Mohon tunggu...
Selly Augestari
Selly Augestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi program sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta

merupakan mahasiswi dari Fakultas Psikologi di Universitas Islam Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Dunning-Kruger Effect, Si Bodoh yang Sok Pintar

25 Desember 2023   06:37 Diperbarui: 25 Desember 2023   07:04 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kalian berteman dengan orang yang sok pintar? Bayangkan saat kalian sedang berdiskusi di kelas dan ada seseorang yang mengeluarkan pendapat dengan sangat percaya diri. Namun, pendapatnya tidak berbobot dan terlebih lagi menolak untuk di sanggah. Menyebalkan bukan? Nah, dalam psikologi, sifat sok pintar ini mempunyai sebutan DunningKrugers effect, loh! Sebutan ini ditujukan kepada fenomena psikologis yang menggambarkan kecenderungan seseorang yang kurang terampil dalam suatu bidang untuk merasa terlalu yakin dengan kemampuan atau pengetahuannya.

Fenomena ini juga sering kali terkait dengan kecenderungan individu menilai dirinya lebih baik dari orang lain. Mengejutkannya, dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa 93% populasi di dunia menganggap diri mereka lebih baik dari rata-rata. Mayoritas orang berpikir bahwa mereka lebih cerdas dan lebih menarik dibandingkan mayoritas orang lain. Secara logika, hal tersebut tidak mungkin terjadi, bukan?

Ketidakmampuan menilai diri sendiri

Fenomena ini menyatakan banyak orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menilai diri sendiri. Semakin tidak kompeten seseorang, semakin mereka melebih-lebihkan diri sendiri. Sebaliknya, orang yang mampu atau kompeten cenderung untuk meremehkan diri sendiri. Kemudian, merupakan fakta bahwa orang yang kurang kompeten tidak mengubah sikap mereka bahkan setelah dihadapkan pada kenyataan.

Dalam sebuah diskusi internet, kita mungkin sering bertemu dengan seorang netizen yang sangat mempertahankan pendapatnya dan tidak mengubahnya bahkan setelah seseorang membantahnya secara masuk akal. Kita juga mungkin memiliki teman yang sering bercerita tentang konspirasi-konspirasi yang ia percaya atau teman yang memberikan nasihat untuk menyingkirkan microwave karena melihat dampaknya di internet. Hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai bukti banyak orang yang mengalami fenomena ini. Bahkan, dalam sebuah penelitian didapatkan hasil 94% profesor berasumsi bahwa mereka lebih baik dari rata-rata dibandingkan dengan kolega mereka loh. Semua orang tersebut memiliki suatu kemiripan, yaitu ketidaktahuan yang mereka abaikan.

Ketidaktahuan adalah kekuatan

Freepik/jcomp
Freepik/jcomp

Ketidaktahuan adalah kekuatan, merupakan salah satu motto ingsoc dalam novel 1984 karya George Orwell. Motto ini sendiri tidak jauh dari fakta yang ada. Socrates, filsuf Yunani memiliki warisan berupa skeptisisme terhadap ilusi mengetahui ini. Bahkan, Charles Darwin, ahli geologis dan naturalis, menganggap Ketidaktahuan lebih sering melahirkan rasa percaya diri daripada pengetahuan itu sendiri. Selain itu, masih banyak lagi tokoh yang melihat ancaman dari ketidaktahuan ini dalam pengetahuan dan sains. Maka, tidak heran jika para psikolog mulai meneliti hal ini.

Fenomena ini sendiri ditemukan oleh psikolog Universitas Cornel, David Dunning dan Justin Kruger. Menariknya, penemuan ini ditemukan karena pemikiran yang tidak biasa milik seorang pelaku perampokan bank. Sang pelaku melakukan perampokan tanpa penutup kepala dan merasa kaget saat polisi menangkapnya, karena ia telah menutupi dirinya dengan jus lemon. Nah, ternyata sang pelaku percaya bahwasannya jika menumpahkan jus lemon ke tubuhnya, maka ia tidak akan terlihat oleh kamera dan mengkagetkannya setelah diberikan rekaman cctv ia menganggap rekaman tersebut palsu. Bodoh, bukan?

Orang yang tidak kompeten melebih-lebihkan kemampuannya karena ketidaktahuannya dengan masalah tertentu. Ini biasanya terjadi pada kegiatan sehari-hari seperti, menulis, berbicara, atau bahkan mengemudi. Orang yang kurang ahli dalam hal-hal ini seringkali terlalu yakin pada kemampuan mereka karena kurangnya pengalaman atau pengetahuan yang memadai. Kesalahan mereka terletak pada perspektif mereka terhadap pengetahuan itu sendiri. Fenomena ini juga dapat muncul dari keyakinan yang berlebihan pada kemampuan pribadi tanpa dasar yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun