Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Akibat Mengurung Anak di Dalam Rumah

12 Agustus 2024   14:58 Diperbarui: 12 Agustus 2024   15:50 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membiasakan anak berada di lingkungan baru bermanfaat membantu proses belajar dan eksplorasinya. Orangtua memainkan peran penting pada fase ini. Tidak dipungkiri bahwa ada banyak tantangan mengenalkan anak dengan lingkungan baru. Salah satunya yaitu berhadapan dengan perubahan suasana hati anak seperti takut dan cemas. 

Sudah menjadi tanggungjawab orangtua sebagai fasilitator kepada anak untuk membantunya mengenali dan memahami apa yang ditakuti atau dicemaskan olehnya. Orangtua dapat memberikan penjelasan yang menenangkan sekaligus memberikan pendampingan yang perlahan dikurangi intensitasnya. 

Selain itu, mengenalkan anak dengan lingkungan baru merupakan cara efektif bagi orangtua untuk membantu anak menemukan hal-hal baru di lingkungannya. Terlebih lagi, anak akan belajar mengembangkan cara problem solving ketika mengalami konflik di tempat yang berbeda. 

Urgensi lain mengapa anak perlu sering dikenalkan dengan lingkungan baru adalah berdampak pada perkembangan aspek sosial-emosionalnya.  Mereka belajar mengembangkan aturan yang berbeda saat berada di lingkungan rumah, sekolah, dan komunitas lainnya. 

Selain aturan, pemahaman mereka tentang bagaimana berperilaku juga turut berkembang ketika sering terlibat dalam aktivitas bersama orang lain. Misalnya, aktivitas di sekolah mengajarkan anak untuk bekerjasama dengan teman dan mengikuti instruksi pengajar. Sedangkan di rumah ada aturan berbeda dari orangtua yang dipelajari oleh mereka. 

Melalui interaksi yang beragam dengan orang lain, anak turut mengalami berbagai emosi yang dirasakan meskipun mereka mungkin belum mampu melabeli perasaannya. Mungkin lebih mudah bagi anak mengenali perasaan bahagia, kesal, sedih, dan marah daripada perasaan lain yang sifatnya lebih kompleks. Peran orangtua selain mengajarkan anak melabeli perasaan, juga berperan membantu anak mengelola perasaannya. 

Misalnya, mengajarkan minta maaf karena merasa bersalah setelah melanggar aturan, memperbolehkan mereka menangis saat merasa sedih, membantunya menenangkan diri karena kesal atau marah, dan lain sebagainya. 

Anak bisa saja memelajari aturan dan tata krama di dalam rumah, tetapi dengan membatasi ruang lingkup anak akan menghambat proses belajar mereka mengenal dunianya.  

Perbedaan utama tumbuh kembang anak generasi masa kini adalah mereka diperlengkapi dengan fasilitas super canggih. Istilah dunia ada didalam genggamannya terasa sangat nyata dengan kemudahan akses digital sekejap kilat dipelajari oleh mereka. 

Sebut saja perkembangan bahasa. Pengalaman dalam keluarga saya adalah saat seorang keponakan yang menginjak  usia 2 tahun, lebih mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa indonesia baku dibandingkan bahasa daerah yang sering digunakan oleh orangtuanya. 

Dalam kasus berbeda, anak generasi sekarang lebih cepat menyerap kosa kata bahasa inggris dari tontonan hiburan serial internasional. Beberapa dampak positif dari perkembangan digital tersebut mungkin menjadi pertimbangan orangtua mengamankan anaknya di dalam rumah karena semuanya telah tersedia. 

Catatan penting yang ingin disampaikan oleh penulis adalah hakikat manusia sebagai makhluk sosial melekat dalam keberlangsungan hidup anak sejak dini hingga di masa depannya. Mempersiapkan mereka dari sekarang untuk tidak hanya ramah teknologi, tetapi juga peka terhadap tuntutan lingkungan rill menjadi bagian penting dari tanggungjawab orangtua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun