Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pura-Pura Produktif atau Sia-Sia Produktif?

11 Mei 2024   23:05 Diperbarui: 13 Mei 2024   02:00 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja sedang burnout. Photo by energepic.com from Pexels.com

Memasuki dunia kerja di masa dewasa berarti berurusan dengan tuntutan untuk lebih produktif. Menampilkan performa kerja memuaskan dan bersikap profesional dalam pekerjaan adalah kewajiban. Meskipun, pada beberapa kesempatan tidak selalu berada dalam kondisi prima, tetapi hal itu bukan berarti menjadi alasan untuk tidak produktif. 

Menurut Riyanto dalam Elbandiansyah (2019:250), secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input).

Berdasarkan definisi tersebut, maka seseorang dikatakan produktif apabila usaha energi yang dikeluarkan sejalan dengan hasil kerja yang didapatkan. Bahasa kerennya "usaha tidak mengkhianati hasil", katanya. 

Baca juga: Resep Berteman Baik

Namun, perlu dipertanyakan kembali. Usaha seperti apa yang dimaksud? Apakah dengan terlihat sibuk selalu berarti berusaha?

Saya pikir tidak. Kesibukan yang "tidak terarah" menuntun kepada fake productivity.

Di sisi lain, bersikap spontanitas tanpa perencanaan matang mengenai target dan strategi mencapainya memungkinkan terjadinya produktivitas sia-sia (wasted productivity). 

Fake Productivity vs Wasted Productivity

Keduanya memiliki perbedaan dan persamaan dalam hal mengarahkan energi. Fake productivity terjadi karena individu mengarahkan energinya melakukan pekerjaan yang tidak dibutuhkan atau tidak genting pada saat itu.

Sedangkan, wasted productivity terjadi saat individu mengarahkan energinya mengerjakan banyak hal penting dalam satu waktu yang sama, tetapi tidak berdasarkan skala prioritas sehingga tidak tercapai tujuan yang sebenarnya. 

Hasil dari kedua jenis produktivitas diatas adalah terhambatnya usaha kerja memperoleh hasil yang diinginkan. Akibatnya, tidak jarang individu merasa tidak mampu atau menilai rendah daya juangnya dalam menyelesaikan pekerjaan. 

Spontanitas vs Perencanaan

Tidak sedikit orang yang menilai kepribadian dirinya cenderung bersikap spontan dalam menanggapi situasi. Dalam dunia kerja, berbagai situasi yang terjadi di luar kendali pekerja sangat tinggi kemungkinannya terjadi, sehingga menuntut seseorang harus sigap setiap saat. Namun, bersikap spontan sekalipun membutuhkan perencanaan.   

Misalnya, saat anda diminta oleh atasan untuk memberikan ide dalam rapat. Anda perlu memikirkan ide utama dan opsi ide lainnya sebagai alternatif dengan mempertimbangkan untung rugi yang diperoleh perusahaan.

Contoh lainnya, yang terpikirkan pertama kali saat menulis artikel adalah ide judul. Namun, judul tersebut akan menjadi tidak menarik bagi pembaca ketika konten artikel tidak direncanakan dengan matang. 

Skala Prioritas Bagian dari Perencanaan

Perlu diingat bahwa sangat penting menetapkan tujuan dan target yang ingin dicapai dalam satu hari kerja. Perencanaan ini bisa anda urutkan sesuai tingkat urgensinya dalam bentuk to do list. Daftarkan hal-hal yang harus dikerjakan tersebut menjadi patokan atau guideline saat bekerja. Hal ini dimaksudkan agar energi dalam bekerja lebih terarah sesuai tujuan. 

Menetapkan skala prioritas juga membantu seseorang mampu produktif dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. Pastikan pula untuk menyertakan waktu istirahat guna mengembalikan energi tubuh dan pikiran yang banyak terkuras. 

Bagaimana Meyakini Telah Sebenar-Benarnya Produktif

Bagian terakhir dari artikel ini menekankan pada sisi produktif sebagai proses dan bukan semata hasil akhirnya. Menjadi produktif dalam bekerja tidak melulu tercapai dengan mudah. Diperlukan fokus dan atensi luar biasa yang dicurahkan agar tidak terjebak dalam pekerjaan yang non-progresif.

Oleh karenanya, langkah pertama anda sudah produktif adalah hasil kerja menunjukkan adanya perkembangan.   

Selanjutnya, anda perlu menilai perubahan yang dialami dalam diri seperti munculnya perasaan positif dan percaya diri terhadap apa yang telah dikerjakan. Level produktivitas meningkat pada tahap ini karena pemahaman anda terhadap apa yang dikerjakan telah sesuai dengan kerangka perencanaan yang ditetapkan di awal.

Terakhir, kesibukan yang produktif hendaknya tidak mengalihkan pikiran anda menjadi asing dengan lingkungan sekitar. Mengambil waktu untuk beristirahat dengan menikmati kebersamaan juga membantu meningkatkan hormon endorfin dan dopamin yang berperan dalam meningkatkan produktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun