Mohon tunggu...
Selva Niaa
Selva Niaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa pendidikan sejarah

dengan perbanyak karya tulis sejarah kita dapat melihat suatu peristiwa, tragedi dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerusuhan 1998 Terhadap Etnis Tionghoa Di Surakarta

1 April 2021   15:50 Diperbarui: 14 April 2021   11:05 17905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerusuhan mei 1998 adalah kerusuhan yang menjadi puncak aksi anti tionghoa. Kerusuhan ini sangat tragis dan banyak merugikan banyak pihak terutama yang beretnis tionghoa itu sendiri. Kerusuhan ini terjadi di beberapa daerah di indonesia. Surakarta merupakan wilayah sebagai tujuan migrasi orang-orang Tionghoa dimasa lalu, orang-orang Tionghoa datang ke Surakarta dengan tujuan untuk berdagang. Salah satu akibatnya adalah meningkatnya potensi ketegangan hubungan antar etnis di Surakarta. Konflik rasial di eks-Karesidenan Surakarta ini sudah terjadi sejak jaman penjajahan Belanda. Pada masa Orde Baru saja sudah terjadi tiga kali kerusuhan berskala besar yang terjadi pada tahun 1972-1998. Peristiwa rasial anti Tionghoa di Kota Surakarta ini memiliki faktor pemicu kerusuhan berskala kecil yang menjadi karakteristik unik yang mampu menyebabkan kekacauan sangat besar dan sangat serius. Faktor pemicu konflik di Surakarta pada tahun 1972-1998 yaitu terbentuknya mobilisasi massa, konflik individual serta aksi mahasiswa. Di bawah pemerintahan Orde Baru, ketegangan antara orang Cina dengan penduduk pribumi terus tumbuh sebagai akibat dari melebarnya jarak antara yang kaya dan yang miskin serta upah rendah yang diberikan kepada pejabat birokrasi, militer dan polisi. Masalah hubungan pribumi dan non pribumi hingga kini masih mengundang perdebatan sengit.

Dalam serangkaian tragedi konfik rasial di Surakarta tahun 1972-1998 ini sudah banyak menelan korban jiwa, banyak gedung-gedung perkantoran, pertokoan, atau rumah-rumah yang hangus terbakar serta kendaraan-kendaraan transportasi warga juga tak luput dari amukkan massa. Penyebab dari konflik rasial di Surakarta menurut penulis dapat digolongkan ke dalam tiga faktor, yaitu faktor ekonomi, faktor historis dan faktor politik. Faktor yang paling dominan adalah faktor ekonomi yaitu fenomena ekonomi modern dan tradisional, masalah perburuhan, masalah marjinalisasi kaum miskin dan krisis moneter menjadi pemicu terjadinya konflik rasial tersebut. Etnis Cina di Surakarta telah lama hidup berdampingan dengan penduduk pribumi Jawa dalam waktu yang lama. Tentu akan dijumpai beragam bentuk interaksi sosial dalam lingkungan masyarakat tersebut. Interaksi sosial masyarakat akan sulit untuk dipahami dan dimaknai apabila tidak dikelompokkan dengan menggunakan skema tertentu.

Penyebab kerusuhan etnis tionghoa tahun 1998 

Peristiwa rasial anti Tionghoa di Kota Surakarta ini memiliki penyebab pemicu kerusuhan berskala kecil yang menjadi karakteristik unik yang mampu menyebabkan kekacauan sangat besar dan sangat serius yang menelan banyak korban serta menyebabkan kerusakan-kerusakan dan masalah-masalah lain hingga menjalar ke luar kota Surakarta. Terdapat tiga faktor yang paling dominan yang melatarbelakangi peristiwa rasial antara etnis Tionghoa dengan pribumi Jawa di Surakarta tahun 1972-1998, antara lain sebagai berikut.

1. Provokasi-provokasi hingga terbentuknya mobilisasi massa. Kerusuhan rasial pada tahun 1972, mobilisasi massa terbentuk ketika mendengar berita terbunuhnya tukang becak oleh warga keturunan Arab menyebabkan pada pagi harinya tukang- tukang becak se-Surakarta dengan cepat menggerombol mendatangi lokasi kejadian karena adanya provokasi untuk memprotes pelaku pembunuhan. Dari menit ke menit aksi tersebut terus berkembang. Mobilisasi massa juga menjadi penyebab membesarnya peristiwa huru-hara tahun 1980 di Surakarta. Dalam peristiwa ini mobilisasi massa mulai terbentuk karena adanya provokasi oleh Pipiet karena tidak terima atas penyerangan yang menimpanya kemudian Pipiet berhasil mengumpulkan teman-teman sekolahnya. Sekitar 50 orang siswa bergerak menuju jalan Urip Sumoharjo untuk mengadakan aksi demonstrasi. Mobilisasi massa dalam kerusuhan Mei 1998 , Sudah terjadi ketika terjadi aksi damai di kampus UMS. Ketika aksi mahasiswa gagal diredam aparat keamanan dan berhasil keluar kampus, jumlah massa pun semakin bertambah banyak, setelah bergabungnya sejumlah pemuda yang telah bergerombol di kawasan Kleco

 Ketika di rumah ada yang memanggil dari luar pagar Jowo opo Cino?"( Jawa apa Cina?) yen jowo ayo melu ngobongi omahe Cino!(kalau Jawa mari ikut membakar rumahnya Cina). Ajakan-ajakan seperti itu yang membuat massa cepat terkumpul memadati di hampir seluruh jalan-jalan utama di kota Surakarta. Mereka mengajak warga ikut dalam kerusuhan ketika bergerak menuju pusat kota Surakarta.

2. Konflik Individual , Konflik antar individu dalam kerusuhan tahun 1972 dan 1980 di Surakarta menjadi awal kerusuhan yang sangat besar. Seharusnya konflik antar individu ini tidak seharusnya dapat menyebabkan kerusuhan massa yang mengerikan. Namum uniknya disini adalah konflik yang hanya melibatkan beberapa orang bisa memicu konflik yang serius. Konflik tahun 1972 di Surakarta, merupakan masalah sepele yang bermula dari ketidaksepahaman antara seorang encik Arab dengan penarik becak. Masalahnya adalah ketidak sepahaman masalah pembayaran jasa. Akhirnya terjadilah perang mulut dan saling memukul yang berakhir terbunuhnya tukang becak itu. Pada peristiwa kerusuhan tahun 1980 juga berawal dari konflik antar individu. Perkelahian antara Supriyadi alias Pipit dengan seorang pemuda WNI keturunan bernama Kicak alias Maryono di depan toko Orlane pada hari Rabu jam 12.00 (Suara Merdeka, tanggal 21 November 1980). Awalnya tejadi senggolan sepeda yang dikendarai ketiga siswa yang baru pulang sekolah itu dengan seorang pemuda Tionghoa yang sedang menyeberang di jalan Urip Sumoharjo. Kicak yang tidak terima menyerang Pipit menderita luka-luka karena terkena pukulan pemuda Tionghoa yang bernama Kicak.

3. Aksi Mahasiswa , Peristiwa 14 Mei 1998 dimulai dengan aksi demonstrasi mahasiswa yang terjadi di dua tempat, yakni di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Pabelandan Universitas Sebelas Maret (UNS) di Kentingan, Surakarta. Dari kedua aksi itu memunculkan kekerasan massa yang dimulai dari kampus UMS. Kejadian itu kemudian melebar, dan mahasiswa mulai bergerak keluar kampus. Aksi damai sekaligus aksi menuntut adanya reformasi yang digelar mahasiswa berubah seketika menjadi bentrok yang besar, di tambah lagi dengan keterlibatan masyarakat sekitar yang mudah terprovokasi menjadikan aksi ini sebagai awal terjadinya kerusuhan Mei 1998.

Kronologi kerusuhan Surakarta 1998

massa yang berada di dua sisi berteriak atas tindakan aparat terhadap mahasiswa, massa bergerak maju mendekati tempat insiden tersebut, tetapi kedua massa baik yang di depan pompa bensin maupun depan RSIS berhalau dihalau oleh petugas. Massa di sisi barat setelah sempat melempari petugas dengan batu bergerak ke arah Kartasura, sedangkan massa di depan RSIS sempat dorong mendorong dengan aparat, namun massa terdesak mundur bahkan akhirnya harus lari masuk ke kompleks RSIS dan sempat dikejar aparat. Setelah aparat mundur kembali, massa pun balik ke jalan, tapi kali ini mereka tak sekedar lagi melihat. Massa bergerak ke arah timur menuju kota Solo sambil berteriak-teriak lantang tentang berbagai hal yang mereka anggap menjengkelkan. Ketika berjalan itulah sejumlah massa mulai melempari dan merusak sejumlah fasilitas umum. Selain itu massa juga melakukan perusakan lampu lalu lintas di depan gerbang kampus UMS. Sesampai di Kleco, jumlah massa bertambah dengan bergabungnya puluhan pemuda yang bergerombol di pinggir-pinggir jalan. Pemuda yang bergerombol di pinggir terprovokasi oleh massa sehingga mereka bergabung dengan massa untuk melakukan perusakan. Dari Kleco massa bergerak ke timur. Ketika sampai di depan showroom dan dealer resmi mobil Timor terdengar seeorang berteriak untuk menghancurkan tempat tersebut, karena emosi massa sudah terprovokasi sejak dari Pabelan maka mereka dengan mudah mengikuti ajakan untuk menghancurkan tempat itu. Massa melempari semua kaca dealer itu walaupun tidak ada satu pun mobil di dalamnya.

