Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Asmaradhana

18 Juni 2020   13:30 Diperbarui: 18 Juni 2020   13:26 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lan wengi  sing mraming iku
sejatine kanca sing padha nglangute
titip lan kangen mring asmara

(dan malam2 sunyi,adalah sebenarnya teman yang pada kelamnya aku titip rindu dan cinta)

Tatkala sunyi menjejak malam
Bimbang meraja semesta jiwa
Saat itu aku hanya perempuan penjaja rindu
Rindu yang kutawarkan pada tuan
Sebelum retas jiwa ini tergerus perihnya
Bisakah?
Berdamaikah nurani saat luka meretas rindu
Sedang kisah asmara bertahta di singgasana keegoisanmu

Aku perempuanmu
Tatkala inginmu ada
Aku perempuanmu
Penggenap hasratmu
Aku perempuanmu
Di gangga luka tetap tersenyum

Aku perempuan
Ingatkah tuan?
Aku perempuan dengan darah dan jantung yang masih berdegup
Bukan hanya boneka mati tanpa rasa.
Yang bisa tuan bisikkan seribu desah kelam
Yang melacur di tiap-tiap gelap  hanya demi segumpal hasrat tuan, tanpa bayar!

Lalu tuan titipkan cinta instan
Pergi begitu saja dengan jejak liur disekujur tubuhku.
Aku perempuan tuan..
Punya rindu untuk sekedar kau bisikkan "aku rindu kamu permaisuriku"

Aku perempuanmu
Tanpa dendang asmaradhana darimu tuan
Tanpa kelembutan kasih dari sela jari jemari
Namun pasrah demi pergulatan jiwa yang haus
Haus sentuhan-sentuhan cinta

Aku perempuanmu
Meluruh bersama takdir
Ikhlas ada di sisimu menebar senyum
Menebar cinta
Menyiapkan secangkir anggur kenikmatan
Tanpa keluh, tanpa lenguh
Tak ada kata meminta
Tak ada kata menuntut
Sebab cinta telah cukup untuk cinta

Aku perempuanmu tuan
Yg menghamba demi hangat pelukan
Mengabdi pada keharusan kodrat dari pagi hingga gelap malam
Berkalungkan tunduk
Beralaskan sebingkai kelembutan

Hahahaha...
Mimpiku
Akulah bidadari surga bagi jiwa maskulinmu
Nyatanya aku hanya tumpukan peluh egomu.
Aku hanya mampu berorasi dalam jiwaku
Karena lakuku terkekang rindu
Mulutku tersumpal asa
Jiwaku mencinta hanya untuk cinta

Aku perempuan!
Lemah katamu??
Jika selemah pikirmu...
Lalu bagaimana aku mampu menghamba demi sekerat cinta yang kau balut luka???
Aku kuat dalam lemahku tuan...
Karena aku Perempuan.
Ya... aku perempuan!
Ingat itu!

Aku perempuanmu...
Yang terhimpit oleh kata pengabdian dan penghambaan
Terdiam pilu manakala serapah terlontar dari mulut sang tuan
Tertunduk sendu tatkala tangan-tangan kokoh tuan
Melesat secepat kilat mendarat di wajah lelahku

Aku perempuanmu
Takkan sanggup membalas lakumu dengan hal yang sama
Sebab aku punya jalan sendiri untuk menyakitimu
Kelembutanku
Aura cintaku
Pengabdianku
Penghambaanku
Adalah balasan setimpal
Yang kelak kau tangisi di detik-detik  sebelum ajal kau jelang

Saat itu, aku bukan lagi perempuan lembut
Sebab tawaku kan membahana
Iringi jasadmu yang tertanam di liang lahat
...
Camkan itu!

 

*Jingga & Selsa 2015*

Puisi kolaborasi Jingga dan Selsa
pernah dipertunjukan pada acara Kompasianival 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun