Dalam sepekan terakhir, dunia maya dihebohkan dengan kisah babi ngepet di Depok. Tempat yang tidak jauh dari ibu kota dan telah terjamah teknologi, tetapi masyarakatnya masih percaya dengan hal mistis.
Jika ditelusuri, ternyata ada sebab yang serupa dengan apa yang dialami zaman Nabi Yusuf. Ada dua hal yang menjadi pemicu terjadinya kisah ini:
1. Iri Hati
Nabi Yusuf adalah anak dari Nabi Yakub. Di antara saudara-saudaranya, Yusuf memiliki wajah paling tampan dan paling disayang oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan rasa iri di hati saudara-saudaranya.
Setiap manusia telah dibekali dengan kelebihan yang berbeda. Tinggal kelebihan itu mau dipergunakan atau tidak. Kelebihan atau kemampuan yang dimiliki akan mendatangkan sukses jika diasah setiap hari. Proses menjadi sukses antara seorang dengan yang lain juga tidak sama. Ada yang harus bekerja menggunakan tenaga, tetapi ada pula yang bekerja menggunakan pikiran untuk mencapai suksesnya. Bekerja dan berpenghasilan dari rumah juga bukan hambatan mencapai sukses bukan?
Sikap iri telah ada sejak dahulu, menjadi pemicu perselisihan, dan bersifat merugikan. Melihat kelebihan orang lain bukanlah sebuah hambatan. Justru dengan kelebihan orang lain, dapat menutupi kekurangan kita. Demikian pula kelebihan kita dapat menutupi kekurangan orang lain. Itulah hakikat hidup yang sesungguhnya agar saling melengkapi.
2. Persekongkolan
Yusuf pernah dibuang ke sumur. Hal ini justru dilakukan oleh orang-orang yang terdekat dengannya, yaitu saudaranya. Ada perencanaan sebelum terjadinya hal tersebut.
Terjadinya kisah babi ngepet Depok juga diawali dari sebuah perencanaan yang dilakukan bukan hanya oleh satu orang. Ada pihak yang mendukung sehingga masyarakat mendapatkan skenario kisah babi ngepet.
Kisah babi ngepet Depok mengingatkan diri akan keteladanan Nabi Yusuf. Ada empat hal yang dapat diteladani dari Nabi Yusuf:
1. Memiliki Keyakinan pada Sang Pencipta
Ketika Nabi Yusuf dilemparkan ke dalam sumur dan menjadi budak, ia percaya akan pertolongan Allah. Dijual dan menjadi budak dilalui dengan penuh keyakinan akan pertolongan Allah. Hingga pada akhirnya Yusuf dapat menjadi seorang pemimpin melalui berbagai proses yang tidak nyaman.
Seorang yang memiliki keyakinan pada Allah memiliki pandangan fokus dalam menapaki kehidupan. Kesulitan yang terjadi bukan dianggap sebagai bencana, tetapi sebagai sebuah jalan mencapai sukses. Â
2. Tetap Berkarya dengan Kemampuan yang Ada
Yusuf memiliki kemampuan untuk menafsirkan mimpi. Ia tidak berdiam diri, tetapi mau berbagi tentang mimpinya dan menafsirkan arti mimpi orang lain. Keahlian menafsirkan mimpi yang pada akhirnya mengangkat derajat Yusuf. Ia akhirnya diberi kepercayaan oleh raja Mesir karena telah dapat menafsirkan mimpinya.
Kisah tetangga yang dianggap di rumah saja tetapi bisa berkecukupan menimbulkan tanda tanya. Selama orang mau berusaha dari mana saja, pasti akan ada hasil. Zaman yang sudah modern tidak menuntut pekerjaan harus dilakukan di luar rumah. Terutama masa pandemi ini, banyak orang yang bekerja dari rumah saja. Membuktikan diri dengan karya lebih baik daripada hanya melihat saja.
3. Tidak Tergoda Kemilau Dunia
Saat Yusuf tinggal di lingkungan istana, tidak membuatnya mabuk harta. Godaan dari Zulaiha tidak dihiraukannya. Ia lebih memilih pada prinsip hidup dan keyakinannya. Kemewahan yang dinikmati di lingkungan kerajaan dan tawaran Zulaiha tidak dipedulikannya. Akibatnya, ia harus masuk ke dalam penjara.
Kisah "babi ngepet" sebagai praktik pesugihan telah merebak di masyarakat sejak dahulu. Â Kisah ini mengendap dan terus berlanjut dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai berpikir "masuk akal atau tidak".
Seorang yang fokus hanya kepada harta dunia bisa membuat lupa diri. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak halal. Mendapatkan kesuksesan dengan usaha akan mendatangkan nikmat tersendiri daripada menggunakan cara tidak halal.
4. Pemaaf
Saat terjadi kelaparan, Yusuf mau menerima saudara-saudaranya dan memaafkan kesalahan mereka. Sebuah kesalahan yang berawal dari rasa iri dan terencana dari orang yang terdekat. Sikap mau mengampuni justru memberi kelegaan bagi Yusuf dan keluarganya. Rasa takut dari saudara yang bersalah pasti ada. Akan tetapi, mendapatkan maaf dari orang yang pernah disakiti memberikan pengalaman hidup luar biasa dan makin mendekatkan keluarga.
Setiap orang tidak luput dari kesalahan. Hanya Allah, Sang Maha Pengampun yang dapat mengampuni segala dosa dan pelanggaran umat manusia. Sebagai sesama manusia yang tidak luput dari kesalahan, bukankan lebih baik mengampuni daripada membenci?
Kisah babi ngepet Depok menyadarkan bahwa manusia tidak luput dari kesalahan. Ada paradigma yang telah diyakini, tetapi belum tentu benar. Belajar terbuka dan menerima perbedaan akan menjadikan hidup lebih bahagia. Terlebih lagi jika mau belajar mengampuni kesalahan. Setiap kesalahan pasti ada akibatnya. Manusia bisa belajar dari kesalahan yang ada untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI