Ini adalah sebuah cerita tentang abak manusia yang mempunyai dua sisi yang berbeda. Diceritakan terdapat dua orang manusia yang bernama Calvin dan Sipit. Calvin adalah orang yang pintar dan selalu mendapat rangking satu di sekolahnya. Akan tetapi, dia mempunyai kesulitan berinteraksi dengan orang lain dan dia orang sangat tertutup dengan orang lain. Sedangkan Sipit, meskipun dia tidak pintar seperti Calvin, namun dia mempunyai keistimewaan yang lain seperti dia jago dalam memainkan semua alat musik modern, jago dalam bidang olahraga terutama basket, dan dia juga mudah bergaul dengan teman-temannya. Sipit mungkin tak pernah mendapat rangking pertama, bahkan rangkingnya jauh dari yang orang-orang biasa harapkan. Namun karena pribadinya yang asik dalam bergaul membuatnya disukai banyak orang.
Suatu ketika saat mereka tak sengaja bertemu satu sama lain di suatu temapt yang jauh dri kebisingan lalu lalang orang lewat. Saat itu mereka berdua lagi di bawah pohon. Calvin duduk disebelah kanan pohon dan sipit duduk di sebelahnya lagi. Saat mereka berdua termenung di bawah pohon. Dengan reflek mereka berdua menoleh ke belakang dan saling pandang satu sama lain. Karena Calvin orang yang memiliki kesulitan berinteraksi dan memulai pembicaraan dengan orang lain, dia hanya diam melihat Sipit. Berbeda dengan Sipit yang mudah berinteraksi, dia memulai pembicaraan dengan Calvin yang dari tadi melihatnya. “Ehh.. Hai Man” sapa Sipit kepada Calvin. Tapi Calvin hanya diam, dia kembali duduk seperti semula dan tak menghiraukan Sipit, dia membelakangi Sipit yang mencoba mengajak dia ngobrol. Sipit bangkit kemudian menghampiri Calvin, dia jongkok di depan Calvin. Sipit memulai pembicaraan lagi kepada Calvin, “ Hay man, lagi ngapain di sini??”. Karena Calvin merasa asing dan jengkel dengan Sipit yang KEPO, dengan ketus dia nanya balik “Nah lu sendiri ngapain disini”. Sipit tersenyum mendengar jawaban sekaligus jawaban Calvin, kemudian berkata “Looh kan gua yang nanya duluan men”. Calvin tak menjawab, dan hanya memandang Sipit dengan wajah ketus. “Ya uda deh gua yang jawab dulu pertanyaan lo (duduk disebalah Calvin dan senderan di pohon), kalo gua sih emang sering kesini, ini memang tempat favorit gua. Makanya gua nanya lo ngapain disini soalnya sebelumnya ga pernah ada yang kesini selain gua. Oh ya sebelumnya nama gua Sipit. Ga enak sendiri gua bicara panjang lebar tapi belum tau nama”. Meskipun Calvin agak ragu untuk menerima jabatan tangan dari Sipit, namun akhirnya dia menerimanya juga. “Gua calvin, gua sih sebenarnya lagi bosen di rumah. Soalnya orang tua maksa gua buat belajar mulu dan kalo hua udah di rumah, gua gak diperbolehkan keluar, padahal gua kan juga pengen hangout bareng teman-teman. Orang tua gua berpikiran kalo gua main sama temen-temen bisa bikin nilai gua menurun. Eh… malah gua cerita sama lo. Maaf sebelumnya, gua gak bermaksut ngambil tempat lo”. Sipit manggut-manggut mendengar cerita Calvin, “Gak papa kali, santai aja. Oh jadi lo mau hangout sama teman-teman lo tapi gak boleh sama orang tua lo. Trus sekarang lo kabur gitu hahaha. Gimana kalo lo ikut gua aja, ayo ikut gua”. “Kemana?” Tanya Calvin. “Uda ikut aja”.
