Lintasan kenangan berkunjung di beranda pagiku kali ini. Mataku belumlah sempurna terbuka saat ia mengetuk pintu. Tanpa basa basi ia berlari-larian di sekujur ingatanku. Memporak-porandakan ketabahan penantianku.
Ah... mengapa tadi kubiarkan ia masuk?. Harusnya kututup rapat ingatan ini agar dia tak leluasa menyerikan jiwa yang terlanjur sakit. Â
Kenangan tentang seseorang yang pernah mendekap resahku, yang pernah mengusap air mataku tatkala badai menghempaskan biduk kehidupanku. Seseorang yang kemudian pergi tanpa pesan. Khayalan menua bersama kandas. Dan semesta menyembunyikan dia entah di mana.
Tak kusesali jumpaku dengan seseorang itu, sungguh!, aku hanya bersedih sebab kepergiannya melahirkan luka baru bagi jiwaku.
Itulah mengapa aku membenci kenangannya, membenci sebab saat namanya meretas sepiku, ragaku melemah jiwaku kelesah, dan aku lunglai.
Kini, kuputuskan saja berdamai dengan kenangan, agar saat muncul lagi, tak perlu risau dengan segala perih penantian.
Semoga semesta merestu.
Kedu, 25 Mei 23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H