Hal ini pun juga sudah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Dadi dkk. (2019), dimana di dalam penelitiannya didapatkan hasil bahwa jika dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami depresi, seorang ibu yang memiliki gangguan depresi akan berisiko lebih tinggi dalam mempunyai bayi dengan berat badan yang rendah dan juga cenderung akan melahirkan bayi dengan kelahiran prematur.
2. Stres
Stres diartikan sebagai suatu perasaan tidak nyaman yang timbul karena sesuatu yang diluar kendali ataupun reaksi jiwa kita terhadap suatu perubahan. Menurut Lazarus, stres ini dibagi menjadi distress yang berarti stres yang sifatnya negatif karena mengganggu seseorang dan eustress yang berarti stres yang sifatnya positif karena memberikan semangat pada seseorang.
 Stres ini pun juga terbagi atas 3 tingkatan, yaitu stres tingkat rendah, tingkat sedang, maupun tingkat tinggi. Pada tingkatan stres, setiap tingkatan ini nyatanya berbeda dalam mempengaruhi perkembangan janin.
 Dan stres tingkat tinggi merupakan stres yang memberikan dampak negatif paling besar bagi perkembangan janin. Begitupun sebaliknya, stres tingkat rendah memberikan dampak negatif lebih sedikit bagi perkembangan janin.
Ada beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari ibu yang mengalami gangguan stres. Berikut ini beberapa dampaknya:
1. Terganggunya perkembangan neurobehavioral
Perlu diketahui, neurobehavioral itu adalah suatu hubungan antara fungsi otak manusia dengan perilaku dan juga proses berpikir. Jadi dampaknya akan dirasakan calon bayi, saat ia berada dalam fase anak-anak. Dimana sang calon bayi akan berisiko mengalami berbagai masalah seperti masalah emosional, perilaku, temperamen ataupun kognitif di kemudian hari. Misalnya seperti mengalami gangguan depresi, kecemasan, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), ataupun gangguan perilaku.
2. Mengakibatkan sang janin akan memiliki berat badan yang rendah dan terlahir secara prematur
Sama dengan dampak negatif yang ditimbulkan oleh ibu yang mengalami gangguan depresi, ibu yang mengalami gangguan stres juga dapat mengakibatkan janin akan memiliki berat badan yang rendah dan dapat terlahir secara prematur.
3. Dapat mengakibatkan gangguan Autism pada anak
Stres yang dialami sang ibu saat kehamilan antara minggu ke-24 sampai 28 masa kehamilan, telah mengaplikasikan gangguan autism dengan perubahan bentuk dalam perkembangan otak.
3. Meningkatnya risiko gangguan tidur sewaktu bayi
Dampak negatif yang satu ini diduga terjadi karena adanya pengaruh hormon stres kortisol yang memproduksi hormon secara berlebihan. Hormon ini diproduksi secara berlebihan diduga karena saat itu sang ibu dalam keadaan penuh tekanan ataupun stres.Â
Sehingga semakin tinggi tingkat stres seseorang, maka semakin tinggi pula proses produksi hormon. Dan tentu saja hormon ini nantinya akan bisa masuk ke dalam plasenta. Ketika masuk ke dalam plasenta, hormon ini nanti dapat mempengaruhi bagian otak yang punya kendali dalam mengatur siklus tidur sampai siklus bangun seorang anak.