"Siapa tahu ada yg besok mencari". Lanjutku.
        Lalu kami masuk ke hutan untuk menguburkan tulang belulang itu, ternyata jumlahnya banyak juga. Ada 12 jenazah tanpa identitas berikut seragam tentara dimasukan dan disusun di dalam 3 drum, lalu kami kuburkanÂ
Setelah selesai membacakan doa, kami beri tanda 3 kayu palang layaknya kuburan para pejuang, karena kami mengira mereka adalah prajurit USA.
Rasanya capek juga, tapi kami lega  sudah memperlakukan jenazah-jenazah tersebut secara layak. Selanjutnya sebagian kami masuk ke gudang itu dan tidur. Malam harinya kami buat api unggun dan makan malam bersama.
Hari ke 5.
        Pagi hari ada 4 orang yang berniat masuk hutan lebih jauh lagi. Yang lain tetap memancing, termasuk aku. Namun gelombang tinggi membuat aku menyerah, disusul teman lainnya. Akhirnya semua memutuskan ikut masuk hutan.
Tiba-tiba 4 orang yang masuk sejak pagi keluar dan tampak terhuyung-huyung, Â lalu satu persatu roboh. Salah satu dari mereka bilang "Jangan makan buah-buah yang banyak disana, beracun!" Lalu dia diam untuk selamanya.
Ada rasa ketakutan dalam diriku, lalu aku ajak teman-temanku "Semua tinggalkan pulau ini. Ayo pulang, ini pulau kematian."
Kami segera bergegas untuk berkemas, 4 jenazah teman kami langsung dibawa kekapal.
       Â
        Tapi badai menghalangi niat kami pulang, kecuali kapal yang membawa 4 jenazah. Sebab di rombongan itu ada abang salah satu dari 4 jenazah yg nekad membawa adiknya pulang. Dan mereka berangkat terlebih dahulu beberapa saat sebelum ada badai. Aku dan salah satu teman kamu yang bernama Tomas berdiskusi, dan tercapai kesepakatan bahwa kami berangkat setelah angin reda.