Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka Harus Dilanjutkan Kalau Tidak Mau Tertinggal

27 Oktober 2024   15:47 Diperbarui: 27 Oktober 2024   15:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengawali artikel ini, penulis ingin mengirim ucapan terima kasih kepada Bapak Nadiem Makarim atas jasa dan berbagai kebijakannya selama menjabat sebagai Menteri Kemendikbud RI periode 2019-2024. Penulis sangat mengapresiasi keberanian beliau membuat keputusan atas perombakan besar-besaran terhadap Kurikulum saat pandemi terjadi dan masih berlaku hingga sekarang. 

Kurikulum Merdeka merupakan titik balik sistem pendidikan Indonesia yang lebih modern dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Bagaimana tidak, guru dan sekolah mendapat kebebasan penuh dalam menentukan alur cara belajar mengajar menjadi lebih fleksibel mengikuti kebutuhan belajar para murid. Meskipun kenyataan di lapangan masih ditemukan banyak tantangan yang dihadapi, tetapi terbukti berefek positif pada hasil belajar yang meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 

Data yang dilansir dari laman detik.com, ditemukan bahwa skor UTBK 2024 pada siswa SMK Kurikulum Merdeka lebih tinggi dari siswa SMK Kurikulum 2013, yaitu berturut-turut 522,21 dan 509,79. Ditambah lagi dengan data yang menerangkan bahwa jenjang SMK sebanyak 8,96 persen (9.473 orang) siswa Kurikulum Merdeka diterima di prodi tujuan, sedangkan 8,23 persen (22.453 orang) siswa Kurikulum 2013 diterima di prodi tujuan. Selain itu, skor kemampuan numerasi meningkat pada sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka. 

Pencapaian-pencapaian tersebut perlu diapresiasi karena menampilkan bagaimana sistem pendidikan Indonesiaperlahan bergerak maju. Hal ini juga menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka dinilai efektif memberdayakan kemampuan belajar siswa secara akademik dan non-akademik. Meskipun di akhir masa jabatan, Bapak Nadiem masih menyisakan banyak tugas untuk implementasi Kurikulum Merdeka lebih inklusif, seperti sistem pembelajaran yang kurang optimal, kesiapan tenaga pengajar, persiapan kurikulum yang lebih matang, kurangnya pelatihan terkait kurikulum merdeka, penerapan kurikulum yang belum merata, dan lain sebagainya. Semoga dilanjutkan oleh para pemangku jabatan selanjutnya.  

Logo Merdeka Belajar via Kemendikbud.com 
Logo Merdeka Belajar via Kemendikbud.com 

Kurikulum Merdeka Mengimbangi Tantangan di Era Pendidikan Maju

Sistem Pendidikan yang teruji dan terpercaya, hendaknya mengikuti perkembangan jaman agar mampu bertahan dan beradaptasi terhadap kebutuhan para murid. Supaya hal tersebut dapat tercapai, maka diperlukan penetapan Kurikulum Pendidikan yang relevan dengan tantangan global. Implementasi Kurikulum Merdeka menjawab kebutuhan ini. 

Metode belajar konvensional "duduk diam dengar", tidak lagi relevan diterapkan pada masa kini. Sebaliknya, penting bagi para murid untuk lebih aktif terlibat, sehingga mampu mengenali dan mengekspresikan apa yang menjadi peluang dan tantangan dalam proses belajarnya. Kurikulum Merdeka yang berpusat pada murid menjadi langkah awal terjalinnya komunikasi dua arah yang memungkinkan guru lebih memahami kebutuhan belajar murid. 

Selain itu, Kurikulum Merdeka juga membuka kesempatan bagi proses belajar yang lebih open-minded. Guru tidak kaku atau terpaku pada kurikulum resmi, tetapi mengandalkan eksplorasi lebih luas dan mendalam pada kegiatan mengajar. Hal ini bermanfaat memperkaya pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) murid yang berdampak pada peningkatan kompetensi hasil belajar. 

Kurikulum Merdeka yang berpusat pada siswa atau Student Center Learning (SCL), sejatinya merupakan gagasan baru yang sudah sangat lama perlu diterapkan pada sistem pendidikan sekolah publik. Keluwesan berpikir, kecakapan komunikasi, keterampilan sosial, manajemen emosi, keterampilan interpersonal, dan keterampilan lainnya yang dibutuhkan dalam dunia kerja sangat mungkin tercapai jika diterapkan metode SCL. 

Hak murid untuk menyampaikan gagasan serta didengarkan oleh guru dapat dengan mudah tercapai. Lingkungan pendidikan yang perlahan mulai menanamkan bibit kemandirian dan otonomi pada diri murid akan memberi dampak positif pada kepribadian mereka. Hasil akhirnya, 6 karakteristik Profil Pelajar Pancasila  yaitu Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Bergotong royong, (3) Bernalar Kritis, (4) Berkebinekaan global, (5) Mandiri, dan (6) Kreatif berpotensi besar tercapai.

Pada saluran podcast Kemendikbud RI yang berjudul SMB Edisi Spesial: Hasil PISA dan Transformasi Pendidikan Indonesia, dengan narasumber Nadiem Makarim, Iwan Syahril, Nino Aditomo, dan Andreas Schleicher (Direktur OECD). Di akhir podcast, Direktur OECD yaitu Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, juga berkontribusi dalam pelaksanaan tes PISA mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan tanda sistem pendidikan Indonesia lebih maju. Beliau juga menambahkan, 'meskipun sebenarnya metode belajar (SCL) di kurikulum merdeka bukan hal baru di pendidikan global, tetapi perlu diapresiasi setiap perkembangannya'. Beliau mengapresiasi Indonesia terus berkembanga dalam sektor pendidikan dengan pencapaian skor PISA yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. 

Menanggapi pernyataan tersebut yang bercetak miring, maka dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan awal baru bagi sistem pendidikan Indonesia mengejar ketertinggalan dalam skala global. Bisa dikatakan bahwa dibalik bencana pandemi, muncul harapan baru bagi sistem pendidikan Indonesia yang ramah bagi penggerak roda pendidikan, yaitu guru dan murid. Mengingat penerapan Kurikulum Merdeka masih perlu banyak perbaikan di banyak lini, maka sangat diharapkan Menteri Pendidikan dan jajarannya di era kepemimpinan baru dapat menghasilkan kebijakan-kebijakan yang mendorong implementasi Kurikulum Merdeka yang lebih inklusif dan eksklusif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun