Kepada orang terkasih
Layaknya separuh jiwaku pergi, melayang bersama kabar sore di antara rintik hujan sore ini. Saat dengan lantang aku katakan ingin berpisah denganmu, namun hanya sekejap kelantanganku meminta kau menjauhiku, berubah menjadi tangis yang tak termaafkan oleh diri sendiri. Aku sesali telah mengharapkan sesuatu yang tak mungkin bisa kau penuhi dan juga sejatinya tak kan bisa aku lakukan, melupakan kisah kita. Aku sesali pula telah menyakiti hatimu, sama seperti yang pernah aku lakukan di masa lalu.
Kita, tepatnya aku, pernah berjanji untuk tidak mengatakan sebuah kata "perpisahan" atau "menjauh darimu". Dan kita sepakat dengan janji yang kita kukuhkan di hening malam itu. Lalu kita lanjutkan perjalanan kisah cinta kita tanpa syak wasangka. Kita nikmati setiap detik waktu, dalam catatan indah tuk genapkan romantika cinta. Adamu membuat hidupku menjadi berwarna pelangi, dan seharum melati.
Pun seperti katamu, adaku membuat keseharian waktumu penuh semangat. Kita kerap luangkan perbincangan dalam balutan canda dan juga kata-kata mesra yang tertuang dari lubuk hati kita yang terdalam. Kita seakan ingin menebus waktu yang pernah memisahkan cinta kita berdua. Tiada hari berlalu tanpa curahan kasih, semuanya menjadi berbunga-bunga, sama seperti suasana hati kita.
Namun entah, hari ini, di tengah kemelut kehidupanku, tiba-tiba aku ingin berpisah denganmu. Bukan karena aku tidak mencintaimu kasihku. Namun aku kasihan kamu akan turut menanggung kepedihan demi kepedihan yang aku alami ini. Kamu orang baik, kamu tulus mencintaiku, alasan itu yang membuat aku tidak tega menyeretmu dalam problema hidupku yang sepertinya belum enggan menjauh dari kehidupanku. Berkecamuklah dalam pikiranku, antara melepasmu atau tetap bersanding denganmu.
Dan selepas sore tadi aku kirim pesan lewat  SMS untukmu. Pesan yang sangat singkat, "tinggalkan aku sendiri". Aku tak menyangka  sepenggal kata itu ternyata membuat kamu sakit. Aku tahu kamu kecewa, aku tahu kamu terluka, namun kata itu terlanjur aku ucapkan. Rasa bersalah menyergapku, menyesakkan dada dan membuat aku tak berdaya. Tak ada kata-kata sanggup aku katakan sebagai penghiburan, selain kalimat "maafkan aku".
Penyesalan itu menghantuiku, dan siap membunuh jiwaku secara perlahan andai kata maaf tak kau berikan. Di akhir senja yang merangkak turun tuk berganti malam, dengan tulus kau berikan maaf padaku. Saat itu dunia serasa penuh dengan pelangi dan kidung-kidung cinta bergema menyambut kembali menyatunya dua hati yang tak bisa teretas oleh badai. Lalu sebuah janji kembali terucap untukmu, tak kan pernah aku meninggalkanmu, kasihku, kekasih jiwaku.
****
Â
Â
buat yang terkasih Vi