Feli tersenyum senang. Ini hari pertamanya membuka toko aksesori. Kebetulan, di dekat sini ada kompleks perumahan. 'Semoga saja para warga di sana tertarik dengan tokoku,' batin Feli. Ia senyum-senyum sendiri.
Setelah beberapa jam, belum juga ada pembeli. Feli bosan dan hampir menyerah, namun ia ingat kata-kata tante Cia dulu, “Janganlah cepat menyerah! Berusahalah dulu!”
Feli akhirnya menenangkan dirinya. Ia berpikir mungkin karena hari pertama, belum banyak yang tahu dan tertarik dengan tokonya. Feli menunggu beberapa saat lagi. Ia bertopang dagu, sambil tangan kirinya mengetuk-ngetuk kaca meja etalase.
‘Ayolah, ayolah..,’ Feli menangkupkan tangannya sambil memohon-mohon gemas kepada anak perempuan yang lewat di depan toko aksesori “Pretty Accessories” itu. Muncul harapan sedikit ketika sang anak melihat papan nama toko. Sudah satu menit ia menongkrongi kaca tokonya, tapi lalu pergi. Feli mendesah kesal. “Sudahlah! Jika begini caranya aku tak usah bekerja besok!”
Feli lalu langsung masuk ke kamar belakang, menghamburkan dirinya di atas tempat tidur. Kesal. Beberapa detik kemudian.. TRILILIT..TRILILIT! suara telepon Feli berbunyi. Feli langsung bangun dan mengangkat handpone-nya.
“Halo?” Feli menyapa dengan lemas. “Iya, halo! Ini tante Cia!”
“Ah, iya. Ada apa tante?” Feli lagsung tidak lemas lagi.
“Bagaimana tokomu, laris manis?” tanya tante Cia semangat.
“Berkebalikan dengan yang diucapkan tante.” Feli langsung lemas lagi.
Tante Cia terdiam kecewa. “Waah, sayang dong! Memang apa yang terjadi?”
“Enggak tahu kenapa, padahal aku sudah letakkan di papan nama bertuliskan "Murah dan kualitas terjamin". Tapi belum ada yang datang, tuh.”
“Jangan cepat menyerah, Fel! Mungkin ada sesuatu dari tokomu yang membuat pembeli tak mau membeli di tokomu. Nah, kamu carilah! Eh, sudah dulu, ya Fel! Tante pengin kerja lagi!”
Tut..tut..tut.. suara telepon diputus.
Astaga! Feli lupa mengucapkan “terima kasih”. Itu saking ia berkonsentrasi memikirkan ucapan tante Cia. Tapi kemudian.. Feli mendecak tak acuh. “Palingan tante bilang begitu supaya aku semangat. Tidur lagi aja ah.” Dengan malas-malasan Feli menjatuhkan dirinya di atas kasur yang empuk.
Bangun-bangun.. sudah sore saja. Feli bergegas mandi. BYUUR..BYURR.. suara air mengalir saat Feli mandi. Setelah mandi, ia mengecek tokonya lagi, dan mulai memikirkan ucapan tante Cia. Mungkin ada sesuatu yang memang salah dari tokonya. Dengan segera ia membersihkan bagian dalam etalase dan setiap bagian toko. Sementara itu, di luar..
“Eh, itu.” kata seorang anak perempuan dikuncir kepada yang satunya lagi.
“Ssst!” kata yang satunya lagi, yang dikepang. “Kamu yakin, mau beli? Hii, kalau aku mending pulang saja.” “Penakut!” komentar anak dikuncir. “Habis, aku yakin kok itu hantu,” kata anak yang dikepang.
Bincang-bincang asyik mereka terdengar sampai ke dalam. Feli menengok ke kiri dan ke kanan. Tidak ada apa-apa. Anak yang di luar terkesiap. Anak berkepang memukul anak berambut kuncir.
“Sudahlah! Ayo kita mampir saja!” anak berkuncir mendesak.
“Tunggu bentar, Cassey!” protes anak dikepang. Ia masih memperhatikan suasana di dalam.
Sementara di dalam.. Feli makin merasa ada yang tak beres. Ia segera mengecek keadaan di luar toko. Astaga! Ia menemukan dua anak perempuan yang ngintip-ngintip tokonya sejak tadi.
“Huaaaaa!” anak berambut kepang melonjak kaget.
“Sudahlah, tak usah takut. Memangnya kalian ngapain?” tanya Feli heran.
Anak berambut kuncir kemudian berterus terang. “Maaf, saya sebenarnya tadi cuma ingin membeli aksesori di tokomu,” katanya.
Feli semakin heran. “Kalau kalian mau beli, kok dari tadi enggak langsung masuk saja? Ayo ke dalam sini,” ajak Feli.
Dengan takut-takut, mereka berdua masuk. Feli mempersilakan mereka duduk di kursi dekat kasir.
Akhirnya sang anak berambut kuncir berterus terang. “Tadi, kami hampir mau masuk ke tokomu. Tapi kami enggak yakin! Kami takut kamu itu hantu,” ia mengaku. “Oh iya, namaku Cassey,” kata Cassey.
“Aku Glory.” Kata anak dikepang.
“Ha..hantu apa? Memangnya beneran ada hantu?” tanya Feli kaget.
“Iya, soalnya.. lihatlah papan nama di depan tokomu,” saran Glory.
Akhirnya Feli melongok lagi keluar. Ia merasa tak ada apa-apa.
“Lihatlah apa yang salah!” sergah Glory.
Astagaaaa! Ia membuat papan nama yang salah! Masa tulisannya begini: “Pretty Accessories’. Senin-Jumat: Tutup. Sabtu-Minggu: Tutup.” Feli geli sendiri.
“Nah, itulah kesalahanmu.” kata Glory. “Kami mengira, jika tokomu tutup, siapa yang mondar-mandir di dalam toko? Jadi gitu ceritanya,” jelas Cassey sambil terbahak.
Muka Feli kemerah-merahan. Ia malu.
“Oh iya, tadi ngomong-ngomong, sebenarnya kalian ingin mencari apa?” tanya Feli.
“Er..kita mencari gelang perak persahabatan,” kata Cassey.
Tanpa banyak bicara, Feli langsung menunjukkan tempat gelang berada. Lalu mereka membayar gelang yang dipilih. Dua anak itu keluar dari toko dengan perasaan puas. Feli lega dan senang karena ada pembeli, walaupun baru satu.
Tapi ya ampuun ... Feli geleng-geleng kepala memikirkan ketidaktelitiannya selama ini.
Sementara itu, Cassey dan Glory mulai berpromosi kepada teman-teman mereka, “Hei, semuanya! Tadi kami pergi ke toko aksesori yang di dekat kompleks, lho! Ayo beli! Di sana murah dan lengkap!” Glory berteriak-teriak promosi, sampai paman Deny menutup telinga karena bising. Teman-teman mereka yang sedang bermain pun tertarik. Mereka segera berhamburan ke toko aksesori Feli. Dengan perasaan kaget namun sangat senang, Feli melayani mereka.
Setelah pengunjung toko pergi, Feli menyadari ada satu hal lagi yang kurang. Ups! Ia lupa memperbaiki tulisan di papan nama tokonya. Feli langsung bergegas memperbaiki. Ia tak mau ambil resiko, ah!
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H