Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Semua Bisa Menjadi Influencer, Tapi?

18 September 2023   16:31 Diperbarui: 21 September 2023   16:24 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ivan Samkov: pexels.com

Influencer, sebuah pekerjaan yang sedang tren di kalangan anak muda khususnya gen-z. Dulu kalau ditanya "apa cita-citamu?", jawabannya beragam profesi seperti dokter, polisi, tentara, perawat, penyiar, penyanyi, artis, dan lain sebagainya. Namun, sekarang cita-cita anak muda paling mentok youtuber, content creator, influencer. 

Alasannya karena kerjaannya gampang, bisa dilakukan dari mana saja, dan mudah mendapatkan uang (katanya). Ya, tepat sekali. Hanya bermodalkan perangkat gawai dan ide konten yang dibuat menjadi video berdurasi pendek, unggah ke sosmed dan menunggu respon likes dan comments dari penonton. Jika video anda beruntung viral, maka pundi-pundi cuan akan masuk dalam rekening dan e-wallet anda. 

Sesungguhnya, sebutan influencer masih rancu karena sering disamaratakan dengan selebriti atau artis. Padahal bidang pekerjaan dan karya hiburan yang diberikan pun berbeda. Entah siapa yang memulai tren ini, tolong berikan penjelasan. Hal lucu yang sering ditemukan pada influencer, apalagi kalau bukan ragam konten video yang dipublikasikan. 

Secara pribadi, konten yang bersifat informatif (ilmu pengetahuan, isu sosial, teori konspirasi, misteri) yang dibalut komedi adalah yang paling epik. Disisi lain, ada juga konten yang dinilai tidak bermanfaat  bahkan meresahkan masyarakat. 

Photo by George Milton from Pexels: pexels.com
Photo by George Milton from Pexels: pexels.com

Semua bisa menjadi influencer.  

Tidak perlu repot membuat CV menarik, mengumpulkan portfolio, tidak membutuhkan pengalaman pekerjaan, dan yang paling penting adalah tidak dibatasi usia serta level pendidikan. 

Anda bebas berkreasi sesuai dengan kreatifitas masing-masing dan tetap berpedoman pada aturan yang berlaku pada setiap aplikasi sosial media yang digunakan. Layaknya setiap pekerjaan, menjadi influencer juga memiliki tanggungjawab yang besar sesuai dengan "namanya" yaitu untuk memberikan pengaruh kepada orang lain. 

Oleh sebabnya, penting bagi anda untuk membangun personal branding, yaitu bagaimana persona kepribadian yang ingin anda tunjukkan di sosial media. Apakah akan mempengaruhi audiens secara positif atau negatif? Seberapa jauh pengaruh yang anda berikan akan terintegrasi dalam diri audiens? Bagaimana dampak pengaruh yang anda berikan? Apa timbal balik yang anda peroleh? dan banyak pertanyaan lainnya yang bergejolak dalam diri influencer.

Photo by Ivan Samkov: pexels.com
Photo by Ivan Samkov: pexels.com

Semua bisa menjadi influencer. 

Bukan tentang beradu siapa yang kuat mental dengan menjadi sorotan publik dan eksposure yang besar atau terlalu idealis. Namun, tentang siapa yang mampu konsisten mempertahankan identitas diri dan konten yang disajikan. Tidak gampang tergoda mengikuti tren yang sedang viral. 

Tantangannya sangat besar dikarenakan tugasnya memengaruhi keputusan audiens terhadap sesuatu, sehingga tuntutan pekerjaannya dikontrol oleh minat pasar. Disinilah influencer dituntut untuk menemukan strategi marketing jitu agar tetap laku dan menjual. 

Photo by Kampus Production: .pexels.com
Photo by Kampus Production: .pexels.com

Semua bisa menjadi influencer. 

Kebutuhan influencer membawa pengaruh baik pada segi ekonomi dan pemasaran. Termasuk di dalamnya membangun lingkungan komunitas digital untuk menyebarkan hal-hal positif (komunitas penari, jurnalis, penulis, pelukis, penyiar , pemusik, pecinta olahraga dll). Interaksi yang lebih intens dengan para followers menjadi ruang yang dapat dimanfaatkan oleh influencer untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang suatu isu hangat yang sedang berkembang di masyarakat. 

Photo by Liza Summer: pexels.com
Photo by Liza Summer: pexels.com

Semua bisa menjadi influencer.  

Peran influencer dapat merubah sistem tatanan nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Kok bisa? Inovasi dari influencer dalam hal apapun yang dia lakukan secara otomatis akan memengaruhi para followers di sosial media. Contoh konkretnya seperti influencer fashion dan beauty. 

Tidak dipungkiri bahwa influencer memiliki power yang besar dalam dunia digital. Mereka dapat memilih dengan brand untuk berkolaborasi dan produk apa yang ingin dipromosikan baik secara mandiri atau terikat dengan supplier. 

Photo by Kampus Production: pexels.com
Photo by Kampus Production: pexels.com

Semua influencer harus tahu:  

Sebuah artikel tentang The psychology of influence menjelaskan bahwa perilaku kita sebenarnya dipengaruhi oleh orang lain dan sering terjadi secara tidak sadar. Hanya saja konsep ini baru populer saat ini seiring dengan kemunculan istilah keren influencer. 

Dalam artikel tersebut, dijelaskan secara rinci bahwa banyak orang ingin menjadi berbeda dari yang lain, tetapi karena manusia memiliki sense of belongingness (ingin terikat atau tergabung), maka mereka cenderung melakukan hal yang menjadi kebiasaan banyak orang. Kebiasaan masyarakat kita saat ini sebagian besar  dipengaruhi oleh influencer. Misalnya, pengambilan keputusan berdasarkan saran dari influencer.  

Hallo effect, istilah psikologi keren yang bermakna sama dengan first impression juga menjadi proses terjadinya ikatan antara followers dan influencer. Kesamaan hobi, minat,  dan isu yang menjadi perhatian bersama biasanya akan menentukan seseorang mengikuti aktivitas seorang influencer.  

Dalam ruang digital, meskipun tidak saling mengenal secara pribadi, tetapi followers biasanya telah memiliki kepercayaan tinggi terhadap influencer pilihannya. Skenario yang biasanya terjadi adalah review influencer tentang suatu produk atau layanan akan mudah dipercaya oleh followers, meskipun hal tersebut hanya mewakili satu sudut pandang. 

Generalisasi dengan mudah akan terjadi begitu saja dalam ekosistem digital. Menarik tapi juga membahayakan jika followers tidak bijaksana dalam memilah informasi.  

Mengutip kalimat viral, kira-kira seperti ini "lu punya followers banyak, lu punya kuasa". Mungkin inilah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi pekerjaan influencer dan dampaknya dalam lingkup ruang digital.  Sekian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun