Jepang juga melakukan strategi propaganda di kawasan ini yang berakhir di bulan Oktober dan selanjutnya pada bulan November 1941, dibentuklah Tentara Umum Selatan dikomandoi Marsekal Darat Terauchi Hisaichi. Struktur militer Tentara Umum Selatan ini dibagi menjadi beberapa satuan yang ditugaskan di berbagai wilayah operasi seperti Filipina, Thailand, Burma, Indonesia, dan Malaysia. Selanjutnya ada Armada Selatan Angkatan Laut, dipimpin Laksamana Madya Takahashi Ibo, dibagi menjadi dua gugus kapal angkut pasukan yang dilengkapi kapal perusak, penjelajah, kapal torpedo, penyapu ranjau, kapal induk, dan kapal selam.
Setelah melakukan persiapan matang, pada 8 Desember 1941, Jepang melakukan penyerangan ke pangkalan laut Amerika yaitu, Pearl Harbour dan kemudian melanjutkan invasi ke wilayah Asia Tenggara. Angkatan perang Jepang  membagi dua wilayah Asia Tenggara menjadi dua yaitu, wilayah Indochina, Malaya, Sumatera, Luzon, dan Burma diduduki Angkatan darat sebelum perang pasifik. Sedangkan wilayah Minangkabau, Kalimantan, Sulawesi, Irian dan Pulau Pasifik mulai dikuasai Angkatan Laut setelah penyerangannya ke Pearl Harbour. Dengan langkah-langkah ini Jepang berusaha menguasai kawasan yang kaya akan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan industri mereka.
PENUTUPÂ
Restorasi Meiji dan upaya modernisasi Jepang pada akhir abad ke-19 memberikan dasar bagi ekspansi militer dan ekonomi negara ini. Ketergantungan Jepang pada impor sumber daya alam, terutama setelah embargo minyak oleh negara-negara Barat, mendorong Jepang untuk mencari solusi melalui kebijakan ekspansionis. Pendudukan Jepang di Asia Tenggara, yang dipicu oleh kegagalan diplomasi dengan Sekutu, bertujuan untuk mengamankan sumber daya alam penting seperti minyak, karet, dan beras, serta memperkuat posisi militer Jepang di kawasan Asia Pasifik.
Strategi militer Jepang di Asia Tenggara direncanakan dengan cermat, dengan pembentukan Tentara Umum Selatan dan Armada Selatan yang siap menyerang wilayah-wilayah strategis. Penyerangan Pearl Harbor pada Desember 1941 menandai dimulainya kampanye militer Jepang di Asia Tenggara. Meskipun Jepang mengklaim tujuannya adalah untuk membebaskan Asia dari kolonialisme Barat, pada kenyataannya, pendudukan ini lebih bertujuan untuk memperkuat dominasi Jepang dan mendukung ambisi ekspansionisnya. Dalam jangka panjang, Jepang berusaha mengatasi krisis internal dan membangun hegemoni regional melalui kontrol atas sumber daya alam dan stabilitas politik di kawasan yang didudukinya.
Sumber:
- Al-Fadhat, Faris (2019). Ekonomi Politik Jepang di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Aji, B. R. N., Sumarno, S., & Hermawan, E. S. (2020). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia 1900-1945.
- Anderson, B. (2006). Imagined Communities.
- Dewi (2021). "Studi Literatur: Pertumbuhan Ekonomi Digital di Indonesia".
- Indriyani, S. N. (2016). "Analisis Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia".
- Ienaga, Saburo (1978). The Pacific War 1931--1945. New York: Pantheon Books.
- Kratoska, Paul H. (2002). Jepang dan Asia Tenggara: Pendudukan Jepang dalam Perspektif Regional.
- Muhammad Resky, M. (2015). Kegagalan Politik Luar Negeri Amerika Serikat di Vietnam.
- Mulyatari, D. (2015). "Buku Putih Masa Pendudukan Jepang".
- Peattie, Mark R. (1996). Japan's War: The Great Pacific Conflict.
- Rudi Hartono (2020). "Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia".
- R. A. S. Sari & A. M. S. Rahman (2020). "Dampak Lingkungan dari Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara".
- Siti Nurjanah (2020). "Dampak Ketimpangan Sosial terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Asia Tenggara".
- Ishak, M. (2012). "Sistem Penjajahan Jepang di Indonesia".
- Ricklefs, M. C. & Hardjowidjono, D. (1991). Sejarah Indonesia Modern.
- Huff, G. & Majima, S. (2013). "Financing Japan's World War II Occupation of Southeast Asia".
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H