Mereka berdua menuju ke suatu tempat dimana Calvin tak pernah mengetahui sebelumnya, yaitu di belakang sebuah gedung ada sebuah lapangan yang biasanya di buat latihan basket Sipit dengan teman-temannya. “Hay man” sapa Sipit kepada teman-temannya. “Hay, dari mana aja lo” jawab teman-teman Sipit”. “Biasaaa dari tempat favorit”. Teman-teman Sipit mengangguk mengerti tempat yang dimaksud Sipit. Kemudian salah satu dari teman sipit bertanya “Eh siapa di belakang lo itu pit?”. Sipit menoleh kebelekang, menghampiri Calvin dan mengajak Calvin menghampiri teman-temannya. “Ooo ya kenalin temen baru gua, Calvin dan mulai sekarang dia akan menjadi bagian dari kita”. “Oooh Calvin, Hay Vin”. “Lu mau main basket?” Tanya Sipit kepada Calvin. Dengan malu-malu Calvin menjawab “Gua ga bisa main basket”. “ Haaah Masak? (sipit kaget), Ya udah lu liat aja dulu nanti kita ajarin”. Setelah Sipit dan teman-temannya bermain basket, mereka merasa lelah dan mnuju ke Calvin untuk mencari tempat duduk.
“Lu dari sekolah mana?” Tanya salah satu dari teman Sipit.
“Oooh gua dari sekolah sebelah”.
“Keliatannya lo anak pintar dan rajin”.
“Ya begitulah yang orang sering bilang, gara-gara gua selalu dipaksa buat belajar sama kedua orangtua gua. Jadinya gua selalu menjadi orang yang dianggap pintar dan rajin di sekolah”.
“Trus rangking loh biasanya berapa? Pasti selalu masuk tiga besar”.
“Gua selalu mendapat rangking satu dari gua masih duduk di bangku SD sampai sekarang. Dan gua selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolah.
“Woooooow, keren. Boleh dong kita diajarin, itung-itung bagi-bagi ilmu lo lah. Kita nih ya boro-boro rangking satu. Menghayal mendapat rangking satu aja ga berani”.
“Gini aja, gimana kalo tiap pulang sekolah kita kumpul di sini buat belajar. Trus abis belajar kita bisa main basket. Nanti gua bisa ngajarin lo main basket Vin”. Ucap Sipit menyalurkan idenya
“Trus caranya izin sama orang tua gua gimana? Tanya Calvin.
“Tenang aja, ibunya Sipit itu seorang psikolog, dia tau gimana cara ngomong dengan orang tua dengan baik. Gimana Vin, setuju?”. Jawab salah satu teman Sipit.
“Okeh deh kalo gitu”. Jawab Calvin setuju
Karena ibunya Sipit sudah berbicara dengan orang tua Calvin dan orang tua Calvin mengizinkan, sejak saat itu tiap hari sepulang sekolah mereka belajar dan bermain basket. Calvin terlihat bahagia karena dia mempunyai seorang teman yang bisa diajak bergaul. Dia mempunyai perubahan positif pada dirinya, awalnya dia sulit untuk berbiara dan menyapa orang. Namun sekarang dia mulai berbicara dan bergaul dengan banyak orang di sekolah.
Ujian akhir semester pun datang, Sipit dan kawan-kawan mengerjakan soal dengan pede-nya karena mereka merasa menguasai soal yang diberikan. Mereka berpikir bahwa soal yang dikeluarkan ternyata sama dengan apa yang mereka pelajari sebelumnya degan Calvin. Nilai ujian pun keluar. Meskipun Sipit tidak mendapat rangking satu namun dia masuk 3 besar di kelasanya. Sungguh perubahan yang positif. Tak hanya Sipit, teman-temannya juga mendapat nilai bagus, meningkat dari biasanya. Calvin juga tak kehilangan rangking pertamanya di sekolah meskipun dia bergaul dengan Sipit dan teman-teman.
Cerita diatas menggambarkan orang yang pintar tapi susah bergaul dan orang yang biasa saja tapi mudah bergaul dan mempunyai ide-ide yang bagus untuk dia dan orang lain. Dari cerita tersebut terdapat pelajaran yang dapat kita ambil, bahwa meskipun seseorang sangat pintar tapi bukan berarti orang tersebut tidak boleh bergaul dengan masyarakat. Malah bergaul dengan masyarakat akan memberikan seseorang pengalaman baru. Seperti halnya Calvin yang tak bisa main basket, akhirnya dia bisa karena pertemanannya dengan Sipit. Akan tetapi kita juga harus tetap mempertahankan hal positif yang kita punya sebelumnya, sebuah prestasi yang bagus. Bukan berarti ketika kita mempunyai pengalaman baru kita melupakan prestasi yang kita capai. The end.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H