budaya lokal.
Seiring dengan permasalahan negara lain yang mengancam kedaulatan negara, khususnya setelah tahun 1998, seperti munculnya ideologi anti negara, terorisme, radikalisme, dan konflik sosial berbasis suku, ras, dan agama.
Singkatnya, beberapa permasalahan bangsa tersebut di atas sedikit banyak menjelaskan bahwa Indonesia sedang menghadapi tantangan serius terkait dengan nasionalisme.Â
Hasil survei LSI 2019 menjadi angin segar, karena nasionalisme rakyat meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hingga 66,4 persen penduduk tetap mengidentifikasi sebagai bagian dari bangsa Indonesia, 19,1 persen penduduk mengidentifikasi sebagai anggota kelompok agama tertentu, dan 11,9 persen penduduk mengidentifikasi sebagai bagian dari kelompok etnis tertentu.
Meskipun hasil survei menunjukkan perkembangan nasionalisme yang cukup positif pada tahun 2019, namun tidak boleh dilupakan bahwa 33,6 persen warga negara yang tidak mengutamakan nasionalisme cukup sedikit dan berarti nasionalisme masih dipertanyakan, sehingga topiknya masih relevan.
Membangun jiwa kemandirian, merubah cara pandang, pemikiran, sikap dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern sehingga Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Mengapa penting membangun semangat bangsa yang merdeka? Pembangunan jalan, sistem irigasi, pelabuhan, bandara atau pembangkit energi juga penting. Namun, seperti yang dikatakan Bung Karno, pembangunan negara bukan hanya pembangunan fisik yang sifatnya material, tetapi sebenarnya pembangunan jiwa rakyat.
Ya, dengan kata lain, modal utama membangun negara adalah membangun jiwa rakyat. Inilah gagasan dasar gerakan revolusi spiritual Presiden Joko Widodo. Semangat terpenting suatu bangsa adalah semangat kemerdekaan, semangat kebebasan untuk maju. Presiden Jokowi menyebut semangat kemerdekaan positivisme.
Gerakan revolusi mental menjadi semakin penting bagi rakyat Indonesia yang saat ini memiliki tiga masalah utama bangsa, yaitu; melemahnya kekuatan negara, merebaknya intoleransi dan akhirnya melemahnya keterkaitan ekonomi nasionalÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H