Sore ini saya melihat pemandangan yang tidak mengenakkan. Sampah makanan terbuang di selokan. Padahal ada tempat sampah yang bisa digunakan. Wah, tentu saja ini menyalahi aturan. Seharusnya selokan untuk saluran air, malah untuk timbunan sampah.
Rasa sedih menyeruak bukan hanya karena  selokan, melainkan makanan yang terbuang. Melihat kenyataan di masa pandemi,  banyak orang berusaha mencari makanan dengan susah payah. Sementara di sisi lain masih ada saja yang membuang makanan tanpa beban.
Mungkin tanpa disadari, hal ini masih kita lakukan di rumah. Ada makanan sisa dan terbuang. Beberapa hal yang menyebabkan makanan bisa menjadi sampah antara lain:
1. Memasak terlalu banyakÂ
Ada keluarga tertentu yang memiliki kebiasaan makan dengan menu lengkap. Bisa saja makan terhidang lebih dari satu jenis sayur atau lauk pada setiap jam makan. Menu pagi, siang, dan malam juga berbeda.
Keluarga yang seperti ini biasanya memiliki asisten rumah tangga karena untuk menyiapkan berbagai masakan membutuhkan tenaga yang luar biasa. Bagi mereka, intinya bisa makan enak.Â
Sisa makanan yang ada, rasanya akan lebih bermanfaat jika diberikan ke orang, walaupun memberi sisa sebenarnya kurang baik menurut saya. Bisa saja menyajikan makanan di meja secukupnya sehingga jika masih ada sisa di dapur, masih dapat dimanfaatkan.
2. Mengambil makanan terlalu banyak
Anak-anak biasanya memiliki kebiasaan mengambil makanan kesukaan terlalu banyak. Ketika sudah kekenyangan, akhirnya makanan di piring terbuang.
Kebiasaan mengambil makanan terlalu banyak bisa saja terbawa hingga dewasa. Dorongan rasa lapar dan ingin menikmati makanan kesukaan mendorong untuk makan dalam porsi banyak. Sayangnya kadangkala perut tidak dapat menampung semua dan terasa begah. Akhirnya, makanan dibiarkan tersisa di meja.
3. Lupa menghangatkan masakan
Wah, ini menjadi peringatan juga buat saya. Kadangkala masih ada sisa makan malam yang bisa dinikmati untuk esok pagi. Akan tetapi, karena kesibukan atau kelelahan, makanan lupa dipanaskan. Alhasil, terbuang sia-sia.
Ada beberapa makanan yang memang cepat basi sehingga perlu dipanaskan. Makanan yang mengandung kuah santan wajib dipanaskan agar tidak basi. Beberapa makanan itu misalnya lodeh, gulai, dan bobor.
4. Memiliki ekonomi yang berkecukupan
Memiliki ekonomi yang berkecukupan di masa pandemi adalah berkat. Namun bukan berarti bebas melakukan apa saja dengan kecukupan ekonomi yang dimilikinya.
Sampah makanan dengan sangat mudah sering terlihat di restoran-restoran. Berapa banyak sampah makanan yang terkumpul dan terbuang. Hal ini turut menyumbang penimbunan sampah makanan di Indonesia.
Sementara bagi yang memiliki ekonomi pas-pas an, pasti lebih memilih untuk membeli sesuai kemampuan. Makanan yang dibeli pun pasti akan dihabiskan karena merasa sayang jika terbuang.
Sampah-sampah dari sisa makanan ternyata turut menyumbang darurat sampah makanan di Indonesia. Mungkin saja pandemi ini menjadi sebuah peringatan. Betapa berharganya makanan yang telah dipercayakan untuk kita olah dan nikmati bersama keluarga.Â
Berbagai usaha yang terpuruk di masa pandemi menyebabkan timbulnya pengangguran. Hal ini menyadarkan untuk hidup berdasarkan kebutuhan. Membeli, mengolah, dan menikmati makanan sesuai kebutuhan.Â
Sebuah berkat tersendiri bagi yang masih dapat hidup berkecukupan di masa pandemi. Kecukupan yang ada dapat menjadi berkat bagi sesama dengan memberi daripada makanan menumpuk dan menjadi sampah.
Ada hal-hal yang dapat kita lakukan selama masa pandemi agar sampah makanan tidak menumpuk, antara lain:
1. Memasak/ mengolah makanan secukupnya
2. Mengambil makanan secukupnya
3. Berbelanja dengan bijak
4. Menyimpan makanan dengan benar
Daripada makanan terbuang, alangkah baiknya jika dimanfaatkan. Mungkin saja ada tetangga atau teman yang membutuhkan. Setidaknya kita bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan bagi mereka yang membutuhkan di masa pandemi.
Pandemi ini menyadarkan bahwa setiap orang butuh makanan. Ada yang berkelimpahan, tetapi ada pula yang kekurangan. Kelimpahan makanan yang ada, biarkan jadi berkat bagi sesama.
Berbagi makanan tidak akan pernah rugi daripada menjadi sampah dan mengakibatkan rusaknya lingkungan. Melalui pandemi, kita belajar untuk menjadi berarti bagi sesama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H