Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Perlu Memaafkan Tapi Tidak Melupakan?

13 Agustus 2024   11:00 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:06 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memaafkan tapi tidak melupakan. 

Saya pikir tidak ada yang salah dengan kalimat ini. Toh, apa yang terekam dan tersimpan dalam memori manusia tidak bisa terhapuskan begitu saja. Kalau saja ingatan manusia bisa dengan mudah dihilangkan hanya dengan menekan tombol seperti menghapus data komputer, maka saya tidak menjadi orang yang ikut berbondong-bondong kesana. Nah, kok?

Keseimbangan dalam hidup perlu diwarnai oleh kebahagiaan dan kesedihan. Sekiranya supaya ada banyak cerita yang bisa dibagikan kepada orang lain. Seperti satu kalimat terkenal yang berbunyi, Life is one big roller coaster. Katanya, biar seru harus mengalami masa klimaks dan terpuruk dalam hidup. Sayangnya, sejak kecil kita tidak diajarkan untuk menikmati perjalanan itu karena untuk beberapa hal hanya perlu dialami baru bisa dipahami maknanya. 

Merasa kecewa, gagal, hilangnya rasa percaya merupakan sebagian peristiwa tidak menyenangkan yang pernah saya alami. Saya yakin banyak dari kita juga pernah mengalami hal yang sama. Rasanya tidak ingin lagi bertemu dengan orang yang pernah menyakiti kita. Setidaknya, ini adalah pemikiran saya dikala masih sangat labil. Kalau sekarang labilnya sudah agak mendingan hehe....

Lantas, mengapa kita perlu memaafkan tapi tidak melupakan? 

Melalui artikel ini ada beberapa poin penting yang ingin saya bagikan berdasarkan pemahaman saya terhadap kalimat tersebut. Perlu dipahami bahwa ulasan ini berdasarkan pelajaran hidup yang saya dapatkan dari berbagai peristiwa yang tidak pernah terbayangkan bahwa harus dilewati sebagai proses pendewasaan. 

Semoga bermanfaat

Memaafkan tapi tidak melupakan untuk menjaga batasan. Pengalaman hidup membantu kita mengenal lebih dalam tentang seseorang. Bagaimana karakteristik mereka dan sejauh mana hubungan yang akan dibangun. Hal ini bukan berarti memutuskan hubungan begitu saja, hanya batasannya lebih jelas ditetapkan. Tujuannya agar kita lebih mawas diri dan menjaga social circle dengan lingkungan yang berdampak positif bagi perkembangan diri kita. 

Memaafkan tapi tidak melupakan karena hidup tidak selalu hitam atau putih. Dulu saya berpikir bahwa tabiat seseorang tidak mungkin bisa berubah. Apalagi ketika kesalahan yang diperbuat terlalu fatal, sulit bagi saya untuk kembali percaya pada mereka. "Satu kesalahan menghapuskan banyak perbuatan baik", saya masih terus belajar untuk tidak terperangkap sebagaimana yang dimaksud oleh kalimat ini. Saya belajar bahwa setiap manusia yang saya temui memiliki sisi baik dan buruk. Beruntung bagi kita yang sudah bertemu di kedua sisinya, sehingga dapat mengetahui dimana seharusnya memposisikan mereka dalam hidup kita. Apakah hanya sebagai kenalan, rekan kerja, teman, sahabat, keluarga, pasangan, dll.

Memaafkan tapi tidak melupakan untuk tetap melangkah maju. Katakan ini pada diri anda, "masa depan saya lebih berharga". Terjebak di masa lalu bukan opsi yang saya pilih. Daripada melakukan hal-hal gila untuk menghilangkan ingatan yang menyakitkan itu, saya memilih untuk menjalani hari dengan menerima bahwa ini adalah kenyataan yang pahit. Karena rasa sakit yang bertransformasi menjadi kemarahan apabila dikelola dengan baik, maka dapat mengarah pada perilaku yang konstruktif. Fokuskan pikiran dan energi di masa kini untuk menciptakan kisah baru yang menyenangkan. Nikmati waktumu yang berharga bersama dengan orang-orang yang pantas mendapatkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun