Aduh...ngilu saya rasakan sore itu. Saya coba usir karena merasa kasihan dengan Cino. "Mami, kasihan Cino, Mi. Masa bocah dikawin kakek-kakek. Nggak terawat pula," teriak anak saya. Sesungguhnya saya pun nyesek saat itu.
Cino berlari kencang. Bukan ke arah rumah, tetapi menjauh dan berada di tempat persembunyiannya. Hal ini membuat saya penasaran apa yang terjadi dengan Cino. Saya hubungkan antara keanehan yang terjadi akhir-akhir ini dengan hilangnya Cino.
Saat menjelajah dunia maya dan mencari info tentang kucing. Ternyata kucing betina mengalami masa birahi pada usia 4-5 bulan dengan berat badan mencapai 2,5 kg.Â
Cino baru akan menginjak 4 bulan. Berat badannya juga belum mencapai 2,5 kg. Masa Cino sudah birahi? Wah, puber dini pada kucing dong ini namanya.
Malam hari saya mencari dan menemukan Cino. Segera saya bawa ke rumah dan tutup pintu agar tidak keluar lagi. Saya beri makan seperti biasa dan coba ajak bercanda. Anehnya saat saudaranya mengajak bercanda, tidak diladeninya seperti biasa.
Semalaman Cino mengeong keras dan minta dibukakan pintu. Karena tidak tahan mendengar suara meong Cino, akhirnya subuh tadi saya bukakan pintu. Dia pun berlari ke arah persembunyiannya selama ini.Â
Kalau dalam perjodohan, biasanya orang Jawa akan memikirkan bibit, bobot, dan bebet. Ternyata hati saya sakit jika memikirkan bibit, bobot, bebet pada si anabul. Masa masih bocah bertemu dengan pejantan yang sudah berumur, banyak koreng, dan tidak terawat. Kucing yang kawin, kok saya yang sakit hati.Â
Mengingat kehadiran tiga anabul di rumah yang semula tak terawat juga, hati jadi nyesek. Masa sih, dahulu emaknya Cino tidak terawat, trus anaknya juga akan tidak terawat. Betapa sayangnya jika sesuatu yang sudah dirawat jadi tidak terawat.
Jika ada teman-teman cat lovers yang tahu tentang hal ini, boleh memberi masukan ya. Saat ini saya berusaha mengikhlaskan saja sambil berharap Cino akan pulang ke rumah.Â
Bekasi, 29 Mei 2021