Setelah menghancurkan showroom dan dealer resmi mobil Timor, massa kembali bergerak lagi ke timur, kali ini showroom Bimantara menjadi korban perusakan selanjutnya. Seluruh kaca dan sebuah mobil yang berada di dalam showroom tersebut dirusak oleh massa. Sementara massa melakukan perusakan showroom tersebut, sebagian massa tetap melanjutkan pergerakannya ke arah timur. Sewaktu melewati perlinasan KA Purwosari masa menjadi semakin bertindak anarkis, seluruh pot tanaman, lampu dan tiang bendera yang berada di marka jalan dirubuhkan hingga melintangi jalan raya. Saat melewati bank-bank massa juga melemparinya dengan batu. Aksi pelemparan batu menjadi semakin memanas saat massa lepas dari perempatan Gendengan. Kumpulan massa menjadi semakin benyak dikarenakan sepanjang perjalanan, banyak warga masyarakat tang ikut bergabung sehingga jumlah yang ikut dalam aksi tersebut menjadi ribuan orang.

Selanjutnya, aksi massa menjadi semakin brutal, karena setelah aksi pelemparan batu massa masih kurang puas dan melakukan aksi bakar-bakaran. Insiden pembakaran meletus pertama kali saat pergerakan masa sampai di kantor BCA Gladak. Sebuah mobil yang terparkir dihlaman ikut dibakar. Kemudian masa menuju jalan Jenderal Soedirman dan melewati Bank Danamon serta membakar mobil yang terparkir di halamannya masa sempat mencoba menyerbu kantor Telkom dan Balaikota, tapi urung menyusul kedatangan sepasukan kostrat. Masa mulai terpecah saat hendak menyerbu balaikota sebagian menuju kompleks pertokoan Matahari Beteng di sana mereka melempari kaca, menjarah dan membakar ATM Bank PSP. Kerusuhan kian meluas, masa hampir merata di seluruh penjuru kota turun kejalan melakukan pelemparan dan pembakaran bangunan maupun kendaraan bermotor bahkan juga melakukan penjarahan. Sedang di Solo bagian utara sekitar pukul 17.00 WIB ribuan masa membakar terminal Bus Tirtonadi tak kurang dari 4 buah bus ikut dibakar. Sementara di bagian barat Solo amuk masa juga menerjang kantor samsat, jajar. Di sepanjang Jalan Adi Sucipto puluhan rumah di rusak. Gudang coca-cola dijarah masa dan mobil dirusak. Di Solo bagian selatan, Bank Putera yang baru louncing ikut dibakar habis. Dari kerusuhan tersebut warga masyarakat juga terkena imbasnya, masyarakat Boyolali misalnya, terpaksa berjalan kaki karena tidak ada angkutan yang lewat. Hingga pukul 23.30 WIB, Solo masih terlihat gelap dan mencekam lantaran aliran listrik sebagian besar kawasan mati menyusul kebakaran di sejumlah tempat.

Dampak dan pasca kerusuhan Surakarta 1998

Dampak yang di rasakan oleh warga Surakarta sangat besar , dari kerusuhan dapat dikatan bahwa kota solo lumpuh total. kerugian yang besar dari ekonomi, sosial hingga psikologi. Seluruh masyarakat Kota Surakarta menjadi korban akibat kerusuhan ini. Kehancuran terlihat dari berbagai sudut kota. Toko-toko, supermarket, perkantoran hingga rumah tinggal banyak yang dirusak hingga dibakar. Berbagai fasilitas umum layaknya pos polisi, rambu lalu lintas sampai telepon umum dihancurkan oleh massa. bangkai mobil dan sepeda motor yang terbakar dapat terlihat di sepanjang jalan. Setelah 2 hari pasca kerusuhan ditemukan korban-korban yang ikut terbakar di dalam bangunan toko dan pasar swalayan. Jumlah korban yang ditemukan sebanyak 3 jenazah, 14korban meninggal ditemukan di dalam gedung Toserba Ratu Luwes Pasar legi, 19 korban lainnya ditemuan di dalam toko sepatu Bata. Berdasarkan kesaksian salah seorang anggota UPGD Crisis Center PWI Solo (dalam Mulyadi dan Soedarmono, 1999), 19 jenazah ditemukan dengan keadaan berkelompok-kelompong dan saling menindih satu sama lain. Lokasi penemuan korban berada di dekat sumur belakang toko, tangga besi toko yang runtuh dan sisanya berada di kamar mandi toko. Keadaan korban saat ditemukan sudah tidak lengkap.

Beberapa bagian tubuh sudah terbakar. Kerusuhan yang memakan waktu selama dua hari mengakibatkan kerugian meteral sebanyak Rp. 457.534.954.000,- kerugian terbesar ditanggung oleh plaza dan supermarket senilai Rp. 189.637.500.000,- Diikuti dealer dan showroom dengan total kerugian sebesar Rp. 98.783.700,-. Selain itu kerugian juga ditanggung oleh toko-toko, pabrik, bus, hotel hingga restoran. Kerusuhan 14-15 Mei 1998 juga berpengaruh besar dalam berputarnya roda perekonomian. Pasca kerushan tidak ada lagi pusat perbelanjaan ataupun toserba yang beroperasi. Pusat perbelanjaan seluruhnya hanya bisa diakses melalu pasar tradisional. Dari sisi kehidupan sosial, kerugian memiliki dampak psikologis traumatis bagi sebagian masyarakat yang menjadi korban. Selain itu akibat kerusuhan ini banyak masyarakat yang dengan terpaksan menjadi pengangguran.

Hal ini diakibatkan tempat mereka bekerja dirusak ataupun dibakar. Kondisi ekonomi Kota Surakarta pasca kerusuhan 14-15 Mei 1998 dinyatakan hampir lumpuh total. Roda perekonomian tidak bisa bergulir dengan baik. Seluruh fasilitas ekonomi seperti bank, toko swalayan hingga toko-toko tradisional tidak beroperasi. Keputusan untuk menutup seluruh gerai-gerai didasarkan alasan keamanan. Pasca kerusuhan beredar berbagai issu akan terjadinya kerusuhan susulan. Ketakutan-ketakutan ini berimbas juga kepada sejumlah pasar tradisional yang biasanya beroperasi selama 24 jam menutup, pasca kerusuhan hanya beroperasi setengah hari. Ditengah-tengah keadaan ekonomi kota yang lumpuh, pasar tradisional menjadi jalan keluar bagi masyarakat kota. Selama beberapa hari masyarakat hanya bisa bergantung kepada pasar tradisional. Walaupun harga kebutuhan pokok pasca kerusuhan melonjak tinggi. Penutupan toko-toko tradisional disebabkan kondisi bangunan yang dihancurkan selama kersuhan, sebagian lagi pemilik toko yang merasa takut akan dijarah jika membuka tokonya.

Pasca kerusuhan, PMS membangun posko-posko yang tersebar di 5 kecamatan dijaga oleh beberapa petugas yang siap membantu warga yang datang. Bagi warga yang mengalami kerugian baik dari segi materi hingga psikis, maka akan di data nama, alamat, jenis kerugiannya dan bantuan apa yang diharapkan. PMS juga membantu warga untuk mengurus pembuatan surat-surat dan akte yang hilang saat kerusuhan. Selain itu PMS juga memberikan santunan bagi keluarga korban selama 3 bulan. Santunan diberikan untuk kepala keluarga sebesar 200 ribu dan untuk istri beserta anak-anak diberikan masing-masing sebesar 100 ribu. Apabila satu keluarga memiliki 2 orang anak. Maka PMS akan memberikan dana sebesar Rp. 500.000,- dengan rincian Rp. 200.000,- untuk kepala keluarga dan Rp. 300.000,- untuk istri dan kedua anaknya. Pemberian dana diberikan kepada keluarga yang saat kerusuhan mengalami kebakaran yang menghabiskan seluruh assetnya ataupun masyarakat yang assetnya dijarah dan dirusak habis oleh massa. PMS juga sangat membantu dalam bidang perecoveryan dan masih banyak bantuan yang di berikan oleh PMS. Hingga saat ini masyarakat ataupun korban memaknai kejadian Mei 1998 dengan berbagai macam emosi. Tidak menutup mata bahwa sampai saat ini masih ada korban yang memendam perasaan marah ataupun ketakutan atas apa yang dialaminya pada tahun 1998. Perasaan emosi yang berkembang dan bertahan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas individu. Korban akan menjadi sensitif dibandingkan masyarakat lain. Namun dibalik perasaan maupun emosi yang meliputi korban, beberapa bagian dari korban mei 1998 sudah berada dalam tahap memaafkan ataupun berdamai dengan diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA 

Purbasari,Ayuningsih Verbena dan Suharno. 2019. INTERAKSI SOSIAL ETNIS CINA-JAWA KOTA SURAKARTA. Jurnal antropologi : isu -- isu sosial budaya. 21(01): 3-5

 

Salim,Lydiana dan Akhmad Ramdhon. 2020. DINAMIKA KONFLIK KERUSUHAN MEIN 1998 DI KOTA SURAKARTA MELALU PRESPEKTIF KORBAN. Journal of Development and Social Change. 3(1): 66-68


Putro, Aryanto Yahya, Hamdan Tri Atmaja dan Ibnu Sodiq. 2017. Konflik Rasial Antara Etnis Tionghoa Dengan Pribumi Jawa di Surakarta Tahun 1972-1998. Journal of Indonesia History 6(1): 69-70




Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun