Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suratku, Rakyat Jelata Kepada Pemimpin Negeri

27 Maret 2012   04:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:25 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332824146903409115

[caption id="attachment_171133" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption] Kepada pemimpin negeri Sebenarnya aku ragu tuk menuliskan dan mengirimkan surat ini pada anda. Namun bisikkan ibu pertiwi ternyata tak bisa membendungku dari keinginan ini. Jadi aku mohon, bacalah surat ini. Aku akan merasa senang jika anda semua  sudah membacanya, walau aku tak berharap saat ini juga  kalian akan tergugah dengan isi surat yang sedikit mewakili perasaan dan pengharapan dari kami, rakyat jelata ini. Namun aku berharap suatu saat nanti di mana nurani kalian sedikit waras, tentu kalian akan memikirkan jeritan kami ini Hai pemimpin negeri Akankah darah kembali menggenangi bumi ini agar kalian tidak lagi bersikukuh dengan kebijakan yang kalian anggap bisa merubah negeri ini menjadi baik...? Tidak ingatkah kalian, bahwa darah mereka yang menjerit itu adalah darahmu juga, darah saudaramu.Baiknya negeri ini, baiknya mereka para rakyat yang menjerit di jalanan, meneriakkan hak hak mereka. Mungkin memang sangat sulit bagi kami rakyat kecil untuk meminta hak hak kami, kami hanya rakyat kecil dan bodoh. Bukankah kau berkata "Salah sendiri jadi rakyat miskin dan bodoh, coba sekolah dan menjadi orang pintar seperti aku, lalu kau akan mempunyai tahta karena kepandaianmu ". Bagaimana mereka bisa sekolah dan pintar kalau untuk mendapatkan pendidikan di tingkat bawah saja mereka tidak mampu membayar karena biaya yang setinggi langit itu..? Andai aku bisa bertemu seorang perempuan yang melahirkanmu dan mengasuhmu, aku akan bertanya bagaimana mereka mendidikmu. Agar aku bisa memastikan kau tidak di didik oleh seorang perempuan. Karena yang aku tahu ,perempuan, ibu, takkan mendidik anaknya menjadi seorang pecundang yang tega dan tak tersentuh hatinya melihat jeritan sesama saudaranya di atas singgasana tanpa rasa iba sedikitpun. Kepada pemimpin negeri Tolong sejenak saja kalian memikirkan nasib kami tanpa embel embel. tanpa kebesaran baju yang kau pakai -partai- , cobalah memikirkan kami dengan nurani. sudut sepi Temanggung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun