Memaafkan tapi tidak melupakan karena ingatan itu membekas. Memori ingatan dan perasaan itu akan selalu membekas dalam hidup. Bagaimanapun kita berusaha, dia akan bersembunyi di suatu tempat dalam diri kita. Oleh karena itu, hidup berdampingan dan membiasakan diri dengan memori tersebut menjadi tantangan besar yang harus dilewati. Biarkan siklus dirimu menangis, tertawa, marah terulang kembali sampai anda merasa lebih baik. Meskipun bagi budaya kita menganggap hal tersebut tidak normal, tetapi percayalah dengan melepaskan berbagai emosi yang tertahan dalam diri anda adalah cara sehat untuk menjaga kesehatan mental dan pulih dari duka. Â
Memaafkan tapi tidak melupakan karena tidak ada penyesalan. Pernahkah anda berada dalam posisi yang mempertanyakan "apakah selama ini saya melakukan kesalahan sampai diperlakukan seperti ini?". Saya pernah berpikir, "untuk apa susah payah melupakan, bukan saya yang melakukan kesalahan kok". Memaafkan tapi tidak melupakan membantu saya banyak belajar untuk memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Menurut saya, ini adalah cara yang elegan dan keren untuk move on dari sesuatu yangsempat membuat kita terpuruk.
Memaafkan tapi tidak melupakan untuk mendapatkan kedamaian. Poin terakhir ini adalah inti dari semua poin yang dijabarkan sebelumnya. Tujuan dari memaafkan dan tidak melupakan adalah untuk mendapatkan kedamaian dalam hidup. Belajar menerima dengan sadar bahwa ada hal yang tidak bisa kita ubah merupakan langkah awal menuju pendewasaan diri. Dengan melakukan hal demikian, perlahan semakin mudah bagi anda untuk melangkah maju dan pikiran anda lebih hidup di masa depan.Â
PenutupÂ
Memaafkan tapi tidak melupakan dapat diartikan secara positif atau negatif. Tergantung dari bagaimana anda melihatnya. Secara pribadi, artikel ini bermaksud mengajak pembaca untuk melihat konsep ini sebagai suatu keputusan positif yang perlu diambil. Artinya, memaafkan tapi tidak melupakan sebagai sebuah penerimaan untuk tetap menjalani hidup yang tenang, damai, dan tidak terusik oleh luka di masa lalu. Memang ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Namun, alangkah lebih baik menerima luka dan berdamai dengan keadaan daripada menghabiskan energi meratap sepanjang hidup bukan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H