Aku terdiam, dan menatap Vena yang tersenyum sambil menarik tanganku. Aku tak menyangka kehidupan Aldo seperti ini. Namun kurasa dia bahagia dalam keadaan yang sekarang.
Aku tersenyum menatap Vena. Kuharap, anak itu cepat sembuh.
Keesokan harinya di sekolah, kami menjadi akrab dengan Aldo. Anak itu ternyata periang, cukup menyenangkan diajak bercanda, dan ternyata ia punya selera humor yang baik. Awal-awal, beberapa teman kami menjauhi kami dan menganggap kami aneh karena bergaul dengan Aldo, namun kami tidak apa-apa.
Beberapa minggu setelahnya, Aldo "diterima" di kelas 8C. Sosoknya yang periang memnbuat hidup suasana kelas. Secara berkala, kami mengunjungi panti asuhan Cemara untuk mengunjungi Vena, dan anak-anak lainnya. Aku dan teman-temanku juga membawa mainan, dan barang-barang yang sekiranya berguna di sana.
Aku sendiri, tergerak dengan perjuangan keras Aldo dalam menghadapi hidup ini. Terdengar berlebihan, tapi aku benar-benar terinspirasi olehnya. Pada suatu sore, aku datang ke panti, sendiri, mengunjunginya, dan kami membuat kue bersama.
"Khisan, adonan buatanmu jelek," ledeknya, dan wajahku berubah masam. Aku melemparinya dengan adonan kue. Ia menghindar sambil tertawa.
Aku tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Terima kasih, Aldo. Berkat kamu, aku jadi tahu, bahwa kita harus memperjuangkan hidup kita sendiri, dan berbahagialah selalu, dimulai dengan cara bersyukur. Aku mungkin tak sekuat dia dalam menghadapi hidup, tapi aku belajar banyak dari Aldo.
You deserve a meaningful life, that is to be useful to others.
"Kamu berhak mendapatkan hidup yang bermakna, yaitu untuk dapat berguna bagi sesama". *Sellyn Nayotama*
Cerpen Sellyn lainnya, silakan baca:
Puisi: Saya ini Apa?