[caption caption="ilustrasi : selsa"][/caption]Kau jauh di sana, sementara aku menunggumu di sini, di tempat sunyi, penuh dengan kerinduan-kerinduan yang menggelegak.
Jarak terasa begitu kejam memisahkan percintaan kita, sayang, namun kita tak mampu menerobos meski kekuatan cinta sepenuh jiwa.
Jarak pula kini membuat kita hidup bagaikan dua manusia asing meski menyatu dalam jiwa.
Obrolan-obrolan kita terasa hambar, kita tak pandai menuangkan rasa rindu dalam sebuah kata-kata manis. Sebab kita berdua bukan pujangga cinta yang dengan mudah ungkapkan cinta. Terlebih aku, yang bodoh tuk menuangkan isi hati.
Lalu bagaimana aku bisa melangkah di sisimu? sedang jarak, terkadang membuat kita bagai berdiri di masing-masing tebing tanpa jembatan?
Jarak pula telah menciptakan prasangka-prasangka yang berjejal dalam rongga dada, dan menunggu meledak pada suatu hari kelak.
Prasangka-prasangka itu serupa virus menyakiti kita berdua tanpa ampun, lambat laun akan membunuhku, bisa saja membunuhmu pula.
Pernah terlintas dari benakku, ingin kuakhiri semua ini. Ingin aku melepas cintamu. Biar sakit ini tak lagi kurasa.
Aku ingin berhenti mengharapmu, sangat ingin, meski rasaku padamu tak terganti.
Namun aku tahu pasti aku tak kan sanggup hidup tanpa cintamu.
Dirimu sangat berarti bagi hidupku, cintamu adalah nyawaku, lalu mungkinkah aku hidup tanpa cintamu?.
Ingin kubunuh jarak ini, sebelum ia membunuh cintaku dan cintamu. Meski aku tak tahu senjata apa yang sanggup melumpuhkannya.
Mungkinkah cinta kita yang demikian sarat ini sanggup mengalahkan kekejaman jarak?. Ataukah kita mesti menunggu berpuluh musim hingga jarak mendekatkan kita karena ia telah lelah serapah kita?.
Ah Jarak..
Janganlah kejam padaku
Â
***
Â
PK 16316