Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan Jiwa

3 Oktober 2011   17:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_134836" align="aligncenter" width="300" caption="sahabatku Bowo Bagus"][/caption] Harusnya aku bilang bersedia jika malaikat yang di utus Sang Khalik mengajakku pesiar ke Tanah Sepi. Telah panjang perjalanan yang aku tempuh, telah banyak waktu yang kuhabiskan tuk menikmati detak jantung yang berdegup merdu di balahan dada. Tapi aku akan menawar andai saat itu datang. Bukan karena aku rakus dengan waktu dan kenikmatan dunia. Aku hanya ingin memperbaiki raport diri dan berusaha untuk memberikan nilai terbaik bukan hanya Pada Yang Kuasa, tapi juga pada anak anakku, suamiku, sahabat sahabat yang mencintaiku, dan juga orang orang di sekeklilingku. Aku bukan manusia sempurna, masih banyak langkah dan juga  tindakanku yang belum mendekati kata baik, aku juga  kadang salah melangkah. Tapi aku bersyukur, ada banyak orang yang mencintaiku dan memperhatikan kehidupanku hingga aku tak terlarut dalam telaga buram kesalahan. Aku wanita biasa saja, bahkan mungkin selayak bunga yang tumbuh liar di lahan tak bertuan atau di belantara, tapi hidupku boleh dibilang beruntung, bukan dari limpahan materi, tapi kasih sayang. Meski tidak di besarkan oleh papa dan mama, aku tak kekurangan kasih sayang. Nenekku melimpahi aku dengan kasihnya yang tak tergantikan oleh siapapun. Juga dari nenek aku belajar kehidupan yang sangat berguna buat bekalku mengarungi bahtera rumah tangga. Sedang kehidupan rumah tanggaku, meski kerikil bahkan badai  sering menghadang perjalanan bidukku, toh akhirnya Allah masih menyelamatkannya hingga suatu saat aku dan keluargaku bisa berlabuh pada satu dermaga yang indah dan nyaman. Aku mempunyai suami yang kadang mengesalkan tapi mengingat cinta, kasih dan sayangnya begitu besar padaku, aku pun luluh dan memaafkan setiap tindakannya yang membuat aku berurai air mata. Tiga anakku manis dan baik di bandingkan dengan beberapa anak tetangga yang kadang membuat jengkel kedua orang tuanya dengan polah tingkah yang sudah di luar kewajaran sebagai seorang anak. Alhamdulillah, puji syukur pada Yang Maha Esa, sampai sekarang  aku bisa melampaui semua ujian hidup dengan baik. Walau jujur di awal cobaan ada rasa berat dan juga pemberontakan diri, namun selalu saja jiwaku menggemakan Asma-Nya hingga aku di sadarkan pada kenyataan bahwa aku tak lebih dari seorang “wayang” dan “Dalang” dari semua ini adalah Allah. Aku dan perjalanan hidupku biasa biasa saja, bagi orang lain tidak istimewa. Tapi buatku, perjalanan hidup yang ku lewati sangat berkesan (seperti juga setiap orang pasti menganggap hidupnya istimewa). Aku selalu berusaha untuk tidak mengeluh dengan tulisan takdir yang telah di gariskan buatku. Aku berusaha mensyukuri tiap titian ku pijak, dan  selalu menikmati semua yang terhampar di depan mataku. Hari ini aku dzikirkan kalimat pujian pada-Nya, telah di berikan kesempatan buatku menghirup segarnya hawa pegunungan dan nikmati sejuknya embun yang menitik di rerimbun pucuk bambu. Terima kasih ya Allah, atas nafas ini, atas  hari ini, atas hidup ini dan atas cinta yang mengelilingi jiwaku...

*****^^^^^*****

miladku,04 oktober 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun