[caption id="attachment_182843" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Aku tersesat
Ditengah keramaian perkotaan yang sangat hingar bingar
Oleh bermacam kendaraan yang melaju bak singa akan menelan mangsa
Aku tersesat
Di panas mentari yang memamerkan terik tanpa batas
Dan keringat yang mengucur deras basahi selembar baju terakhir yang kupunya
Aku tersesat
Di tempat yang harusnya bisa mendamaikanku
Melindungiku dari badai kehidupan yang tiap saat menghadangku
Aku tersesat
Tanpa bisa bertanya pada siapapun
Arah mana yang harus aku tempuh
Karena kebisuanku lengkapi tulinya telinga orang yang kujumpai
Aku tersesat
Tak ada tempatku pulang
Desa yang damai dengan padi yang menguning seiring celoteh burung kepodang
Dan peraduan hangat yang menyambutku kala malam menjelang
Aku tersesat
Dalam kubang keserakahanmu
***********
tuk warga Porong Sidoarjo korban lumpur Lapindo Maafkan aku yang hanya bisa meneteskan air mata di sela doa saat melihat berita-berita tentang kalian. Tak bisa aku bayangkan kehidupan macam apa yang telah kalian lewati selama bertahun-tahun ini, kehilangan tempat tinggal dan semua yang kalian punya, dan sekarang harus berjuang sendiri tuk tetap menjalani hidup. Kalian menderita karena keserakahan dan kedzaliman segelintir orang yang punya kekuasaan. Semoga Allah mengganti "kehilangan" (tempat, hak dan martabat) kalian lebih dari yang pernah kalian punya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H