Mohon tunggu...
Selvi Arianita
Selvi Arianita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

hobi membaca, saya suka topik konten tentang dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi Meningkat

18 Juli 2024   21:58 Diperbarui: 18 Juli 2024   22:01 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: 

Selvi Arianita dan Iyan Sofyan

(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD FKIP)

Universitas Ahmad Dahlan)

Pondasi penting bagi suatu negara adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting dari kemajuan suatu negara. Pendidikan dimulai dari tingkat prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. 

Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam jumlah lulusan perguruan tinggi, dalam masyarakat yang semakin mengutamakan pendidikan, memperoleh gelar sarjana dianggap sebagai tiket emas menuju kehidupan yang lebih baik. 

Pencapaian tersebut seharusnya menjadi kebanggaan, dimana hal itu dapat mencerminkan kemajuan bangsa dalam akses pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun pada kenyataanya, kita dihadapkan pada fenomena sosial yaitu banyaknya sarjana yang menganggur atau tidak memiliki pekerjaan. 

Salah satu masalah yang dihadapi perguruan tinggi, yaitu problem relevansi dan mutu yang kurang baik pendidikan tinggi belum mampu melahirkan lulusan dengan orientasi job creating/kemandirian dan memiliki kompetensi/keahlian yang dibutuhkan masyarakat, walaupun banyak prestasi yang telah dicapai perguruan tinggi, tetapi masalah ini lebih terdengar dibanding deretan prestasi-prestasi tersebut Mengutip dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7.99 juta orang. 

Dari data ini dapat digambarkan bahwa kurang lebih sebanyak 417.690 orang lulusan sarjana dan diploma belum memiliki pekerjaan dan sedang dalam masa mencari pekerjaan atau akan memulai membuat usaha baru (Sumber: Kompasiana, 2024).

Mengapa banyak sarjana yang mengaggur? Yang pertama, perubahan dinamika pasar kerja modern menjadi salah satu penyebab utama. Perkembangan teknologi dan globalisasi telah mengubah kebutuhan pasar kerja secara drastis, banyak posisi pekerjaan tradisional telah digantikan oleh teknologi atau bahkan menghilang sama sekali seperti, munculnya platform telah menciptakan peluang baru bagi pekerjaan.

 Contohnya adalah Uber, Airbnb, dan platform lainnya yang memungkinkan individu untuk menawarkan jasa mereka secara langsung kepada konsumen, tanpa melalui saluran tradisional. Hal ini mengharuskan lulusan perguruan tinggi untuk memiliki keterampilan yang relevan dan terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Kedua, kesenjangan antara apa yang diajarkan di perguruan tinggi dan apa yang dibutuhkan di lapangan kerja juga menjadi masalah s erius, seperti yang di alami oleh mahasiswa jurusan Teknik Informatika yang baru lulus dan mencari pekerjaan, mahasiswa ini telah mempelajari berbagai mata kuliah tentang teori komputer, pemrograman, algoritma, dan basis data di perguruan tinggi, dia memiliki pemahaman yang kuat tentang konsep-konsep fundamental dalam bidang teknologi informasi dan merasa siap untuk memasuki pasar kerja namun, ketika  menghadapi proses wawancara kerja untuk posisi sebagai pengembang perangkat lunak di sebuah perusahaan teknologi, ia mendapati beberapa tantangan, seperti, keterampilan praktis yang diperlukan.

 Meskipun mahasiswa memiliki pengetahuan teoritis yang solid, dia belum memiliki pengalaman langsung dalam mengembangkan proyek perangkat lunak skala besar atau berkolaborasi dalam tim pengembang seperti yang diharapkan oleh perusahaan. 

Keterampilan praktis seperti manajemen kode, pengujian perangkat lunak, dan kolaborasi menggunakan alat-alat pengembangan terkini merupakan hal yang perusahaan nilai tinggi banyak lulusan yang menghadapi kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan akademis mereka dalam situasi nyata di tempat kerja. 

Kurangnya keterampilan praktis dan pengalaman kerja yang relevan sering kali menjadi hambatan besar dalam mencari pekerjaan yang sesuai untuk mengatasi kesenjangan ini, penting bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan kurikulum mereka dengan lebih banyak fokus pada pengalaman praktis, kolaborasi industri, dan pembelajaran yang berorientasi pada solusi. 

Mahasiswa juga dapat memanfaatkan program magang, proyek pengembangan, atau sertifikasi tambahan untuk mengisi celah   keterampilan yang mungkin belum terpenuhi selama studi mereka.

Selain itu, faktor ekonomi global dan kondisi makro ekonomi, yang di maksud faktor ekonomi makro seperti resesi ekonomi atau kebijakan pemerintah yang tidak mendukung pertumbuhan ekonomi dapat berdampak signifikan terhadap ketersediaan lapangan kerja bagi lulusan baru. 

Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang kondusif bagi penciptaan lapangan kerja dan investasi di berbagai sektor Seperti, Pembentukan Zona Ekonomi Khusus (ZEK)  Pemerintah telah mendirikan Zona Ekonomi Khusus di beberapa daerah, seperti di Batam dan Mandalika, dengan tujuan menarik investasi asing langsung dan memperluas basis industri. ZEK ini menawarkan fasilitas-fasilitas khusus, insentif pajak, dan peraturan yang mendukung untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan penciptaan lapangan kerja. 

Dalam suatu negara juga turut berperan dalam menentukan tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi. Ketidakpastian ekonomi, resesi, atau perubahan kebijakan ekonomi dapat secara signifikan mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja dan daya beli perusahaan untuk merekrut tenaga kerja baru.

Tentu saja, peran pemerintah, perguruan tinggi, dan industri sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja dan memberikan insentif bagi industri untuk merekrut lulusan baru. 

Perguruan tinggi perlu meningkatkan kurikulum mereka agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan menyediakan program-program yang memfasilitasi pengalaman kerja atau magang bagi mahasiswa. 

Sementara itu, industri perlu berperan aktif dalam memberikan kesempatan kerja dan pelatihan kepada lulusan baru untuk mengisi celah antara pengetahuan teoritis dan aplikasi praktis di tempat kerja.

Peningkatan angka pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi bukanlah masalah yang bisa diselesaikan dengan pendekatan tunggal. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri untuk menciptakan ekosistem pendidikan dan kerja yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta memastikan bahwa setiap lulusan memiliki kesempatan yang adil untuk membangun karir yang sukses dan bermakna. Hal yang terakhir adalah menyelesaikan masalah pada diri kita sendiri yaitu dengan menyesuaikan ekspektasi para sarjana. 

Penting untuk memiliki ekspektasi yang realistis terkait dengan gaji awal dan status sosial setelah lulus. Selain itu meningkatkan motivasi dan keterampilan. Lulusan perguruan tinggi perlu mengembangkan motivasi instrinsik untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan mereka sesuai dengan permintaan pasar kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun