Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Amarahku pada Pemimpin

18 Januari 2014   18:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

amarah amarahku aku sedang memendam amarah tak terlampiaskan pada larik-larik puisi heroik karena mulutku telah kelu berucap jemariku kaku menorehkan pena amarahku membara amarah yang sama dengan dewi drupadi tatkala kesuciannya tergadai dari meja judi suaminya menggelegak bak kawah candradimuka yang mendidih bagaimana mungkin kala tangis pilu rakyat membahana negeri kala bencana meluluh-lantakan negeri sang pemimpin benyanyi ria sang pemimpin meminta curahan hatinya dibaca rakyat terlalu menderita tuk sekedar mendengarkan kegalauannya rakyat terlalu nelangsa tuk sekedar ucap prihatin atas kesedapan ngerinya duhai... negeri apakah ini? negeri yang telah porak-poranda oleh sebagian wakilnya yang culas karena uang negeri yang merintih karena pemimpinnya terlampau sering meratapi nasibnya negeri yang berada di ujung kehancuran tatkala petingginya hanya memikirkan perutnya sendiri ingin berontak namun tak berdaya aku hanyalah hina dina yang menahan amarah di sebalik kabut sumbing yang kian membisu oleh mendung lalu aku tatap negeriku sesak menyesak ruang dada negeriku berduka negeriku menangis

****

sumbing, 18113

ilustrasi gambar Yustinus SW

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun