Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malam Tirakat di Jembatan Progo (Mengenang Pembantaian Massal Pejuang Temanggung)

17 Agustus 2023   06:48 Diperbarui: 18 Agustus 2023   07:04 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semalam 16 Agustus 2023, pukul  20:30 Wib, diadakan acara doa bersama untuk mengenang para pejuang yang menjadi korban kebiadaban pasukan Belanda di Jembatan Kali Progo yang masuk wilayah Kelurahan Kranggan. Bertempat di atas jembatan selain doa bersama juga ditampilkan teatrikal puisi yang menceritakan keganasan Belanda saat terjadinya pembataian ribuan pejuang di atas jembatan itu. Dihadiri oleh Bupati Temanggung Bapak Al Khadziq, Ketua DPRD Temanggung Bapak Yunianto, S.P. , para sesepuh daerah Kranggan, tokoh agama dan warga sekitar

Betapa mencekam saat itu, di tempat yg kupijak ini, di jembatan Kali Progo. Ribuan pejuang dan rakyat biasa (petani, pedagang dll) harus meregang nyawa karena kebiadaban kolonial Belanda, di Agresi Militer kedua tahun 1948- 1949. Mereka diperintahkan berbaris dengan tangan diikat di belakang badan, lalu satu persatu kepala mereka dipenggal atau ditembak. Seketika mayat jatuh ke sungai, darah memerahi beningnya kali progo. Pembantaian itu adalah imbas dari ditanda tanganinya penyerbuan ke markas Belanda oleh Letnan Jendral TNI, Bambang Sugeng. Kala itu Bambang Sugeng adalah Wakil 1 Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP). Tentu saja Belanda tidak terima lalu mengerahkan pasukan yang berkhianat pada Indonesia untuk melakukan serangan balasan dengan membantai pejuang Indonesia di atas Jembatan Kali Progo ini.

Sepenggalan kisah pembantaian itu semalam dipentaskan secara teatrikal dan juga pembacaan puisi oleh remaja Kranggan bersama KSS3G (Keluarga Studi Sastra 3 Gunung)  dengan judul Titik Merah yang disutradarai oleh Cemplon dan puisi Riak Haru Jembatan Progo Saksi Bisu oleh Selsa, narasi Kisah Sejarah Progo oleh Dini Rahmawati.  Juga Pembacaan puisi oleh sesepuh Sastra Temanggung, Bapak Roso Titi Sarkoro.

gambar : Sudut Temanggung
gambar : Sudut Temanggung

pembacaan puisi oleh sesepuh Sastra Temanggung, Bapak Roso Titi Sarkoro
pembacaan puisi oleh sesepuh Sastra Temanggung, Bapak Roso Titi Sarkoro

Yang membuat miris, para algojo adalah pribumi, orang Indonesia yang berkhianat dengan membela Belanda. Kebanyakan dari mereka orang-orang dari timur Indonesia. Semoga mereka yang telah gugur membela harkat dan martabat negeri ini, diterima dan diberikan tempat yang layak oleh Allah SWT. 

gambar Selsa
gambar Selsa

Adapun Jembatan Progo saksi bisu sejarah kelam perjuangan bangsa ini pun harus tumbang, karena tidak dipelihara dan dijaga sebagaimana mestinya. Jembatan tua itu kini berganti bangunan menjadi jembatan seperti sekarang ini. Sayang sekali, banguan yang tinggi nilai sejarah itu musnah karena kelalaian kita sebagai pewaris negeri ini. Hingga alam membuatnya rusak dan hancur.

Jembatan yang tinggi nilai sejarah, namun terabai hingga akhirnya takhluk oleh alam, hancur, Gambar Selsa
Jembatan yang tinggi nilai sejarah, namun terabai hingga akhirnya takhluk oleh alam, hancur, Gambar Selsa

Kedu, 17 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun