Di hari yang spesial ini, izinkan hati membuka diri. Memaknai dan menghargai keberagaman di negeri ini. Kamis, 13 Mei 2021 di mana umat Islam merayakan Idulfitri dan umat Kristiani merayakan  Kenaikan Isa Almasih.Â
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin tanpa sadar telontar kata atau tingkah laku yang menyakiti sesama. Entah disengaja atau pun tidak, ternyata telah menimbulkan luka. Namanya luka pasti akan ada bekas. Ibarat paku yang tertancap di papan kayu, akan meninggalkan bekas lubang walaupun paku itu telah diangkat. Perlu dempul untuk dapat meratakan kembali papan kayu yang berlubang.Â
Hati tak jauh beda dengan papan kayu. Makin banyak paku ditancapkan, makin banyak pula lubang pada kayu. Begitu pula ucapan dan tingkah laku yang menyakiti sesama. Tanpa disadari, hati menjadi luka bahkan bisa mengakibatkan renggangnya rasa kebersamaan. Indonesia yang penuh dengan keberagaman perlu dempul untuk menutup hati-hati yang terluka.Â
Hari yang penuh makna menjadi cermin kehidupan diri. Sang Pencipta telah memberikan ajaran untuk ditaati. Ia memberikan pula kebebasan umatNya dalam menentukan pilihan. Ada kalanya kehidupan tak seturut dengan kehendakNya. Akan tetapi, Ia Maha Pengampun dan tetap mengasihi umatNya. Hubungan vertikal antara Sang Pencipta dan ciptaanNya seringkali tak menyadarkan kesalahan umat manusia. Setiap kali bersalah, lalu minta ampun. Sayangnya, manusia bisa mengulangi kesalahan yang sama. Sang pencipta hanya diam dan memberikan teguran dengan caraNya.Â
Berbeda dengan hubungan horisontal antara manusia dengan manusia. Setiap kali melakukan kesalahan, bisa saja terjadi konflik yang lebih besar dari yang dikira. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki pola pikir dan sudut pandang yang berbeda. Jika tidak saling memahami, bisa saja terjadi perselisihan yang tiada henti.Â
Hari yang spesial ini menyadarkan akan pentingnya hidup berdampingan dan saling menghargai. Kehidupan manusia tak pernah luput dari kesalahan. Oleh sebab itu diperlukan tindakan "minta maaf" dan "memaafkan". Â Dua sisi dari kata "maaf" yang dapat mendamaikan Indonesia.
Dengan kerendahan hati, izinkan aku minta maaf. Jika saja terucap kata yang menimbulkan luka sehingga bisa menyebabkan kecewa. Pastinya aku tak ingin luka kian menganga dan menimbulkan perih di jiwa. Biarlah tangan tak berjabat, asalkan hati erat.Â
Bukan suatu alasan untuk tak berkata maaf dan memaafkan jika tak dapat saling mengunjungi. Kecanggihan teknologi telah memudahkan untuk tetap menjalin silaturahmi. Memanfaatkan momen yang ada untuk saling membuka diri. Jika saja pernah terucap kata yang menyakiti, izinkan aku minta maaf.Â
Biarlah tangan tak berjabat, asalkan hati erat
Di hari yang Fitri, biarkan hati bening kembali
Mengukir kembali kisah kehidupan dengan hati damai seperti ketika mengisi bahan bakar, "Dimulai dari 0 ya, Pak/ Bu." Di saat itu pun kita akan melihat angka yang berputar atau akan mengangguk. Demikian pula permohonan maaf ini sebagai langkah awal menjalani kehidupan dari 0. tanpa rasa curiga dan dengki. Hanya terisi hati yang saling menghargai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H