Semakin lama dunia teknologi semakin maju sehingga diperlukan keamanan untuk melindungi data yang ada. Salah satu cara melindungi data adalah dengan menggunakan teknik enkripsi dan dekripsi. Apa itu enkripsi dan dekripsi? Enkripsi dan dekripsi adalah 2 hal yang serupa tapi tak sama, serupa pada teknik kriptografi namun tak sama dalam cara kerjanya. Dalam artikel ini kita akan membahas lebih lanjut apa kegunaan enkripsi dan dekripsi.
 Pengertian Enkripsi dan Dekripsi
Enkripsi dan dekripsi adalah bagian dari kriptografi yang memiliki tujuan yang sama yaitu untuk melindungi data, membuat orang lain selain pengirim atau penerima tidak bisa melihat isi data atau informasi yang ada. Enkripsi adalah proses untuk mengubah data atau informasi dari teks yang bisa dibaca oleh manusia menjadi teks yang tidak dapat dibaca oleh manusia. Sementara itu dekripsi adalah kebalikan dari enkripsi, mengubah data atau informasi dari teks yang tidak dapat dibaca menjadi teks yang dapat dibaca oleh manusia.
Adapun jenis-jenis enkripsi dan dekripsi yang bisa disebut Key. Key atau kunci adalah cara komputer mengidentifikasi pesan yang sudah terenkripsi ataupun terdekripsi. Ada beberapa contoh key yang utama antara lain Simetris dan Asimetris. Simetris memakai kunci yang sama pada kunci untuk public dan dirinya, sedangkan Asimetris memiliki kunci yang berbeda, sehingga kunci public memiliki sendiri dan pribadi memiliki sendiri.
Dalam mengenkripsi maupun mendekripsi ada 3 algoritma yang dipakai seperti AES (Advanced Encryption Standard), RSA, dan Triple Data Encryption Standard (Triple DES). Algoritma AES menjadi algoritma untuk enkripsi simetris standar dan paling banyak digunakan, sementara algoritma RSA digunakan untuk enkripsi asimetris dan keamanannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.
Sejarah Enkripsi dan Dekripsi
Enkripsi dan dekripsi ternyata sudah ada sejak dari zaman kuno, metode ini digunakan untuk mengirim pesan rahasia. Seperti sandi ataupun morse yang kita kenal sekarang juga berkaitan dengan enkripsi dan dekripsi, dibalik itu terdapat sejarah sederhana yang dimulai dari zaman klasik hingga zaman modern.
- Zaman KlasikÂ
Pada abad ke-5 SM, bangsa Yunani kuno menggunakan alat bernama skytale untuk mengenkripsi pesan rahasia. Skytale adalah tongkat kayu dengan diameter kecil dan panjang kira-kira sama dengan panjang pesan. Pesan diulurkan di sepanjang tongkat, dan hanya bisa dibaca ketika tongkat itu diputar dengan diameter yang sesuai. Romawi kuno juga menggunakan metode enkripsi yang disebut "Substitusi Caesar". Metode ini melibatkan pergeseran abjad sebanyak tiga posisi, sehingga huruf-huruf asli pada pesan diganti dengan huruf-huruf yang berbeda. Metode ini tetap digunakan oleh militer hingga abad ke-20.
- Zaman Modern
Pada abad ke-19, enkripsi mulai dianggap sebagai seni dan ilmu. Pada tahun 1918, Gilbert Vernam mengembangkan sistem enkripsi bernama Vernam Cipher yang menggunakan algoritma XOR. Pada tahun 1976, Whitfield Diffie dan Martin Hellman mengembangkan metode enkripsi yang disebut "Public Key Cryptography" atau kriptografi kunci publik. Metode ini memungkinkan penggunaan kunci publik dan kunci pribadi untuk mengenkripsi dan mendekripsi pesan.
Manfaat Enkripsi dan Dekripsi
Enkripsi dan dekripsi berguna untuk melindungi data atau informasi yang bersifat rahasia dari peretas atau ancaman lainnya. Karena itu banyak manfaat yang bisa diperoleh jika kita memakai enkripsi dan dekripsi seperti berikut:
- Memberikan perlindungan data seperti ID login, kata sandi, dan informasi kartu kredit dari peretas.
- Membuat orang lain tidak dapat merusak isi file.
- Dapat membantu menghindari plagiarisme.
- Memastikan komunikasi yang aman antara manusia dan sistem.
- Menyediakan cara rahasia bagi kedua pihak untuk mengirim informasi.
Adapula kegunaan Enkripsi dan Dekripsi dalam bidang pekerjaan yang membutuhkan keamanan data, seperti:
- Keamanan informasi: Enkripsi dan dekripsi digunakan untuk mengamankan data sensitif seperti informasi keuangan, informasi pribadi, dan informasi perusahaan dari akses yang tidak sah. Pekerjaan yang berkaitan dengan keamanan informasi seperti cybersecurity dan penelitian keamanan informasi sering menggunakan enkripsi dan dekripsi.
- E-commerce: Enkripsi dan dekripsi digunakan dalam transaksi online untuk mengamankan informasi kartu kredit dan data finansial lainnya dari akses yang tidak sah.
- Militer: Enkripsi dan dekripsi sering digunakan oleh militer untuk mengamankan informasi rahasia dan komunikasi antar militer.
- Komunikasi: Enkripsi dan dekripsi juga digunakan dalam aplikasi pesan instan dan email untuk mengamankan pesan dari akses yang tidak sah.
- Teknologi informasi: Enkripsi dan dekripsi digunakan dalam banyak aspek teknologi informasi, termasuk keamanan jaringan, pengembangan software, dan database.
Enkripsi dan dekripsi juga memiliki kelemahan karena meskipun teknik enkripsi dan dekripsi memiliki banyak keuntungan dalam menjaga kerahasiaan data, namun teknik ini tidak sepenuhnya aman dan rentan terhadap serangan peretasan. Ada beberapa serangan yang umum dilakukan pada teknik enkripsi dan dekripsi, di antaranya adalah serangan brute force dan serangan melalui celah keamanan pada implementasi enkripsi dan dekripsi.
Serangan Brute Force adalah serangan yang dilakukan dengan mencoba semua kemungkinan kunci enkripsi hingga menemukan kunci yang benar. Teknik ini biasanya dilakukan oleh peretas dengan menggunakan program khusus yang dapat mencoba semua kemungkinan kunci dengan cepat. Semakin panjang kunci yang digunakan, semakin sulit pula serangan brute force dilakukan. Namun, jika kunci yang digunakan terlalu pendek, maka serangan brute force dapat dilakukan dengan relatif mudah.
Serangan Melalui Celah Keamanan adalah serangan melalui celah keamanan pada implementasi enkripsi dan dekripsi, terjadi ketika ada celah keamanan pada implementasi algoritma enkripsi dan dekripsi. Celah keamanan ini bisa saja terjadi karena kesalahan pada kode program, penggunaan algoritma yang lemah, atau karena kurangnya perhatian pada keamanan sistem. Jika celah keamanan ini ditemukan, maka peretas dapat memanfaatkannya untuk membobol kunci enkripsi dan mengakses data yang dienkripsi.
Ada juga kekurangan lain enkripsi dan dekripsi yaitu:
- Dapat membuat pemilik data tidak dapat mengakses data nya dikarenakan masalah manajemen key atau kunci dan sebagainya.
- Bisa digunakan untuk hal-hal buruk, seperti menyembunyikan data criminal.
Dampak mengenai enkripsi dan dekripsi
Meskipun enkripsi dan dekripsi ini memiliki dampak positif yang signifikan dalam melindungi informasi, ada juga dampak negatif yang harus diperhatikan.
- Dampak Positif:
Meningkatkan Keamanan Data Teknik enkripsi dan dekripsi sangat efektif dalam menjaga kerahasiaan data dan menghindari akses yang tidak sah. Dengan menggunakan teknik ini, pengguna dapat merasa lebih aman dalam mengirimkan informasi sensitif seperti nomor kartu kredit atau informasi medis.
Memperkuat Perlindungan Hak Cipta Enkripsi dan dekripsi juga dapat membantu melindungi hak cipta. Misalnya, sebuah perusahaan dapat menggunakan enkripsi untuk melindungi file video yang dimilikinya agar tidak bisa dicuri oleh pihak yang tidak berwenang.
Meningkatkan Kepercayaan Konsumen Ketika sebuah perusahaan atau organisasi menggunakan teknik enkripsi dan dekripsi untuk melindungi informasi pribadi pelanggan, ini dapat meningkatkan kepercayaan konsumen. Pelanggan merasa lebih nyaman untuk bertransaksi dengan perusahaan yang memiliki reputasi untuk menjaga kerahasiaan informasi mereka.
Menjaga Kerahasiaan Informasi Pribadi Teknik enkripsi dan dekripsi juga sangat penting dalam melindungi informasi pribadi seperti nomor identitas atau data medis. Jika informasi ini jatuh ke tangan yang salah, ini dapat berdampak buruk pada individu yang terkena dampaknya.
- Dampak Negatif:
Meningkatkan Biaya dan Kompleksitas Menerapkan teknik enkripsi dan dekripsi dapat meningkatkan biaya dan kompleksitas sistem. Hal ini terutama berlaku jika perusahaan memiliki sistem yang besar dan kompleks yang memerlukan enkripsi dan dekripsi data yang cepat dan akurat.
Pengaruh pada Kinerja Menerapkan teknik enkripsi dan dekripsi dapat mempengaruhi kinerja sistem, terutama jika penggunaan teknik ini diperlukan untuk volume data yang besar. Hal ini dapat memperlambat kinerja sistem dan mengganggu pengalaman pengguna.
Risiko kehilangan Kunci Enkripsi Jika kunci enkripsi hilang atau dicuri, informasi yang dienkripsi mungkin tidak dapat diakses lagi. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kunci enkripsi dengan aman dan mengembangkan strategi cadangan untuk mengatasi kehilangan kunci.
Rentan terhadap Serangan Meskipun teknik enkripsi dan dekripsi efektif dalam melindungi informasi, teknik ini tetap rentan terhadap serangan peretasan, seperti serangan brute force atau serangan melalui celah keamanan pada implementasi kriptografi. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperbarui sistem keamanan secara teratur dan menerapkan teknik autentikasi yang kuat.
Penyalahgunaan Enkripsi dan Dekripsi
Teknik enkripsi dan dekripsi bisa disalahgunakan seperti halnya teknologi lainnya. Potensi penyalahgunaan terutama terjadi ketika teknik ini digunakan untuk tujuan yang salah atau oleh pihak yang tidak berwenang. Salah satu contoh penyalahgunaan enkripsi dan dekripsi adalah penggunaan kriptografi untuk kegiatan ilegal seperti perdagangan narkoba, perdagangan senjata, dan kegiatan terorisme. Dalam hal ini, enkripsi dan dekripsi digunakan untuk menyembunyikan komunikasi antara pelaku kejahatan dan mempersulit upaya penegakan hukum untuk mengungkap kegiatan ilegal tersebut.
Selain itu, enkripsi dan dekripsi juga dapat disalahgunakan oleh pihak yang tidak berwenang untuk mencuri informasi sensitif atau merusak sistem yang dienkripsi. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan melakukan serangan peretasan pada sistem dan mencoba memecahkan kunci enkripsi. Namun, perlu diingat bahwa teknik enkripsi dan dekripsi bukanlah sumber dari penyalahgunaan tersebut, tetapi penggunaannya yang salah oleh manusia. Teknik ini sebenarnya dirancang untuk melindungi data dan menjaga privasi pengguna.
Berita yang bisa mendukung data atau informasi mengenai enkripsi dan dekripsi
Disini juga akan memberikan beberapa berita yang menarik terkait enkripsi dan dekripsi:
- Berita Enkripsi Apple dan FBI (2016)
Pada tahun 2016, Departemen Kehakiman Amerika Serikat meminta Apple untuk membuka enkripsi pada iPhone yang digunakan oleh salah satu pelaku penembakan di San Bernardino, California. Pelaku penembakan tersebut telah tewas dalam baku tembak dengan polisi, dan FBI ingin mengakses isi dari iPhone yang dimilikinya untuk mengumpulkan bukti lebih lanjut terkait kasus tersebut. Namun, Apple menolak permintaan FBI untuk membuka enkripsi pada iPhone tersebut dengan alasan bahwa membuka enkripsi akan membahayakan privasi pengguna. Apple menekankan bahwa jika mereka memberikan kunci enkripsi kepada pihak berwenang, maka hal itu akan membuka pintu bagi pihak lain untuk membobol privasi pengguna di seluruh dunia. Apple juga menegaskan bahwa mereka telah membantu FBI dengan memberikan data dan informasi yang ada di server mereka.
Kasus ini kemudian menjadi sorotan dunia dan memicu perdebatan tentang keamanan dan privasi dalam teknologi enkripsi. Beberapa ahli keamanan mengkritik permintaan FBI, sementara pihak lain berpendapat bahwa FBI berhak untuk mengakses informasi yang mereka butuhkan untuk menjaga keamanan nasional. Pada akhirnya, kasus ini berakhir setelah FBI berhasil membuka enkripsi pada iPhone tersebut tanpa bantuan Apple. Namun, kasus ini tetap menjadi sorotan dan memicu diskusi tentang keamanan dan privasi dalam teknologi enkripsi, serta peran pemerintah dalam memantau aktivitas online.
- Berita celah enkripsi pada protocol SSL yang membahayakan data privasi individu
Pada tahun 2014, ditemukan sebuah kerentanan keamanan dalam protokol SSL (Secure Socket Layer) yang digunakan untuk mengenkripsi koneksi internet. Kerentanan ini diberi nama Heartbleed Bug. Seorang peneliti keamanan bernama Robin Seggelmann menemukan bug tersebut, yang memungkinkan seorang penyerang untuk membaca informasi yang dilindungi oleh SSL seperti kunci enkripsi dan informasi pengguna.
Kerentanan ini sangat signifikan karena SSL digunakan oleh banyak situs web untuk mengamankan informasi pribadi pengguna, seperti informasi kartu kredit, nama pengguna, dan kata sandi. Jika seorang penyerang dapat memanfaatkan kerentanan ini, maka mereka dapat mencuri informasi pribadi pengguna tanpa diketahui.
Setelah kerentanan ini ditemukan, banyak situs web besar seperti Yahoo, Google, dan Amazon mengeluarkan pernyataan untuk memperbaiki kerentanan tersebut. Namun, karena SSL digunakan secara luas di seluruh internet, memperbaiki bug tersebut memerlukan waktu dan upaya yang signifikan.
Heartbleed Bug memicu perdebatan tentang keamanan dan privasi dalam teknologi enkripsi, serta tentang bagaimana industri teknologi dapat mengatasi kerentanan keamanan dalam sistem yang kompleks dan luas seperti internet.
Penemuan Heartbleed Bug juga menekankan pentingnya untuk terus mengembangkan standar keamanan dan protokol enkripsi yang lebih aman untuk melindungi informasi pribadi pengguna di seluruh dunia.
- Berita debat keamanan End to End enkripsi (2020)
Pada tahun 2020, terjadi sebuah debat mengenai keamanan end-to-end encryption (E2EE) di Amerika Serikat antara pihak-pihak yang memperjuangkan privasi dan kebebasan berekspresi dan pihak-pihak yang berpendapat bahwa teknologi ini mempersulit upaya penegakan hukum dan keamanan nasional.
Debat ini dimulai ketika Departemen Kehakiman AS mengajukan permintaan kepada Facebook untuk membuka akses ke pesan yang dienkripsi secara end-to-end oleh aplikasi WhatsApp, yang dimiliki oleh Facebook. Departemen Kehakiman berpendapat bahwa akses ini penting untuk membantu dalam penegakan hukum terhadap kejahatan seperti perdagangan narkoba dan terorisme.
Namun, Facebook menolak permintaan tersebut dengan alasan bahwa membuka akses ke pesan yang dienkripsi secara end-to-end akan membuka celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Facebook juga berpendapat bahwa permintaan ini akan mengancam privasi pengguna dan memberikan akses pemerintah yang berlebihan pada informasi pribadi.
Debat ini menjadi penting karena mengangkat isu yang lebih luas tentang keseimbangan antara keamanan dan privasi di era digital. Banyak pihak yang berpendapat bahwa privasi adalah hak asasi manusia yang penting dan bahwa teknologi enkripsi end-to-end diperlukan untuk melindungi privasi pengguna. Namun, pihak lain berpendapat bahwa teknologi ini dapat digunakan oleh kriminal dan teroris untuk berkomunikasi secara diam-diam tanpa terdeteksi oleh pihak yang berwenang.
Kasus ini juga menyoroti kompleksitas dalam menyeimbangkan keamanan nasional dengan hak asasi individu. Departemen Kehakiman berpendapat bahwa akses ke pesan yang dienkripsi secara end-to-end diperlukan untuk membantu dalam penegakan hukum, sementara Facebook dan pihak-pihak yang memperjuangkan privasi berpendapat bahwa memberikan akses semacam itu dapat mengancam privasi pengguna secara keseluruhan.
Akhirnya, debat ini menekankan pentingnya untuk terus mengembangkan teknologi dan kebijakan yang dapat menyeimbangkan keamanan dan privasi di era digital, serta untuk memastikan bahwa teknologi enkripsi end-to-end dapat digunakan dengan aman dan bertanggung jawab oleh pengguna di seluruh dunia.
Dalam era digital yang semakin maju dan kompleks, keamanan informasi menjadi hal yang sangat krusial. Teknik enkripsi dan dekripsi menjadi solusi yang efektif untuk menjaga kerahasiaan data dan informasi yang kita miliki. Dengan menggunakan teknik ini, data sensitif dapat diubah menjadi bentuk yang tidak dapat dibaca dan dimengerti oleh orang yang tidak berwenang. Hal ini akan meminimalisir risiko kebocoran data dan penyalahgunaan informasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, penggunaan teknik enkripsi dan dekripsi yang tepat dan efektif sangat penting dalam menjaga keamanan informasi yang kita miliki. Dengan demikian, kita dapat merasa tenang dan aman dalam mengirimkan data sensitif dan melakukan transaksi online tanpa takut dicuri atau disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H