Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Dilema Anti Rokok di Kota Tembakau

17 April 2012   03:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:31 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_175159" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi by Romo Yustinus Slamet Witokaryono-Kampret"][/caption] MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANGKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN Kalimat peringatan semacam itu selain terpampang di selebaran-selebaran, spanduk-spanduk juga tertulis di bungkus rokok itu sendiri. Hampir semua bungkus berbagai merk rokok menyertakan peringatan akan bahaya merokok. Namun anehnya peringatan itu tidak atau jarang di baca dan di indahkan oleh para penghisap rokok. Entah apa karena perokok itu tidak bisa membaca alias buta huruf, atau bisa membaca/tahu bahayanya tapi cuek beibeh, atau malah sudah kebal dengan peringatan semacam itu karena terbukti mereka merasa sehat sehat saja?. Mungkin perlu dilakukan survey untuk mengetahui penasaran saya atas masalah ini. Dalam sebatang rokok terdapat beberapa zat yang sangat berbahaya bagi tubuh kita. Seperti Tar, Nikotin, dan Karbon Monoksida.Tar mengandung kurang lebih empat puluh tiga bahan yang menjadi penyebab kanker atau yang disebut dengan karsinogen.  Nikotin  dalam rokok  dapat menyebabkan ketagihan, ini yang menyebabkan para pengguna rokok sulit sekali untuk berhenti merokok. Nikotin merupakan zat yang beresiko menyebabkan penyakit jantung, 25 persen dari para pengidap penyakit jantung disebabkan oleh kegiatan merokok. Di tulisan kali ini saya tidak akan memabahas bahaya merokok lebih dalam karena saya yakin banyak pembaca yang telah mengetahui sejauh mana bahaya yang di akibatkan oleh kegiatan menghisap rokok ini. Walau belum bisa meninggalkan "hobby" merokok ini. Yang ingin saya ketengahkan di sini adalah mirisnya saya melihat generasi muda di usia sekolah sudah menjadi pecandu rokok. Di daerah Temanggung, anak usia sekolah SMP atau bahkan SD, merokok mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Walau dulu sewaktu baru  tinggal di sini sempat terkaget-kaget dengan pemandangan seperti itu. Karena Temanggung memang terkenal sebagai Kota Tembakau. Dari anak usia SD sampai kakek-kakek, nenek-nenek yang sudah kehilangan semua giginya kegiatan merokok tampak terlihat di berbagai sudut tempat. Bahkan saya dengar, ada salah satu sekolah lanjutan atas yang "menghalalkan" siswanya sekolah sambil membawa rokok bahkan meroko berbarengan dengan sang guru. Ajaib, tapi mungkin ini kebijakan tersendiri dari sekolah tersebut dari pada tidak punya murid hehehe... Seperti pernah kejadian di sekolah SD tempat anakku menimba ilmu. teman sekelasnya -kelas lima-kedapatan merokok. Tentu pihak sekolah yang nota bene anti rokok, menghukum mereka dan juga memanggil orang tua para pelaku merokok di sekolah itu. Salah seorang ibu, yang kebetulan dia adalah seorang petani tembakau sukses segera menelepon saya setelah memenuhi undangan kepala sekolah dan guru kelas anak kami. Saya kira si ibu ini akan ngomel sepanjang menit guna memperingatkan anaknya yang baru berusia 11 tahun sudah berani coba - coba merokok, namun ternyata dugaan saya keliru. Si ibu kebetulan teman baik saya ini malah mengancam akan memindahkan sekolah anaknya kalau hukuman buat anaknya tidak segera di akhiri oleh guru kelasnya. Kebetulan memang si anak di beri hukuman membersihkan kamar mandi selama satu minggu. Lalu saya tanya  kenapa dia malah "membela" anaknya yang sudah terbukti bersalah dengan merokok di sekolah. Si ibu ini menjawab, " di kampungku anak seusia itu merokok adalah hal yang wajar, bahkan anakku ini suka di suruh bapaknya buat coba merokok, kalau anakku dan banyak orang di dunia ini  berhenti merokok, siapa yang mau membeli tembakauku ". Ckckckcckck....saya hanya bisa tersenyum getir mendengar celotehnya si ibu ini. Tidak mau munafik, dulu saat saya masih belia sering ikut teman-teman merokok juga, namun dengan cara sembunyi-sembunyi. Tidak seperti yang saya lihat jaman sekarang. Di jalanan umum, di keramaian, bahkan di rumah sendiri anak-anak ini merokok disaksikan kedua orang tua mereka, parahnya lagi mereka saling berbagi. Terbayang oleh saya bagaimana pihak yayasan tempat sekolah anak saya sangat semangat dan sering mengadakan pengajian dan penyuluhan tentang kesehatan dan memberikan saran agar sedikit demi sedikit menghentikan kebiasaan merokok  kepada sesama. Memang tidak mudah dan butuh waktu yang panjang buat teman-teman para penggiat anti rokok untuk menyadarkan bahaya merokok kepada para pecandunya, terlebih di kota ini, kota tembakau. Karena permasalahannya sangatlah komplek dan mengkaitkan berbagai pihak. Mungkin bisa dibenarkan pendapat teman saya yang mengatakan kalau semua berhenti merokok, hasil tembakaunya tidak laku dan mereka juga menentang kebijakan pemerintah pada undang-undang tentang tembakau di sini. Karena pemerintah hanya menggulirkan RUU tentang pengendalian tanaman tembakau tanpa memberikan solusi yang nyata buat para petani. Alhasil kampanye anti merokok walau di barengi dengan penjelasan-penjelasan bahayanya, sangat jauh perjalanannya untuk menuju keberhasilan. Banyak pihak yang harus bekerja sama,bahu-membahu untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa dari bahaya merokok ini,orang tua,guru,aparat terkait,ulama, dan masyarakat. Tapi sebelum melangkah maju kedepan, alangkah baiknya kita mulai dari diri kita, dari keluarga kita sendiri. Jauhkan mereka dari barang yang kita sebut rokok ini. Ayo .....kita lahirkan generasi yang sehat.

***********

sumber : pribadi dan Bahaya Rokok oleh Ridwanaz.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun