"Sudah jangan protes, sana mandi buruan" Sapto pura-pura marah.
"Ya" Lastri pun bergegas keluar dari ruangan itu.
Seiring kepergian Lastri, Sapto menelepon Mira dan Lilis istrinya, dia mengabarkan kehamilan Lastri dengan penuh suka cita. Kedua istrinya pun menampakkan kegembiraan saat menjawab terlpon suaminya itu. Senyum puas kembali menghiasi wajah Sapto, dia merasa bangga punya ketiga istri cantik dan semuanya akur saja.
Berita kehamilan Lastri segera tersiar ke beberapa tetangga, termasuk kedua orang tua Lastri. Mereka menyambut kehamilan anaknya dengan suka cita. Segera diadakan doa syukur bersama dengan memanggil saudara dan tetangga terdekat, agar jabang bayi Lastri yang merupakan cucu pertamanya itu sehat wal afiat.
Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak, demikian pepatah mengatakan. Kebahagiaan keluarga besar Sapto dan lastri harus tercabik-cabik. Saat malam yang sepi, sepulang menyetorkan ratusasn keranjang tembakau ke gudang pengepulan, Sapto mendapati kenyataan paling pahit dalam hidupnya.Belum hilang penatnya karena seharian mengantri giliran truknya masuk gudang, sekelebat dilihatnya perempuan keluar dari kamarnya. Keadaan rumah malam itu memang remang-remang tak terlalu terang, sebab listrik tengah padam, hanya ada beberapa lampu lentera terpasang. Sapto bermaksud mengejar sosok perempuan itu, namun terdengar rintihan dari dalam kamarnya. Segera saja dia mencari arah suarat rintihan itu, diambilnya lampu senter di almari, lalu dicarinya arah suara itu.
Mata Sapto terbelalak "Lastri!!!"
Teriakannya menggema keras, membuat tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya berdatangan ke ruamhnya. Mereka terkejut mendapati tubuh Lastri berlumuran darah didekapan Sapto.
"Tolong panggil ambulans, tolong" teriak Sapto pada tetangga-tetangganya. Di antara kerumunan itu tak terlihat satupun istri Sapto dan anak-anaknya. karena mereka tengah berlibur ke rumah nenek-nenek mereka dari pihak ibunya.
Ambulans datang 20 menit setelahnya, namun agaknya Lastri sudah tak bisa ditolong lagi, akibat pendarahan hebat dari 3 lubang di dada kanan akibat tusukan benda tajam. Lastri meninggal di pelukan suaminya. Dia membawa jabang bayi yang masih berusia 6 bulan.
***
Sementara pihak berwajib masih mengumpulkan barang bukti dan kesaksian dari orang-orang yang diduga tahu kejadian pembunuhan Lastri< Sapto untuk sementara ditahan di sel kepolisian. Mulutnya teruslah bergumam "Tidak...bukan dia...bukan dia pembunuhnya"
Jiwa Sapto terganggu hingga pihak berwajib belum bisa meminta kesaksian darinya.