Semisal kabut pekat halangi jarak antara ku dan mu
langkah tetap aku ayun menujumu
seandai deras hujan mengintai senjakuÂ
selalu raga ini menanti peluk hangatmu
asmara menggejolak setiap waktu
membanjir muaramu
asa mengangkasa dihitungan detiknya
itupun karena wajahmu bermain di sudut kedipan mataku
sejuta pesona kau taburkan di kalbu
sanggup luluh lantakan jiwaku
serupa virus, lumpuhkan rasaku
serupa candu, mengadukaduk akal sehatku
bak kelopak mawar merekah di kedinian
indahmu warnai titian hidupku
selayak embun pagi dalam kesejukan alam
kasihmu membasuh penat perjalananku
ingin aku tebarkan benci di wajahmu
yang kerap menggoda hasratku
ingin kucongkel hitam bola matamu
yang selalu menyelipkan renjana jiwaku
ingin...
dan setumpuk ingin mengenyahkan namamu
namun aku kian terhempas dalam dendam rindu padamu
*PK, 3 Agustus 16*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H