Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Memprediksi Teknologi AI di Masa Depan

5 Mei 2023   10:35 Diperbarui: 5 Mei 2023   11:08 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Pavel Danilyuk: pexels.com

Pernahkah anda menggunakan Siri atau Alexa? Apakah menurut anda aplikasi tersebut mempermudah pekerjaan? Tentu, Iya. Itu lah manfaat dari teknologi kecerdasan palsu atau yang lebih dikenal sebagai Artificial Intelligence (AI)

AI adalah cabang ilmu luas komputer berfokus pada upaya menciptakan teknologi mesin canggih yang bertujuan untuk menggantikan peran intelegensi manusia dalam pekerjaan. 

Layaknya otak manusia, teknologi AI seperti pusat saraf yang mampu memproses berbagai macam data dan informasi seperti memahami percakapan, menyusun strategi, hingga pengambilan keputusan. Menarik bukan? 

Para ahli membedakan AI menjadi dua yaitu Strong AI and Weak AI. Apa yang membedakan keduanya? Strong AI merujuk pada kecerdasan mesin yang mampu menyelesaikan pekerjaan yang belum terprogram sekalipun. 

Fungsinya kurang lebih disamakan dengan kemampuan kognitif manusia. Jika anda pernah menonton film tentang robot yang menguasai bumi, maka itu adalah contoh visualnya. 

Sedangkan, teknologi AI yang mampu mengerjakan tugas spesifik seperti aplikasi asisten (google, siri, alexa), robot pembersih rumah, mobil autopilot, fitur spam, dan lain sebagainya adalah contoh dari Weak AI. 

Ada pula program dasar lain yang diprogram guna menunjang pemrosesan data yaitu machine learning (ML) dan deep learning. ML memungkinkan teknologi AI memroses sendiri algoritma data dan informasi yang diperoleh hingga mengambil keputusan pemecahan masalah secara statistik terhadap tugas yang bahkan tidak terprogram sejak awal. 

Dengan adanya ML memampukan mesin memprediksi hasil output baru. Sedangkan deep learning adalah bagian dari ML yang memroses algoritma yang diperoleh lebih rumit dan kompleks. 

Menelisik lebih jauh minat peneliti AI untuk mengembangkan teknologi buatan menyerupai kerja otak manusia memberikan pengalaman perasaan yang becampur. Satu sisi saya merasa tertolong dengan kemajuan teknologi dan disisi lain saya takut akan bahaya dikendalikan olehnya. 

Teknologi AI sendiri diketahui sudah siap merambah ke berbagai bidang kehidupan ditandai dengan munculnya berbagai aplikasi yang tercatat menggunakan teknologi tersebut. Fenomena ini mengawali anggapan AI akan mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia yang akan dijelaskan sebagai berikut: 

1. AI & Scientist

  

Photo by Pixabay: pexels.com 
Photo by Pixabay: pexels.com 
Dilansir dari Forbes, AI yang berbasis pada machine learning (ML) diprediksi akan berkolaborasi dengan para scientist  untuk mempercepat proses analisis dan menemukan hasil dari penelitian itu sendiri. 

Tentu saja dengan kecanggihan AI akan dapat memproses data peneliti dalam jumlah besar dan kurun waktu lebih singkat. Peran manusia masih memegang peran penting sebagai pencetus gagasan dan ide peneliti yang sangat dibutuhkan untuk memunculkan penemuan-penemuan mencengangkan di masa depan.

2. AI dan Ketahanan Negara 

Photo by ThisIsEngineering: pexels.com
Photo by ThisIsEngineering: pexels.com

Negara adikuasa Amerika, diketahui berinvestasi dengan nilai fantastis pada teknologi AI sebanyak $3.3 milliar pada tahun 2022 dan diperkirakan akan terus meningkat.  

Amerika sendiri sangat tertarik dan berencana untuk terus berinovasi pada AI dengan dalil sebagai senjata pertahanan ekonomi dan politik negara. Disisi lain, Indonesia juga mengikuti tren AI yang dicanangkan pemberlakukannya sejak 2020 sampai 2045. 

Fokus strategi nasional AI pada pemerintahan Indonesia adalah pada pelayanan edukasi dan penelitian, kesehatan masyarakat, keamanan konsumsi pangan, mobilisasi, kota pintar, dan reformasi sektor publik. 

Masalah selanjutnya yang muncul adalah terjadinya diskriminasi dalam struktur sosial untuk mendapatkan akses layanan tersebut. Semoga pemerintah kita mampu menghadapi perkembangan teknologi dengan kebijakan yang mensejahterahkan rakyat. 

3. Lapangan Pekerjaan Berkurang

Photo by Andrea Piacquadio: pexels.com
Photo by Andrea Piacquadio: pexels.com

Ya, tidak dipungkiri kecanggihan teknologi telah menggantikan peran manusia dalam bekerja. Belum lagi pada peran penting seperti membuat kesimpulan dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat oleh AI. Layaknya pedang bemata dua, AI teruji membantu efisiensi dan efektivitas manusia dalam bekerja sekaligus mengancam hak otoritas dan kapabilitas. 

4. Kemanan Privasi 

Photo by Pixabay: pexels.com
Photo by Pixabay: pexels.com

Hilangnya rasa aman terhadap perlindungan privasi menjadi ancaman berikutnya. Informasi seperti identitas diri, riwayat kesehatan, keuangan, anggota keluarga, rekan, kerabat dan lain sebagainya dengan mudah dapat diakses lewat internet. 

Hal ini dikhawatirkan berdampak pada tingginya tingkat kriminalitas. Kabar buruknya hingga saat ini developer AI masih belum bisa menjamin keamanan data konsumen. Apa yang bisa dilakukan? Sebagai pengguna teknologi kita perlu belajar lebih awal untuk memilah informasi apa yang perlu dan tidak perlu dibagikan di internet. 

 5. Ketergantungan terhadap AI

Photo by Pavel Danilyuk: pexels.com
Photo by Pavel Danilyuk: pexels.com

Banyak diskusi para peneliti termasuk analis teknologi tentang hubungan manusia dengan AI setidaknya dimulai pada tahun 2030. Diperkirakan pada tahun 2030 sistem AI sudah semakin banyak berkembang dan memulai hubungan rumitnya dengan manusia. 

Muncul pertanyaan "apakah manusia akan berfungsi seoptimal sekarang?" Pew research center melakukan survey pada para pemimpin di Amerika dan hasilnya adalah 63% optimis bahwa manusia masih memiliki otoritas di masa depan sedangkan 37% sisanya memilih AI akan berperan lebih banyak.    

We need to work aggresively to make sure technology matches our values - Erik Brynjolfsson, director of the MIT Initiative on the Digital Economy and author of “Machine, Platform, Crowd: Harnessing Our Digital Future,” 

Apakah manusia akan tergantikan sepenuhnya oleh mesin? Saya pikir tidak. Manusia memiliki kualitas kemampuan kognitif yang tidak dimiliki oleh mesin yaitu : 

1. Kemampuan berpikir kreatif 

2. Kemampuan penalaran logis

3. Membuat penilaian (judgement) 

4. Intuitive

5. Common sense

Kesimpulannya adalah teknologi seharusnya meningkatkan kemampuan manusia bukan sebaliknya. Oleh sebab itu, mampu mengontrol diri agar tidak mudah dikendalikan sangatlah penting. 

Hal sederhana seperti mengatur screen time penggunaan smartphone dan lebih banyak terlibat di lingkungan nyata adalah contoh langkah awal. Apa yang anda lakukan melawan kendali teknologi? Silahkan share di kolom komentar :)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun