Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Papua, Tak Kenal Maka Tak Sayang

3 Juni 2016   14:30 Diperbarui: 7 Juni 2016   17:12 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak kenal maka tak sayang, bisa jadi itu yang membuat Papua dengan segala pesonanya belum bisa “bicara” banyak di negeri.

Bicara mengenai Papua, kebanyakan dari kita yang berada di luar pulau terbesar itu maka yang terjawab kemungkinan hanya soal Cendrawasih dan Koteka saja. Padahal sejatinya Papua menyimpan kebudayaan lokal yang sangat banyak dan bernilai tinggi.

Papua yang mempunyai 270 etnis asli dan 100 etnis non Papua, Papua pula mempunyai alam yang satu-satunya hanya ada di dunia yaitu puncak bersalju di Puncak Jaya, belum lagi Raja Ampat yang pesona alamnyasangat menakjubkan itu. Tentu sangat kompleks apabila kita berbicara tentang kebudayaan Papua dengan beragamnya suku, etnis dan bahasa disana.

Menurut bapak Profesor Suratman, Ketua Lembaga Penelitian Papua UGM, bahwa Papua yang kaya akan adat dan tradisi itu masih kekurangan dokumentasi dan publikasi. 

Untuk mengenalkan kebudayaan Papua maka PT Freeport bekerja sama dengan Kempgama mengadakan acara dengan tajuk “Meneropong Papua dari Kacamata Budaya” di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjo Sumantri (PKKH), UGM. Untuk mengenalkan berbagai kebudayaan Papua berikut alam yang sangat luar biasa indahnya itu. 

Bicara mengenai Papua tentu kita tidak bisa lepas dari PT Freeport, salah perusahaan penambang asing yang sudah berpuluh tahun ada di sana.

Lalu bagaimana hubungan PT Freeport dengan tanah pusaka Papua?. Penambangan apapun bentuk dan jenisnya, terkadang menyisakan sebuah dilema antara menggali kekayaan alam dan perusakan alam itu sendiri.

Padahal kita tahu Papua adalah salah satu suku yang memegang teguh kelestarian alamnya. Papua menganut falsafah menyatu dengan alam itu bisa kita lihat dari kebudayaan sehari- harinya. Seperti rumah adatnya yang masih memegang tradisi memanfaatkan kekayaan alam tanpa merusak alam itu sendiri.

Nah dengan adanya penambangan PT Freeport ini, bagaimana alam Papua disana? Maka dari itu pihak PT Freeport membangun sebuah laboratorium limbah sebagai wadah penelitian dampak buruk yang akan terjadi sehubungan dengan adanya penambangan ini.

Pihak PT Freeport pula telah menyediakan beberapa fasilitas umum guna memperbaiki pra dan sarana warga sekitar yang terkena dampak dengan adanya penambangan itu.

Namun apapun itu, untuk Papua yang paling mendesak selain mengenalkan alam dan kebudayaan pada masyarakat negeri khususnya dan dunia umumnya. Warga Papua juga harus tetap mempertahankan warisan budaya dari leluhur dengan baik.

Salah seorang putra daerah Papua, Riano Rumbiak, mahasiswa fakultas Geografi UGM, menjelaskan bahwa tugas para generasi penerus Papua adalah yang pertama kali mengenal kebudayaan sendiri dahulu untukkemudian diperkenalkan pada “dunia”. Sebab putra daerah yang mengenal baik kebudayaannya pasti akan punya kebangaan dan tanggung jawab akan kelestariannya.

Bicara Papua, termasuk bicara kebudayaan tentu tidak bisa berhenti dengan keinginan mempertahankan kelestarian budaya. Namun lebih dari itu, Papua yang mempunyai banyak etnis dan suku bisa tetap menyelaraskan kehidupan bersama di alam yang masih asri. Untuk itu perlu juga campur tangan dari pemerintah pusat dan daerah untuk serius mewacanakan masa depan Papua dengan baik agar tercipta masyarakat yang mumpuni dengan kebudayaan yang bernilai tinggi.

*bantargebang. 3 mei 2016*

ilustrasi gambar Arif LH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun