Mohon tunggu...
Sella Haniifatul Ariiqoh
Sella Haniifatul Ariiqoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Player game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)

18 September 2022   19:27 Diperbarui: 18 September 2022   19:48 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat Indonesia sangat bergantung pada bahan bakar minyak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka baik sebagai individu maupun perusahaan. Penentuan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan keputusan dari pemerintah negara Indonesia. 

Namun demikian, meningkatnya permintaan masyarakat di Indonesia akan konsumsi BBM serta kenaikan harga BBM internasional memaksa harga BBM lokal disesuaikan dengan harga BBM internasional sehingga kesinambungan keuangan negara tetap aman, sehat, dan tidak terancam. Hingga saat ini, negara Indonesia selalu menjaga harga BBM tetap stabil dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia. 

Pemerintah negera Indonesia akhirnya sepakat menaikkan harga BBM bersubsidi pada Sabtu, 3 September 2022. Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM subsidi Pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. BBM subsidi solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. 

Sedangkan BBM non-subsidi Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. 

Kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga BBM mempunyai dampak yang salah satunya adalah angka inflasi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka inflasi pada Agustus 2022 mencapai 4,69 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). 

Sedangkan secara tahunan, inflasi harga naik sebesar 8,93 persen yoy. Inflasi inti tercatat sebesar 0,38 persen mtm atau 3,04 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Mengingat tingkat inflasi yang kurang dari 10% per tahun, inflasi ini dikategorikan sebagai inflasi sedang atau merayap. 

BBM memiliki peranan yang sangat penting untuk semua operasi ekonomi. Perubahan biaya operasional berdampak langsung pada harga minyak dan menyebabkan koreksi besaran laba untuk kegiatan investasi langsung. 

Investasi dilakukan dengan tujuan memaksimalkan kekayaan melalui keuntungan, dan investor selalu mencari investasi yang menguntungkan dan aman. 

Dampak kenaikan harga BBM semakin dirasakan tidak hanya oleh masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga oleh dunia usaha pada khususnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan segala aspek biaya produksi, yang mengakibatkan naiknya biaya keseluruhan dan sebagai dampak dari peningkatan biaya produksi. 

Berbagai dampak dari kenaikan harga BBM inantara lain meningkatnya biaya overhead pabrik sebagai dampak dari kenaikan biaya bahan baku, biaya transportasi, dan permintaan karyawan untuk kenaikan upah, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan. 

Beban hidup masyarakat akan meningkat seiring dengan kenaikan harga BBM, yang akan berdampak signifikan baik bagi individu kelas bawah maupun perusahaan besar. Hal ini karena harga BBM yang lebih tinggi akan berdampak pada harga barang-barang terkait, yang akan menurunkan daya beli dan produksi masyarakat serta menghambat pertumbuhan ekonomi dengan tidak adanya produksi dan tidak adanya pembelian. 

Dikarenakan harga bahan bakar minyak mengalami kenaikan, maka masyarakat Indonesia juga ikut menaikkan biaya barang dan ongkos jasa. Harga bahan dan barang-barang lainnya akan naik seiring dengan harga bahan bakar, yang akan mempengaruhi tingkat inflasi. 

Kenaikan harga bahan bakar juga akan menyebabkan orang menimbun barang-barang kebutuhan pokok, seperti yang terjadi di masa lalu ketika kelangkaan minyak ketika banyak orang melakukannya dalam upaya untuk melipatgandakan keuntungan mereka. Tansportasi merupakan pengguna terbesar BBM. 

Biaya perjalanan akan meningkat seiring dengan harga BBM, sehingga membebani konsumen dengan biaya yang lebih tinggi dan menjadikan angkutan transportasi lebih sepi. 

Kenaikan harga BBM juga akan berdampak pada masyarakat Indonesia  secara sosial maupun ekonomi. Bahan bakar sangat penting untuk operasi perusahaan sehingga jika harga naik, maka hal itu akan mencakup hampir setengah dari semua biaya produksi di semua industri dan divisi bisnis. Akibatnya, bisnis akan mengurangi biaya operasional, seperti berhenti mempekerjakan staf baru untuk Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 

Kenaikan harga BBM merupakan hal yang tidak bisa dihindari saat ini dengan beberapa faktor seperti subsidi dan kompensasi BBM belum tepat sasaran dan masih banyak dinikmati oleh kalangan orang yang mampu.

 Dengan kenaikan harga BBM bisa menurunkan tambahan beban subsidi dan kompensasi serta memberikan bantuan langsung kepada masyarakat Indonesia yang kurang mampu dan rentan sehingga lebih tepat sasaran dan berkeadilan. Ketika harga bensin terlalu murah (di bawah harga ke ekonomiannya), individu cenderung akan menggunakan lebih banyak energi, yang membuat mereka menjadi lebih tidak ramah lingkungan. 

Pemberian subsidi BBM oleh pemerintah Indonesia harus dilihat dari sudut pandang peningkatan, bukan penurunan, kualitas hidup perekonomian secara keseluruhan, terlepas dari seberapa besar manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat miskin di Indonesia. 

Apabila pemerintah menganut pandangan ini, maka harga subsidi seharusnya naik setiap tahun sebagai ukuran keberhasilan ekonomi pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia. 

Di sisi lain penurunan subsidi BBM merupakan langkah yang tidak akurat, dikarenakan dapat dianggap sebagai kemunduran kinerja ekonomi pemerintah di Indonesia. 

Lagi pula, bukanlah langkah yang baik untuk membandingkan harga BBM di dalam negeri dengan harga BBM di negara lain, mengingat karakteristik unik masing-masing negara, termasuk sejarahnya, alasan di balik pendiriannya, sistem ekonomi yang dianut, yang juga bervariasi dari satu negara ke negara lain.

Mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kembali justifikasi pemerintah negara Indonesia untuk menaikkan harga BBM, yang disebabkan oleh kenaikan biaya subsidi dan penargetan subsidi BBM yang tidak tepat. Tentu hal ini akan terasa memberatkan jika pemerintah memandang subsidi sebagai beban. 

Subsidi tidak akan menjadi beban bagi pemerintah, apabila dilihat sebagai salah satu metode untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun