Mohon tunggu...
Selly Fitriyani Wahyu
Selly Fitriyani Wahyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student of Padjajaran University

A journalism undergraduate student who is interested in the creative industry and education matters. She does her best to any projects or work that involves her. Her vision is to raise education awareness and support others to achieve their dreams. She believes her ability to collaborate creativity, human resources, and social media optimization can make her visions come true in every little step.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Inklusivitas Make Up sebagai Bentuk Kebebasan Ekspresi Pria

18 November 2022   13:27 Diperbarui: 18 November 2022   13:33 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Selly Fitriyani Wahyu

Sejak lama produk kecantikan ditempeli gender, bahkan penggunaannya kerap kali diidentikan dengan feminitas. Sebutan metroseksual pada pria feminin lantas disalahartikan sebagai sematan kebencian. 

Namun, pada realitanya metroseksual dipandang sebagai gebrakan feminis yang berhasil membentuk maskulinitas baru di tengah maraknya maskulinitas beracun (toxic masculinity).

Jeje dan Alfin menjadi bukti bahwa stigma negatif yang sering dilekatkan, tidak menghalangi jalan mereka untuk terus menoreh sederet prestasi. Keduanya telah mendobrak bias bahwa #beautyhasnogender dan makeup juga hak bagi laki-laki. 

Kebebasan Berekspresi melalui Makeup

Bermula dari rutinitasnya mendandani Paskibra di sekolahnya, Michael Jenifer atau lebih dikenal dengan sapaan Jeje kini mulai menggeluti dunia tata rias. Ketertarikannya pada dunia kecantikan mulai tumbuh seiring dengan maraknya kegiatan seni yang ia ikuti. Ia menyusuri kanal-kanal Youtube beauty vlogger demi mengeksplorasi lebih jauh tentang produk kosmetik dan penggunaannya. 

Kecintaannya pada makeup tersebut telah mengantarkannya pada produksi konten kecantikannya sendiri melalui platform Instagram. Terjun ke dalam dunia seni peran, keterampilan Jeje dalam ber-makeup kian lihai. Baginya, makeup dan dunia seni tidak bisa lepas perannya dari satu sama lain. 

"I don't know why aku bisa secinta itu di dunia seni, padahal di keluarga, tuh gak ada darah seni sedikit pun. One thing that I know, aku seneng bersandiwara dan hobi banget nari gitu. Apalagi kalau punya hobi yang dibayar, tuh seru banget!" ujar Jeje sembari melayangkan senyum merekah.

Mendobrak Stigma dengan Torehan Prestasi

Kerap disebut sebagai pria feminin, Jeje justru kian memacu dirinya untuk berekspresi melalui makeup. Deretan prestasi gemintang diraihnya mulai dari seni peran hingga seni tari sejak tahun 2017 sampai sekarang.

 Kiprahnya tidak hanya berhenti di situ saja, Jeje pula mengambil bidang tarik suara hingga memenangkan Gita Suara Choir ISBI Bandung tingkat SMA Provinsi Jawa Barat 2018 silam.

Larut dalam obrolan, Jeje berbagi kisah sekaligus pandangannya pada pria yang ingin menyalami profesi keperempuanan. Jeje sempat menuturkan bahwa semua profesi telah lama dikonstruksi oleh gender. Hal itu mempersempit kebebasan dan kesetaraan gender untuk memilih apa yang mereka mau. 

Sering kali keahlian tertentu justru dibebankan hanya pada satu gender, misalnya makeup artist (MUA). Mengkotak-kotakan profesi dengan gender akan berpotensi untuk mempersempit ruang kreativitas, baik bagi wanita maupun laki-laki. 

Jeje menilai laki-laki yang bekerja di dunia kecantikan tidak salah. Pasalnya selain makeup artist, di luar sana masih banyak profesi yang seharusnya diperankan oleh perempuan, tetapi masih dapat diperankan oleh laki-laki juga. Begitupun sebaliknya.

"Menurutku, laki-laki tidak dibatasi untuk mengeksplor keahliannya termasuk di dunia kecantikan karena aku pribadi cukup senang dengan berbagai kesenian, khususnya di bidang kecantikan atau makeup," imbuhnya.
Jeje justru merespons santai ujaran-ujaran berkonotasi maskulinitas beracun yang ditujukan padanya. Tiada profesi yang tidak memiliki risiko. Berekspresi melalui makeup menjadi adrenalin yang membuat hidupnya jauh lebih berwarna di tengah hujan cercaan "lelaki feminin".

"Laki-laki berdandan pasti banyak yang menghujat dan gak suka, tapi itu risiko yang harus aku ambil karena aku seneng di-makeup. So, buat laki-laki di luar sana gak usah minder apalagi takut karena kita hidup bukan dari omongan mereka. Jadi, gak usah takut dan harus percaya diri," tutur pria berkulit sawo matang tersebut seraya terkekeh kecil.

---

Makeup dan Skincare dapat Menaikkan Tingkat Percaya Diri

 Awal mula Alfin mengenal skincare dan makeup saat ia sudah menduduki bangku SMA. Alfin mulai mencari skincare yang cocok dengan kulitnya, dimulai dari masker hingga krim wajah. Ia mengatakan tujuannya menggunakan skincare karena ingin terlihat rapih dan bersih.  

Alfin merasa tidak ada kesulitan dalam mencari brand yang pas dengannya. Ia menggunakan skincare khusus perempuan. Akan tetapi dengan berkembangnya zaman, saat ini ia mengaku sudah mengganti skincare-nya dengan brand khusus laki-laki. 

"Dulu saya pakai brand perempuan karena dianggap lebih cepat dan lebih ada perubahan setelah memakai skincare brand khusus perempuan, akan tetapi setelah sekarang ada brand yang khusus laki laki yang cocok dengan muka saya, saya memilih mencoba brand khusus cowok, dan hasilnya juga gak kalah bagus" ujarnya. 

Setelah menggunakan skincare  dan makeup Alfin mengaku lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya, "Sebelum saya memakai skincare, saya sendiri kurang percaya diri. Tujuan saya menggunakan skincare juga karena lingkungan sekitar agar bisa setara dengan yang lain. Biasanya kita yang kotor jarang banget disukai oleh teman yang lain. Oleh karena itu, saya ingin mengubah diri saya menjadi bersih, wangi, dan enak dipandang dengan memakai skincare yang saya pilih".

Dampak Positif Menjadi Lelaki Metroseksual 

Beberapa stigma negatif telah ia dapatkan seperti dijuluki "banci", "lemah gemulai", hingga sebagian orang melihatnya dengan tatapan yang jijik. Ia tidak terlalu menanggapi stigma negatif tersebut karena menurutnya hal yang ia lakukan tidak merugikan orang lain.  Lingkungan keluarga dan teman-temannya mendukung apa yang ia lakukan selama tidak menyimpang. 

Alfin dapat mengikuti event bertema seni seperti karnaval. Selain itu, karena kegemarannya dalam bermain makeup ia memiliki bisnis menjadi Wedding Organizer dan sudah memiliki 20 karyawan tetap hingga dapat membiayai seluruh keluarganya. 

"Aku aja masih ga percaya bisa maju sampai sekarang karena aku sendiri gak punya apa apa, tapi akhirnya bisa mempunyai apa apa." pungkasnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun