Berpikir di luar pada umumnya (out of the box). Anak disleksia dipercaya memiliki cara penyelesaian masalah dengan pendekatan yang tidak biasa. Cenderung menggunakan intuisi mereka untuk menyelesaikan permasalahan. Terkadang mereka tampak seperti melamun, tetapi otak mereka sedang bekerja memikirkan sesuatu. Menghubungkan berbagai macam hal yang diperoleh dari hasil observasi dan kemudian menjadi satu strategi atau kesimpulan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Berfokus pada kelebihan anak disleksia akan membantu meningkatkan rasa percaya diri dan rasa mampu mereka dalam mengerjakan tugas secara bertanggungjawab. Sebagai orangtua dan pengajar perlu diingat bahwa disleksia adalah kondisi gangguan belajar sehingga perlakukanlah mereka sama dengan anak lainnya. Kenali kelebihan dan dorong mereka untuk bertanggungjawab atas dirinya sendiri.
Kesulitan yang sering dialami pengajar dan cara mengatasinya
Terbatasnya ruang gerak bagi pengajar untuk variasikan metode belajar adalah permasalahan utama. Beruntung pemerintah telah meresmikan Kurikulum Merdeka Belajar yang memberikan kebebasan pada pengajar dan murid menentukan bagaimana proses belajar terjadi. Â
Mesipun begitu, menangani satu anak disleksia diantara kelompok anak lain dalam satu ruang kelas adalah kesulitan utama yang dihadapi guru dan pembelajar disleksia itu sendiri.Â
Anak disleksia nyatanya membutuhkan perhatian dan perlakuan ekstra. Sesekali memberikan kebebasan bagi mereka memilih cara belajar juga penting untuk mengenali strategi belajar mereka.Â
Catatan penting bagi pengajar perlu memerhatikan kondisi emosi anak disleksia khususnya saat berada dalam kelas yang sama dengan anak tipikal. Situasi tersebut membuat mereka rentan frustasi karena adanya tuntutan mengikuti ritme kecepatan belajar teman-temannya.Â
Selain murid, guru juga rentan mengalami frustasi karena menghadapi anak disleksia perlu trial error berulang kali hingga menemukan metode belajar yang cocok.Â
Dalam kondisi kebutuhan belajar yang spesial, pembelajar disleksia memerlukan lingkungan yang mendukung usaha mereka. Oleh karena itu, tidak jarang sekolah formal menyarankan Homeschooling atau sekolah inklusi sebagai pilihan pendidikan yang optimal.Â
Disisi lain pendidikan formal sebenarnya masih efektif apabila guru berinisiatif menciptakan lingkungan belajar yang ramah bagi pembelajar disleksia dan rela menyisihkan waktu dan energi ekstra mengajari anak disleksia.Â
Misalnya dengan menerapkan metode belajar multisensory. Metode belajar tersebut membutuhkan kreatifitas guru untuk merangsang kemampuan berpikir anak serta mengasah kemampuan membaca dan menulisnya.Â