Mohon tunggu...
Selvi Anggrainy
Selvi Anggrainy Mohon Tunggu... Produser -

#IAMUNITED | a Writer who loves to Read and Watch | journalist as in passion| in love with Photography and Travelling | Chocoholic | Coffee and Tea Addict | Food Lover | great Thinker :) http://selvianggrainy.tumblr.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Solo Trip in Jogja, Day 1. Siapa Takut?

9 April 2016   22:34 Diperbarui: 9 April 2016   22:53 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="me and my backpack"][/caption]Setelah hampir sebulan lalu melakukan perjalanan ke kota yang selalu membuat saya rindu, akhirnya tulisan ini mulai di buat. Perjalanan saya kali ini berbeda, tak ada kawan yang bergabung dan hanya sepasang kaki yang melangkah. Keputusan melakukan perjalanan seorang diri juga bukan tanpa alasan, walaupun sebenarnya keputusan di ambil tanpa pemikiran yang cukup matang. 

Tapi kalau tidak seperti itu, kalau masih sering merasa takut melakukan ‘perjalanan’ bukankah itu malah akan menghambat semua keinginan dan hasrat diri untuk menjelajah? Rencana yang masih mentah membuat langkah pertama saya sedikit berbeda, saya hanya melakukan pembelian tiket kembali a.k.a Yogyakarta – Jakarta sekitar 2 bulan sebelum perjalanan. Sedangkan tiket pergi baru di beli 2 minggu sebelum perjalanan.

Dengan backpack merah nan kece berkapasitas 40 Liter, saya memulai kembali petualangan saya yang lainnya. ‘Kesenangan’ saya saat menuju bandara ‘terganggu’  oleh diantarnya saya ke bandara dengan menggunakan mobil pribadi. Aaahhhhhh, memang bermaksud baik supaya perjalanan bisa di awali dengan nyaman. 

Tapi menurut saya ada kesenangan lain saat bisa melakukan perjalanan dengan bentuk yang berbeda, menggunakan kendaraan umum atau apapun itu selain mobil pribadi. Sekedar informasi, saya menikmati bepergian ala koper juga ransel. Jenis kedua perjalanan itu memang berbeda, namun tak bisa dibandingkan, kesenangan yang masing-masing tercipta memberikan kenikmatan tersendiri.

[caption caption="saat tiba di Adi Sucipto dan langsung menuju lokasi acara"]

[/caption]22 November kala itu; kembali menghirup suasana kota Jogja. Jantung rasanya mulai berdebar-debar mengingat saya sendirian di kota orang. Tapi setiap perjalanan bertujuan untuk dinikmati bukan? Setelah menyaring berbagai informasi yang ada, setibanya saya di Jogja memang saya berencana menjadi bagian dari pagelaran musik yang memang rutin diadakan setiap tahunnya. 

Ngayogjazz; pagelaran musik tahunan bernuansa Jazz yang banyak mengumpulkan musisi-musisi Jazz nasional maupun lokal, serta di ramaikan pula oleh komunitas jazz berbagai daerah. Dari bandara internasional Adi Sucipto, saya menggunakan transportasi umum Trans Jogja menuju meeting point. Dari  meeting point penyelenggara acara menyediakan Shuttle Bus untuk menuju lokasi acara yang berada di kawasan Desa Wisata Brayut Pandowoharjo, Sleman. Bukan perkara gampang juga dengan backpack yang cukup berat, saya melangkah di setiap sudut kota Jogja untuk menuju tempat tujuan.

Aaahhh, akhirnya duduk manis di shuttle bus bertemu seorang kawan yang juga melakukan perjalanan sendirian guna menikmati Ngayogjazz. Saya sampai tak ingat berapa lama perjalanan yang saya tempuh menuju lokasi dan tiba jam berapa saya di lokasi. Bersama Nia – sang kawan baru, kami menyusuri setiap sudut Desa Wisata Brayut dan memutuskan untuk menikmati makan malam yang dijual di setiap rumah penduduk tempat itu. Nilai keekonomian Desa Wisata Brayut, yang menjadi tempat penyelenggaraan Ngayogjazz mendadak menjadi ‘tinggi’. 

Masyarakat sekitar diberdayakan, hampir setiap rumah tangga di kawasan itu menyediakan tempat dan menyajikan makanan kepada pengunjung. Suasana lokal terasa, menikmati masakan penduduk lokal kami duduk di hamparan halaman rumah mereka dengan menggunakan tikar atau alas duduk lainnya. Meski tertusuk dinginnya angin (jelang) malam kala itu, suasana tetap terasa hangat Keramahan penduduk lokal tercampur dengan riuhnya pendatang atau pengunjung, semakin menambah lengkap acara saya di Jogja.

[caption caption="Ngayogjazz di Desa Wisata Brayut"]

[/caption]Bersama nia juga, saya menikmati sejumlah pertunjukkan di Ngayogjazz. Diawali dengan menikmati alunan musik dari Grup Jazz asal semarang Aljabar kami mulai larut hanyut dalam kemeriahan setempat. Beberapa kali saat menikmati musik, pikiran saya terkadang masih tidak berada sepenuhnya di depan panggung. Sesaat sempat terpikirkan bahwa hal ini luar biasa, saya dengan keputusan berani saya melakukan perjalanan sendirian ke Yogyakarta, akhirnya bisa tiba dengan selamat. 

Berbekal peta acara, Desa Wisata Brayut kembali kami kami ‘sesaki’, setiap sudutnya tak boleh lepas dari keinginan kaki-kami kami untuk melangkah. Tak banyak lagi yang bisa kami nikmati setelah itu, YK Samarinda yang menyajikan musik apik di panggung utama membuat saya ‘bergoyang’ larut di dalam malam yang semakin gelap. Gagal menyaksikan Dewa Budjana tak lantas membuat saya kecewa, toh masih banyak penampil lainnya yang menarik dan salah satunya adalah Syaharani dan Queenfireworks.

Malam terlalu malam dan sudah semakin larut, dengan bintang di langit kota Jogja yang masih bisa terlihat dengan jelas, saya memutuskan tidak sampai selesai menikmati acara Ngayogjazz. Alasannya sederhana, saya menumpang kendaraan umum – shuttle bus, yang jam operasinya dibatasi. Selain itu karena menumpang tanpa di pungut biaya, apabila menunggu acara selesai maka akan menumpuk lah semua ‘fakir’ gratisan itu. 

Berjalan kaki menjadi salah satu rutinitas sejak saya tiba di kota Jogja, namun berjalan dari lokasi shuttle bus ke lokasi acara, menjadi tak terasa lantaran ada teman baru yang berbagai cerita. Kami tak hanya menikmati acara bersama saja, melainkan juga cerita. Nia yang lebih banyak bercerita tentang kehidupan yang dijalaninya, saya tetap setia menjadi pendengar yang baik dan sesekali menimpali dengan pengalaman hidup saya yang cukup “kaya”.

[caption caption="bersama kawan baru sepanjang perjalanan"]

[/caption]Sekali bertemu kami – saya dan nia – langsung merasa cocok, mungkin itulah yang membuat kami bisa menikmati Ngayogjazz bersama serta tak segan berbagi cerita. Segelas kopi pada malam itu juga menambah keakraban kami. Ya kopi memang cocok menjadi teman setiap saat, setiap waktu, kapanpun itu. 

Penikmat kopi sepertinya mempunyai caranya sendiri menikmati obrolan hangat bersama penikmat kopi lainnya. Setibanya di pusat kota Jogja – saat itu mendekati tengah malam -, saya dan nia harus berpisah. Namun saya mengatakan kepada nia, bahwa pertemuan ini janganlah menjadi yang terakhir, harus ada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Bye-bye sang kawan baru, dan kini tinggalah saya bersama ransel merah nan berat menyusuri jalanan kota Jogja.

Tanpa perencanaan sempurna melakukan perjalanan, sudah dipastikan saya belum mendapatkan tempat penginpan. Pencarian saya akan penginapanpun di mulai, dan pilihan saya tetap jatuh kepada penginapan yang terletak di kawasan malioboro. Memasuki satu-persatu hotel yang menurut saya ‘ layak’, saya sempat putus asa lantaran sudah tidak ada lagi kamar tersedia. 

Masih dengan badan yang hampir menyerah karena lelah, muka nan kusut namun tetap cantik dan menawan, serta kaki-kaki yang mulai menolak di ajak berjalan lebih jauh, akhirnya saya mendapatkan penginapan. Tuhan, terima kasih saya boleh beristirahat, terima kasih saya boleh kembali selamat dalam setiap perjalanan yang saya lakukan. Terima kasih juga untuk keberanian serta kesempatan ini, sehingga kaki saya kembali berpihak di sudut kota Jogja. Sudut kota Jogja dimana saya akan banyak bercerita tentang apapun itu.

Hari pertama berhasil saya lalui, setidaknya bagi saya itu sempurna. Bangga saya akan diri sendiri, bangga saya atas pencapaian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun