Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kognisi Sosial Menghubungkan Pikiran Antara Manusia

24 Oktober 2023   22:10 Diperbarui: 25 Oktober 2023   00:04 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Pixabay: https://www.pexels.com/photo/two-yellow-emoji-on-yellow-case-207983/ 

A: Aku keliatan nervous banget ya? Pasti orang-orang berpikiran hal yang sama deh. 

B. Aku tadi aneh banget ya pas presentasi di depan? Pasti anak-anak mikirnya aku aneh banget. 

C: Pakaian aku ga on point banget hari ini. Pasti ga enak dipandang sama orang. 

D: Make up aku kok keliatan ga fresh ya? Pasti dikira kayak orang sakit deh. 

E: Kok mereka ngeliat aku gituh banget ya? Apa mereka pikir aku aneh?

Lima contoh kalimat diatas yang mungkin pernah dan masih sering kita sampaikan kepada diri sendiri merupakan hal-hal yang secara otomatis terpikirkan oleh otak. Meskipun sebenarnya kita tidak menginginkan untuk berpikiran demikian. Seringnya terjadi ketika kita berada dalam situasi sosial luas seperti saat berkumpul di tempat umum, bertemu banyak orang, dan berkegiatan bersama. 

Tanpa kita sadari, terlibat dalam situasi dan kegiatan sosial bersama dengan orang lain membentuk persepsi kita yang dianggap sama dengan mereka. Hal ini disebut dengan kognisi sosial (social cognition) yaitu proses memeroleh dan menyimpan informasi dari lingkungan dalam suatu waktu, kemudian digunakan sebagai alat untuk menilai perilaku diri sendiri maupun orang lain. Contoh konkret kognisi sosial adalah berbagai stereotipe yang berkembang dan diterima dalam masyarakat.

Sebagai makhluk sosial, tidak terpungkiri bahwa pikiran, perasaan, dan perilaku kita saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Bahkan ketidakhadiran respon dari orang lain sekalipun, tetap dianggap sebagai respon yang mempengaruhi pikiran dan perasaan kita. 

Contohnya, menerka-nerka "dia pasti ga setuju dengan pendapat aku. lebih baik aku diam daripada dianggap aneh". Pemikiran bias tersebut sangat sering terjadi dan akhirnya menjadi penghambat kita untuk menunjukkan potensi yang maksimal.  

Situasi lain yang lebih parah ketika menjadi pusat perhatian. Kognisi sosial mengontrol pikiran dan perilaku kita mengikuti situasi tempat dimana kita ada. Dampak dari kognisi sosial adalah mengarahkan perilaku agar sesuai dengan situasi sosial namun terkesan berpura-pura (tidak natural). Lalu bagaimana cara menghadapi kognisi sosial?

Baca juga: Sudahi Overthinking

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun