Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Desah Telepon

22 Februari 2012   14:29 Diperbarui: 4 April 2017   17:36 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


[caption id="attachment_164499" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption]

Sepagi tadi, berkali kali dia menghubungi lewat SMS , setelah sekian lama dia tak pernah menghiraukan aku, tumben pikirku, pasti dia sedang membutuhkan aku.

Aku sedang  jenuh dengan semua pekerjaan ini sayang

Begitu SMS pembuka darinya. Selalu saja kalimat itu yang dia gunakan untuk meminta  perhatianku. Dari kata itu sebenarnya  dia membutuhkanku lebih dari sebagai  teman curahan hati, namun dia juga sedang ingin bercinta. Aku sangat mengenalnya walau baru beberapa kali bertemu meski aku dan dia telah berhubungan sejak dua tahun yang lalu. Bram, nama lelaki yang di usia senjanya masih terlihat ganteng, rapi dan juga selalu wangi di setiap penampilannya itu memang tinggal di pulau timur jauh negeri ini.

Aku kangen

Kata ini pula yang selalu dia kirim sebagai pertanda kalau  dia sedang  membutuhkan suara erangan birahiku lewat telepon agar dia bisa mencapai kepuasaan dengan caranya sendiri. Sudah berpuluh kali aku dan Bram melakukan phone sex, yang menurut Bram bisa menjaga nama baiknya sebagai pejabat tinggi di daerahnya ketimbang dia berselingkuh dengan perempuan lain yang sekota dengannya. Aman, kata Bram suatu ketika saat aku dan dia bertemu beberapa hari karena kebetulan dia di tugaskan mengikuti rapat di ibukota.

Sebagai lelaki dan suami, Bram memang terlihat sempurna. Ganteng, karier lumayan tinggi dan tentunya tajir. Wajah Bram yang ganteng pula yang membuat aku  menerima pertemanan di jejaring sosial, FB. Karena kebetulan juga saudaraku teman sekantor Bram. Awal perkenalan Bram sudah bilang suka dengan wajahku, yang akhirnya kami dekat satu sama lain. dari FB berlanjut saling teleponan dan menjadi sepasang kekasih. Sebagai perempuan yang di usia menginjak kepala tiga dan belum menikah, tentunya aku sangat tersanjung dengan kata kata pujian dan cinta yang setiap detik membanjiri hatiku lewat SMS dan juga telepon. Apalgi Bram sering memanjakanku dengan membelikan barang barang mewah dan memberiku uang yang jumpahnya tidak sedikit.

Bram memang lelaki yang pandai memperlakukan perempuan, dengan kelembutan suaranya dan perhatiannya yang bertubi tubi, membuat aku bertekuk lutut pada cinta yang dia tawarkan. Aku menerima cinta Bram, dan aku menerima segala perlakuan cintanya termasuk ajakannya ber phone sex tiap jam kantor, saat dia ada waktu luang. Bahkan  kadang kadang Bram mengajak bercinta saat dia berkendaraan dalam perjalanan pulang dari kantor. Pokoknya saat Bram menginginkan , aku akan meladeninya dengan penuh cinta, walau aku tak menikmati cara bercinta yang dia inginkan. Cukup dengan kata kata cinta dalam  desahan suara dan nafas memburu, Bram  sudah senang dan menikmatinya dengan penuh perasaan.

Seperti pagi ini, aku memastikan Bram menginginkan suara erangan birahiku agar dia bisa mencapai klimaknya. Aku tahu dengan SMS pembuka " aku jenuh " dia mengira aku akan minta dia menelepon seperti yang biasa  dulu aku lakukan. Lalu sepenuh hati  dengan desah nafas yang manja aku akan mengajaknya menikmati khayal liar berdua dalam iringan nafas yang memburu, agar jenuhnya hilang bersamaan dengan lolongan panjangnya yang menandainya bahwa telepon segera berakhir. Lalu dia akan melanjutkan dengan mengirim SMS.

Makasih ya sayang, kamu hebat

Namun pagi tadi, ritual bercinta liar itu tak kumulai. Setelah beberapa bulan entah mengapa dia tak pernah menghubungiku. Aku telah sampai pada kesadaran bahwa aku ini tak lebih dari perempuan kotor pemuas nafsunya. Aku tak ingin terjebak dari nafsu besarnya yang berlindung pada satu kata cinta. memang benar aku sangat menginginkan cinta, namun tidak seperti ini. Cinta semu berbalut nafsu tiada terkedali.  Aku ingin mengakhiri kegilaan ini. aku ingin menjadi wanita normal yang melayani suami dengan ketulusan hati dan keindahan cinta yang sebenarnya.

Dan pagi tadi, diapun kelelahan, bukan kelelahan karena cinta, namun kelelahan mengajakku.

*******************

Temanggung 22-2 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun