pernah kita rasakan bersama
di hangat mentari pagi
di antara sejuk embun yang mulai menguap
susuri pematang kecil di kaki bukit
tuk memanen hasil sawah kita yang cuma sepetak
kau gendong bakul dan bertopi caping
sungguh anggun adanya kau
pernah kita sama sama rasakan kegetiran yang telah menjadi lembaran suram catatan kita kahampaan yang setia temani malam malam kita kepedihan yang seakan enggan beranjak dari kehidupan kita tapi kesedihan itu tak pernah halangimu tuk tetap menyapa dunia dengan keceriaanmu
wahai sang pemilik wajah rembulan
senyummu tetap seindah pelangi di antara arak arakan awan putih
langkahmu gemulai seiring simponi yang tercipta oleh alam
dan tuturmu selembut salju nan menyejukkan
kasihmu seluas hamparan langit biru sayangmu sepanjang jarak yang tak tertempuh mata cintamu abadi sampai di akhir nafasmu
duhai ibu
tak cukup kata aku haturkan padamu
sebagai rasa terima kasih atas hari hari bersamamu
atas kasih sayangmu
tak cukup harta dunia ini tuk sekedar menebus masa masa indah yang kau cipta untukku sungguh aku tak sanggup membalas semua lakumu untukku aku hanya bisa mendoa aku hanya bisa berharap aku selalu ada di sisimu dalam doa karena aku tahu akulah kebahagiaanmu yang sejati
terima kasih ibu
kau adalah jiwa dan nafasku
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
# pict: pinjem google
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H