Kemeriahan Dirgahayu Kemerdekaan memang masih menggaung di penjuru Indonesia, baik itu di kampung-kampung maupun di kota. Segenap rakyat antusias turut memperingati HUT RI yang kini telah menginjak usia 71. Bahkan hingga hampir satu pekan berlalu, masih saja terlihat warga melaksanakan lomba-lomba ataupun menyelenggarakan "pesta rakyat" dengan panggung-panggung hiburan.
Dalam perayaan itu, tak jarang (selalu) dikumandangkan lagu-lagu perjuangan Indonesia. Baik itu lagu nasional ataupun lagu tempo dulu yang berisikan perjuangan (Sepasang Mata Bola,  Kebyar-kebya, dan lain-lain) , yang sekiranya bisa menggugah semangat juang dan cinta tanah air. Dengan  lagu-lagu itu, memang diharapkan nasionalisme menjadi sangat kuat dalam diri kita masing-masing. Seperti yang terjadi semalam saat kampung kami mengadakan panggung hiburan bagi RT dimana kami tinggal.
Acara dimulai dengan koor dadakan semua ibu-ibu yang menyanyikan medley lagu-lagu perjuangan. Memang disengaja dari kami para ibu-ibu untuk tampil pertama kali menyanyikan lagu-lagi perjuangan dengan harapan agar generasi penerus tergugah untuk turut pula semangat dalam memeriahkan acara. Tak kurang dari 8 lagu perjuangan kami nyanyikan, seperti Maju Tak Gentar, Hari Merdeka ((17 Agustus 45), Garuda Pancasila, Halo-halo Bandung, Indonesia Pusaka dll.Â
Perasaan senang tiba-tiba menjadi sedikit pedih manakala giliran spontanitas dari para remaja yang didaulat naik panggung untuk menyanyikan lagu bersama.
Pilihan lagu pertamanya ternyata Ibu Kita Kartini. Tak salah sebenarnya sebab Kartini juga merupakan pejuang perempuan. Namun lagu kedua mereka menyanyikan lagu pop cecintaan dari salah satu band terkenal saat ini. Nah ini yang bikin miris, ibu-ibunya saja menggelorakan semangat juang 45 dengan lagu-lagu nasional, Â remajanya malah menyanyikan lagu melow. Berikutnya lagu ketiga juga bukan dari lagu perjuangan.Â
Dari peristiwa semalam, saya kembali berpikir, bukan salah para remaja kalau mereka tak terketuk untuk menyanyikan lagu-lagu nasional, sebab kemungkinan besar mereka tidak hafal liriknya. Dan mengapa mereka tidak hafal? Menurut pengalaman saya membesarkan ketiga anak, di sekolah mereka jarang sekali dikenalkan dengan lagu-lagu nasional. Yang mereka tahu (hafal) hanya beberapa judul, itupun karena tiap senin mereka dengarkan saat upacara bendera. Kalau boleh "bicara" sedikit,  sekolah jaman sekarang sangat minim sekali mengajarkan "rasa cinta tanah air" pada murid-muridnya. Salah satunya yaitu kurang mengenalkan lagu-lagu nasional tersebut. Padahal sesuai pengalaman, saat menyanyikan lagu perjuangan misalnya lagu  Indonesia Pusaka, nurani kita pastilah tumbuh kecintaan dan kebanggaan pada negeri ini. Namun sekarang? jangankan kok lagu-lagi nasional, lagu-lagu daerah saja kemungkinan terdengar asing di telinga remaja-remaja kita. Bagi saya itu sangat miris, saat lagu-lagu perjuangan hanya dijadikan hiburan sambil lewat saat seremonial belaka. Setelah selesai mereka melupakan, dan apabila satu saat mereka diminta menyanyikan lagi maka mereka bersusah payah menghafal lagu liriknya.Â
Nah ini mungkin PR bagi Pak Menteri Pendidikan yang baru dilantik. Agar sedikit memberikan ruang bagi pelajar terutama tingkat dasar dan menengah agar belajar mencintai negeri ini lewat lagu-lagu perjuangan, sama seperti tahun sebelum 1990. Tak bisa dipungkiri para pelajar yang bersekolah sebelum tahun 1990 hingga kini hafal di luar kepala lagu-lagu nasional dan beberapa lagu-lagu daerah, Sebab sekolah jaman dahulu kerap menyelipkan pelajaran menyanyi lagu nasional dan daerah pada jam-jam pelajarannya.Â
Tulisan ini saya tujukan pula kepada Menteri Pendidikan, Bapak Muhadjir Effendi, dengan harapan mohon diperhatikan hal-hal yang mungkin sepele namun saya kira bisa berbuah baik. Karena menurut saya yang bodoh ini, dengan penanaman rasa cinta air yang tinggi, kelak akan tercipta generasi penerus bangsa yang mumpuni, yang tidak mudah tergoda korupsi, atau melakukan hal yang bisa merusak bangsa dan negara.
Akhir kata
 "Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 71" Â
Dengan lagu-lagu perjuangan mari kita tumbuhkan cinta tanah air, agar tercipta bangsa yang besar dan penuh kedamaian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H