Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunda...(Rangkat Menuju Yogya)

12 Mei 2011   12:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:48 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_107132" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption] Aku masih ingat seseorang yang pertama kali memanggilku "bunda"demikian mesra dan hangat di desa Rangkat tercinta ini., Uleng. Mungkin waktu itu postinganku tentang Rangkat selalu menulis bahwa Ulenglah pilihanku tuk jadi menantu, hmmm ...(begitu ya Uleng ?) Hingga sampai sekarang hampir sebagian sahabat di Rangkat dan juga di Kompasiana memanggilku dengan sebutan bunda. Aku senang dan juga terharu. Tahukah sahabat Rangkat semua bahwa sebutan bunda ini telah aku angankan jauh sebelum aku menikah?. Yah sewaktu masih gadis (hehehe...dulu pernah jadi gadis lho..!) aku pernah mengutarakan keinginan ini pada mamaku. Mama pun heran lalu bertanya " Kenapa kau ingin di panggil bunda oleh anak anakmu ?" Aku menjawab " Sepertinya panggilan bunda itu menyejukkan Ma, dan lagi aku dah bosan dengan panggilan mama, bayangkan saja di keluarga kita, aku meyebut ibuku mama, panggil tante tante juga mama, aku ingin yang Indonesia gitu " . Itulah alasanku mengapa aku ingin di panggil bunda oleh anak anak yang kelak akan aku lahirkan. Mendengar jawabanku mama cuma tersenyum. Yah... di lingkungan keluarga dari papaku yang asli dari Sangihe Talaud Sulawesi Utara, ada semacam panggilan khusus buat tante/om, kakak /adik. Aku memanggil semua tanteku dengan sebutan mama disertai urutan lahir , misalnya tanteku yang sulung, aku sebut mama Akang, tanteku no 2 aku panggil mama Ara, tanteku no 3, mama Ari dan seterusnya. Sebutan itu juga berlaku buat om, papa Akang, papa Ara dan seterusnya. Makanya aku bosan dengan sebutan mama, saking dah banyak mama, hehehe... Dan tibalah waktu aku berumah tangga, dan anak pertama kami lahir sebagai seorang jagoan yang di nanti nanti, karena dia cucu pertama di keluargaku. Aku pun masih tetap mengangankan sebutan bunda dari anakku. Maka sejak belum bisa bicara aku selalu mengajari dia menyebutku bunda dan ayah untuk bapaknya. Tapi ternyata itu semua hanya angan yang tak tersampai, setelah bisa berbicara, anakku tak mau menyebut bunda, dia malah menyebutku mama seperti kebanyakan tetangga kanan kiri kami. Dan lucunya, anakku menyebut bunda hanya pada beberapa  tetangga kami yang berpakaian kain dan kebaya. Padahal rasanya aku tak pernah mengajari begitu. Sampai saat dia sudah menginjak umur 5 tahun aku selalu ajari menyebutku bunda, tapi dia tak pernah mau, ya sudah aku pasrah. Mama yang mengetahui kenyataan ini malah mengejekku, ah nasib deh. Tapi kini, aku merasa impian yang tertunda dulu kini  menjadi nyata. Di Rangkat hampir semua sahabat menyebutku bunda. Terasa sejuk saat aku menyebut diriku sendiri bunda bila ngobrol dengan mereka. Walau mungkin usiaku dan usia mereka ada yang tak berbeda jauh denganku, tapi aku membiarkan saja mereka menyebutku, aku merasa seperti benar benar bunda mereka. Dan di bulan July nanti, di saat semua sahabat Rangkat sudah berkumpul, aku sudah membayangkan bagaimana celoteh "anak-anakku" nanti, dan aku sudah mengangankan bahwa panggilan bunda akan terus mereka pakai untuk menyebutku sebagai bunda mereka juga. Hmmmm jadi nggak sabar menunggu bulan July tiba. Yah...., sebutan bunda buatku adalah  angan yang menjadi nyata. *****0000***** # terima kasih buat sahabat Rangkat dan juga Kompasianer semua atas kebersamaan ini, kalian membuat hidupku lebih berarti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun